Sejarah Letusan Gunung Karangetang

 

Saat ini di Indonesia sedang terjadi kemelut dimana-mana, tentu saja kemelut itu bukan menenai masalah politik walaupun saat ini tidak akan lama lagi di adakannya Pemilihan Umum. Tapi yang paling heboh akhir-akhir ini adalah mengenai Gunung meletus.

Sejarah Letusan Gunung Karangetang

Gunung Karangetang

Seperti kita ketahui bersama, bahwa Gunung Kelud akhirnya berhasil memuntahkan laharnya. Nah pertanyaannya mungkinkah ada letusan susulan atau  mungkin pula Gunung api yang ada di Indonesia bisa berpotensi meletus?

Nah, di awal atau di postingan sebelumnya kami telah membahas mengenai Gunung berapi yang berpotensi meletus lengkap dengan nama Gunungnya. Kali ini kami akan membahas satu demi satu gunung tersebut. Kami mulai dengan Gunung Karangetang yang ada di Sulawesi Utara.

Sejarah Letusan Gunung Karangetang

Gunung Karangetang yang memiliki ketinggian 1,827 meter (Puncak Selatan), 1,784 meter (Puncak Utara). Koordinat 2°46′40″N 125°24′27″E. adalah Gunung api teraktif di dunia dan saat ini Gunung ini di nyatakan aktif dan berada pada status siaga (level III)  oleh Badan  Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Karena Gunung ini terletak di Pulau Siau, maka Gunung ini juga di sebut Api Siau.

Sejarah mencatat gunung ini telah mengalami erupsi sebanyak 41 kali semenjak tahun 1675. Di samping itu Gunung Karangetang juga sering mengalami letusan-letusan kecil yang tidak sempat masuk dalam buku sejarah.

 Letusan Gunung Karangetang

 Letusan Gunung Karangetang

Gunung yang terletak di Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara ini, terdapat banyak desa yang menghuninya bahkan  tidak jarang penduduk ada yang berada beberapa meter di sekitar kawah gunung ini. Mereka menganggap biasa apa bila Gunung ini mengeluarkan asap dan api dari kawahnya.

Justru mereka khawatir apa bila Gunung Karangetang tidak melakukan aktivitas karena dapat menyumbat kawahnya sehingga dapat memicu letusan yang dahsyat. Masyarakat di Pulau Siau terutama yang tinggal di sekitar Karangetang sudah terbiasa dengan fluktuasi aktivitas seperti itu. Karangetang memang tergolong super aktif.

Erupsi Gunung Karangetang tercatat pertama kali pada tahun 1675. Gunungapi ini termasuk sangat aktif dengan interval masa istirahat singkat, hanya beberapa bulan, yang kemudian diikuti dengan peningkatan kegiatan kembali. Pada umumnya kegiatan dimulai dengan letusan abu/asap, diikuti dengan keluarnya aliran piroklastika dan aliran lava.

BACA:  Kemenparekraf Siap Dukung Situs Megalitik Gunung Padang Sebagai Destinasi Wisata Baru

Pusat erupsi saat ini berlangsung di Kawah Selatan. Lubang Kawah Selatan sudah penuh terisi oleh kubah lava yang terus bertambah volumenya akibat aliran lava dan piroklastik yang terus keluar dari kawah tersebut.

Gunung api Karangetang adalah salah satu gunungapi yang terletak pada busur gunungapi Sangihe – Talaud  dengan kelurusan relatif utara-selatan. Diantara gunungapi pada busur ini, Gunung api Karangetang adalah gunung api yang paling aktif, dilihat dari interval letusannya yang cenderung memendek.

Letusan Gunung api Karangetang tercatat pertama kali pada tahun 1675, letusan terakhir terjadi pada 18 Maret 2011. Dalam sejarah letusannya yang tercatat dengan baik sejak tahun 1940, Gunungapi Karangetang menimbulkan kerusakan baik materiil maupun korban jiwa.

Berikut Tabel Sejarah letusan Gunung api Karangetang sejak tahun 1940.

Tahun

Korban/kerusakan

Jenis bahaya

1940

1 orang meninggal, ratusan pohon kelapa hancurabu dan lontaran bom vulkanik

1941

1 orang luka-luka, kebun kelapa dan pala rusak seluas 27 haabu dan lontaran bom vulkanik

1962

5 rumah hancur dan 5 rumah rusaklahar hujan

1965

2 orang luka-lukaLava pijar

1976

1 orang meninggal, luka bakar 1 orang, 68 rumah musnah dan lk.37.500 pohon kelapa rusakawan panas guguran dan aliran lava

1984

kebun kelapa dan pala hancurawan panas dan aliran lava

1986

perkebunan kelapa dan pala rusakleleran lava

1988

Beberapa rumah di Kec. Ulu hancur, pohon kelapa dan pala rusakawan panas, leleran lava dan lahar

1992

6 orang meninggalAwan panas dan leleran lava pijar

1996

perkebunan kelapa dan pala rusakawan panas dan aliran lava

1997

3 orang meninggal, pohon kelapa dan pala rusakawan panas dan aliran lava

2002

1 gereja dan 4 rumah rusaklahar hujan

2005

– jalan terputus, kerusakan pohon kelapa dan pala- jalan terputus, 138 jiwa diungsikan sementara, pohon kelapa dan pala rusaklahar hujan, awan panas

Erupsi Gunung Karangetang tahun 2006

Erupsi Gunung Karangetang Juli 2006 dapat diidentifikasi dengan baik sejak akhir 2005. Pengamatan kegempaan menunjukkan adanya pendangkalan sumber gempa; pada September 2005 kedalaman maksimal sekitar 10 km di bawah Kawah Selatan, dan menjadi kurang dari 1 km pada pengamatan Mei 2006.

BACA:  Mustika Merah Delima

Pendangkalan ini menunjukkan adanya migrasi magma ke permukaan, dan dibuktikan dengan adanya guguran piroklastik pada 12 Juli 2006. Kejadian awal guguran lava dan guguran piroklastik dapat dideteksi dengan baik dari visual, rekaman seismogram di Pos PGA Karangetang dan dari kenaikan amplitudo gempa tremor vulkanik.

Pada erupsi 22 Juli 2006 terjadi evakuasi sebanyak 4.037 orang (1045 KK). Evakuasi dilakukan terutama pada malam hari, karena guguran lava semakin intensif dengan jarak luncuran yang semakin membesar serta arah aliran lava atau guguran piroklatik berpotensi untuk mengalami perubahan.

Erupsi Gunung Karangetang tahun 2007

Gejala peningkatan kegiatan mulai teramati pada tanggal 5 Agustus 2007dimana terekam gempa tremor vulkanik menerus dengan amplituda yang semakin membesar sampai 46 mm (sebelumnya tercatat 0,5-3 mm). Peningkatan kegempaan ini diakhiri dengan fase keluarnya guguran awan panas dengan jarak luncur 1700-2500 dari puncak pada 12-13 Agustus 2007 dan letusan strombolian pada 16 Agustus 2007.

Kegiatan erupsi 2007 selain dapat dipantau dari data kegempaan, juga dapat diamati dengan baik secara visual. Yang memperlihatkan bahwa jarak dan arah luncuran guguran piroklastik masih dalam batas yang biasa terjadi (tidak ada perubahan arah luncuran), sehingga walaupun level kegiatan gunungapi berada pada level tertinggi (Awas) tetapi tidak dilakukan evakuasi.

Erupsi Gunung Karangetang tahun 2008

Pada akhir Nopember 2008 kembali terjadi peningkatan kegiatan vulkanik Gunung Karangetang. Peningkatan kegiatan vulkanik tersebut terpantau sejak tanggal 28 Nopember 2008, berupa munculnya gempa-gempa tremor dan fase banyak diikuti dengan guguran piroklastik.

Pada 2 Desember 2008 dari data hasil pemantauan secara visual dan kegempaan terdapat kecenderungan semakin meningkatnya kegiatan vulkanik Gunung Karangetang, maka pada pukul 13:00 WITA, Status kegiatannya dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).

Dalam status SIAGA ini pengamatan seismik dan deformasi (EDM) dilakukan dengan lebih intensif, dan hasilnya menunjukkan bahwa kegiatan Gunung Karangetang berada dalam fase pertumbuhan kubah lava. Ditandai dengan munculnya titik lava yang merupakan penambahan volume pada kubah lava yang telah ada di Kawah Selatan.

Erupsi Gunung Karangetang tahun 2009

BACA:  Laut Jawa Kuno dan Ibu Kota Atlantis

Pada Bulan Mei 2009, kembali terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Karangetang, didahului oleh peningkatan kegempaan pada tanggal 29 Mei 2009, yaitu terekamnya jenis gempa Vulkanik-Dalam 25 kejadian, gempa Vulkanik-Dangkal 18 kejadian, gempa Tektonik-Lokal 4 kejadian, gempa Tektonik-Jauh 9 kejadian dan diantaranya 1 (satu) kali gempa terasa pada skala II/MMI.

Peningkatan kegiatan ini berlanjut dan pada tanggal 31 Mei 2009 terjadi letusan yang diikuti oleh guguran lava pijar sejauh 2250 meter dari pusat kegiatan yang mengarah ke Kali Batuawang, Kali Kahetang, dan Kali Keting sehingga pada pukul 13:00 WITA tingkat aktivitas Gunung Karangetang dinaikkan dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV).

Aktifitas kegempaan maupun guguran lava cenderung menurun dan pada 7 Juni 2009 status kegiatan diturunkan menjadi Level III (Siaga). Pada 2 Nopember 2009 terjadi kenaikan kembali berupa aliran lava dan guguran piroklastik. Arah dan jarak guguran masih pada daerah yang telah diperkirakan, sehingga status kegiatan tetap pada Level III (Siaga).

Pada krisis Gunung Karangetang 31 Mei – 5 Juni 2009 dilakukan evakuasi penduduk di sekitar Desa Dame. Evakuasi dilakukan pada malam hari, terutama untuk penduduk Desa Dame yang berada pada kampung yang paling tinggi (daerah Kopi). Selain itu diadakan juga kegiatan sosialisasi dan penyebaran informasi bahaya letusan Gunung Karangetang kepada penduduk dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sitaro.

Erupsi Gunung Karangetang tahun 2010

Gunung Karangetang pada 4 Agustus sekitar pukul 00.15 WITA meletus. Masyarakat melakukan evakuasi untuk menghindari letusan susulan. Akibat letusan sedikitnya 4 orang dinyatakan hilang. Akses transportasi ke lokasi bencana lumpuh setelah jembatan ambruk oleh endapan lahar panas. Rombongan Bupati yang meninjau lokasi bencana terdekat dengan lereng gunung mengalami kesulitan karena beberapa jembatan rusak parah.

Erupsi Gunung Karangetang tahun 2011

Sejak ditetapkan berstatus Awas pada Jumat 18 Maret 2011, aktivitas Gunung Karangetang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, tetap tinggi. Hari ini, gunung itu masih mengeluarkan api dan awan panas.Sementara, awan panas Karangetang mengarah ke Barat, ke arah tiga kampung yakni Kampung Kinali, Mini dan Winangun. Awan panas dan guguran lava diketahui telah merusak satu jembatan dan rumah warga.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN