Contoh Naskah Monolog Singkat

 

MonologAJAIBNYA.COM – Akhir-akhir ini pencarian tentang contoh naskah monolog singkat juga meningkat drastis. Mungkin banyak anak-anak sekolah yang mendapatkan PR membuat contoh naskah monolog singkat.

Sebelum membahas tentang contoh naskah monolog tersebut, sebaiknya mari kita perjelas kembali definisi dari monolog. Monolog adalah istilah keilmuan yang diambil dari kata “mono” yang artinya satu dan “log” dari kata logi yang artinya ilmu.

Jadi secara harfiah, monolog adalah suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran, dimana hanya dibutuhkan satu orang untuk melakukan adegan dan sketsanya. Monolog juga biasanya disebut sebagai dialog bisu.

Dalam dunia peran, kata monolog lebih banyak ditujukan untuk kegiatan seni terutama seni peran dan teater. Dalam kehidupan sehari-hari, monolog biasa juga dipentaskan di televisi sebagai acara humor. Misalnya saja acara Stand Up (Comedy) di beberapa televisi swasta dalam negeri.

Monolog pertama kali diperkenalkan di Hollywood sektiar tahun 1964. Monolog kemudian berkembang menjadi sarana seni dan teater dan sudah menjadi salah satu teori pembelajaran dari karya seni teater. Pada awalnya, monolog diperkenalkan pada masa dimana pertelevisian belum mengenal pengisian suara (dubbing).

CONTOH NASKAH MONOLOG SINGKAT

Untuk memperjelas bagaimana monolog singkat itu, berikut ini kami sajikan contoh naskah monolog singkat untuk Anda:

Karena Sahabat

Pagi itu, seorang anak manusia diam termenung setelah bangun dari tidurnya. Ia sama sekali tidak melakukan hal apapun, kecuali terdiam dan melamun dengan bersandarkan bantal yang Ia tumpuk. Sampai akhirnya, Ia mengeluarkan kata-kata dari yang terlontar dari mulutnya. Pandangannya tetap kosong.

“Aku malas sekolah hari ini. aku benar-benar gak sanggup buat sekolah hari ini.” sejenak berhenti. “Aku malu sama teman-teman semua. Aku berbeda dari mereka. Aku miskin, aku jelek, dan aku tidak seperti mereka” “Tuhan, kok harus aku yang seperti ini? kenapa harus aku Tuhan?” “Aku ingin benci terhadap hidup, tapi aku tak bisa. Masih ada orang yang mencintaiku dengan tulus.

Dan aku sadar, hanya karna tak sanggup untuk sekolah di sekolah itu yang membuat aku benci hidup” Perlahan air mata menetes. “Aku takkan pernah rela bila harus meninggalkan sahabat-sahabatku, karena mereka yang selalu menebarkan cinta tulusnya untukku.” Mengusap airmatanya.

“Oke. aku sadar, harta dan fisik takkan berarti tanpa cinta. aku mempunyai cinta. Ya, benar!” sedikit tersenyum “Kalau aku tidak sekolah disini lagi, aku akan kehilangan mereka. dan Aku tidak yakin ada sahabat sebaik mereka lagi” tersenyum lebar.

“Okedeh, aku sekolah aja. aku gak perduli. Semoga suatu saat nanti, Tuhan memberikan apa yang aku inginkan, dan apa yang aku impikan”. Tersenyum, dan bergegas ke kamar mandi.

Ada lagi contoh lain dari naskah monolog singkat di bawah ini:

Topeng

Aduhai, senang sekali ini malam aku bisa menyapamu. Baiklah kali ini kita berbicara tentang ‘Topeng dan Para Penggunanya.’

Sebelum perkenankan aku bertanya padamu. Apa kau tahu perbedaan orang yang mengenakan topeng dengan yang polos menampilkan wajah apa adanya?

Aku pun jujur saja tak mampu membedakannya. Ada yang tak mengenakan topeng, tapi prilakunya seperti seseorang yang bertopeng ── kira-kira apa ia juga menunggang kuda? Ayolah, mari cermati fenomena ini. Mari sedikit leluasa tebarkan pandanganmu. Bagaimana kalau aku yang memulainya? Biar kulemparkan dulu pendapatku. O, silakan saja kau dan teman-temanmu menangkap sederet ide terbangku yang bersayap. Ya, kau benar itu selagi tak ada awan gelap menyembunyikannya, dan sebelum angin yang terlalu kencang di atas melayangkannya terlalu jauh. Kejarlah! Tangkap segera!

Baik, baiklah.. Aku berpendapat bahwa topeng itu perangkat tiruan wajah. Apa? Kau bilang itu ‘mimesis’? Tunggu, tunggu dulu.. Itu bukan peniruan yang diambil dari kenyataan tanpa upaya merekayasa. Topeng yang kumaksud, oh, tentu saja manipulasi diri sendiri pada suatu figur ideal.

Hmm, baiklah. Kau bertanya apa topeng itu berwajah badut, suka melucu dan bertingkah laku konyol. Aku sedikit gambarkan padamu. Topeng itu bisa saja berwajah badut humoris tetapi berhati seperti yang dimiliki sang raja hutan yang ganas. Bagaimana bisa? Silakan kau bertanya lagi padaku. Hanya saja aku berpendapat bahwa keramahan tertentu belum bisa tulus sebagaimana yang ditampilkan.

Nah, kau jadi penasaran, kan? Aku anjurkan padamu agar gemar mengamati orang-orang di sekeliling dirimu saja. Banyak di antara mereka bersembunyi dari diri sendiri yang sebenarnya.

Contohnya apa? Ayolah, sabar dulu. Pasti kita sama-sama bisa menemukan prototype-nya.

Bagaimana kalau kuberi contoh secara sekilas saja? Bisa kau dapati penjelasan yang terang? Aku mungkin cenderung mau mengatakan bahwa orang-orang bertopeng suka berahasia. Lalu, bisa saja mereka menunggang kuda dengan sebilah pedang anggar panjang yang pipih di pinggang kiri. Hahahaha… Kau tentu kini mengira mereka para pengikut Zorro, bukan? Santai saja dulu. Waktu kita masih banyak untuk membahasnya. Jangan terlalu tegang sarafmu.

Mari cicipi dulu penganannya. Hmm, nikmat bukan? Bagaimana? Ya, sudah minum dulu.

Baiklah, mari kita diskusikan lagi.

Tahu tidak kau? Orang yang mengenakan topeng sebenarnya mencoba untuk berperan ganda. Ia ingin berperan sebagai aktor yang begitu didambakannya, dan sekaligus tentu saja ia juga ingin menyutradarai peran yang dikonsepkan dalam kehendaknya sendiri. Makanya banyak rekayasa yang dilakukan demi penyempurnaan peran yang sedang ditampilkan.

Alasannya? Apa kau tanyakan padaku tentang sebuah alasan? Ah, tentu itu sama saja dengan membicarakan mengapa kita perlu makan. Dalam kasus orang bertopeng, oh, kawan, kau harus tahu semuanya hanyalah kamuflase. Samaran yang menutupi bagaimana orang lain bisa tertipu dengan penampilan sehingga peluang-peluang bisa datang. Lalu? Ah, aku kira kau pasti tahu kelanjutannya. Selanjutnya tak lain hanyalah jalan untuk dapat mewujudkan kepentingan pribadi, mendapatkan apa yang diincar, merebutnya bukan dengan rampasan tetapi melalui pesona tampilan yang memukau kesadaran. Ya, kau benar! Tentu saja sebuah metode yang cantik, bukan?

Baik, baiklah.. Sepertinya kau masih bingung dan butuh lebih banyak lagi penjelasan. Sekarang biarkan aku bertanya dulu. Apa pernah kau melihat seseorang yang sepertinya patuh kemudian dari belakang mengumpati kepatuhannya sendiri? Apa pernah kau memperhatikan orang yang tak bisa menepati janji karena waktu yang mendesaknya untuk mengucapkan janji? Sederhananya begini saja.. Orang bertopeng punya kebiasaan berkata bahwa janji yang diucapkan pada keadaan terpaksa tak seharusnya ditepati. Kok bisa? Ah, lagi-lagi kau terlalu lugu! Janganlah seperti itu! Cobalah biasakan dirimu sendiri untuk melihat apa yang terjadi sesuai dengan pertanyaan bagaimana awal kejadiannya. Jangan bertanya mengapa orang bertopeng bisa sedemikian manipulatif.

Ada satu hal lagi yang perlu kau tahu. Iya, tenanglah! Aku akan terangkan semuanya padamu.

Orang bertopeng selalu berperan sesuai tuntutan skenario yang ia tulis sebelumnya, tetapi dengan luwes selalu pandai ia merevisi kembali bila skenario awal yang ditulis tak sejalan dengan situasi terkini. Mudahnya, siapa pun yang berada di atas panggung kepentingan pribadinya, ia akan berteriak lantang sebagai ikrar awal yang memandu dirinya berperan meraih segala kepentingan pribadi sebagai motivasi penampilannya. Apa kau tahu ikrar para pengguna topeng di panggung kepentingan pribadinya? Dengar dan simaklah baik-baik. Aku akan katakan padamu dengan intonasi yang mudah-mudahan bisa menggambarkan situasi pengucapan ikrarnya. Sebentar aku tarik napas dulu, berkonsentrasi, menyulap diriku seolah-seolah bagian dari mereka.

“Kami bukan siapa-siapa. Karena kami bisa jadi siapa saja, maka kami berterima kasih pada para penerjemah. Maha Agung Dia yang di atas sana sebab begitu pemurah menutup mata semua orang yang kami buat terlena..”

Begitulah ikrar para pengguna topeng, kawan. Semoga kau dan aku terhindar dari tipu muslihatnya. Ya, mudah-mudahan saja.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN