Perjanjian Tuhan Dengan Qabil

 

Perjanjian Tuhan Dengan QabilLuput dari perhatian semua orang sejak zaman dahulu kala hingga sekarang ini bahwa Tuhan pernah mengikat perjanjian dengan Kain (Qabil). Manusia menganggap terbunuhnya Habel (Habil) oleh Kain sebagaimana yang diceritakan dalam alqur’an dan alkitab sebagai pembunuhan biasa sehingga tidak perlu mendapat kajian hukum yang mendalam. Para ahli agama juga tidak tertarik membicarakannya karena menganggap semua orang juga sudah mengetahui cerita ini. Kalaupun dibicarakan, ahli agama juga tidak tahu pelajaran apa yang bisa dipetik dari peristiwa itu.

Cakra Ningrat memiliki pendapat yang berbeda dengan semua ahli agama samawi (yahudi, kristen dan islam) serta seluruh ummat manusia. Cakra Ningrat berpendapat; tragedi pembunuhan antara Kain dan Habel adalah sebuah misteri yang harus diungkap. Jika misteri ini tidak diungkap maka misteri ini akan bersifat kekal. Tidak ada yang kekal kecuali Tuhan!. Seluruh misteri yang selama ini terpendam jauh didasar tanah harus diangkat ke permukaan untuk dibuka kemudian kita lihat bersama-sama. Misteri hanyalah sebuah kegelapan. Bila anda masuk dalam kegelapan maka anda akan tersesat yang pada ahirnya anda tergelincir dan terperosok jauh ke dalam sebuah jurang yang bernama kegelapan.

BACA:  Mencari Jejak Pesawat MH370 di Samudera "Ganas" Hindia

Kegelapan menyebabkan sulitnya manusia menemukan kebenaran sejati. Klaim sepihak terhadap kebenaran yang dilakukan manusia selama ini dengan bersandar pada keyakinan agamanya masing-masing justru hanya menambah jauhnya jarak akan kebenaran itu sendiri. Manusia tidak boleh marah apalagi benci kepada kegelapan malah sebaliknya manusia justru dituntut harus bersifat arif dan bijak dalam memahami kegelapan oleh karena kegelapan itu tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada yang menciptakannya. Yang menciptakan kegelapan adalah Tuhan!. Pertanyaannya bukan kenapa? Tapi darimana dan bagaimana caranya serta untuk apa sehingga Tuhan menciptakan kegelapan kemudian mengangkat penguasa kegelapan?. Jika Tuhan menciptakan kegelapan apakah Tuhan juga menciptakan yang terang?. Siapakah yang lebih dulu diciptakan apakah yang gelap atau yang terang?. Lantas bagaimanakah cara Tuhan memisahkan keduanya?.

Legal Opinion (pendapat hukum) akan menjawab tuntas seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan hukum dan untuk kepentingan hukum agar tidak ada lagi manusia yang mengatakan “kami tidak tahu” saat hari hukum tiba. Yang dimaksud hari hukum adalah hariNya Tuhan. Itulah hari yang sangat mengerikan dan menakutkan!. Ummat kristen menyebutnya sebagai “hari penghakiman” dan ummat islam mengenalnya sebagai “hari pembalasan”. Tidak ada yang mengetahui kapan waktunya kecuali yang Empunya Hari, Sendiri. Kita hanya sebatas menduga dengan mengamati fenomena alam dan kondisi sosiologis, psikologis ummat manusia pada umumnya hususnya rakyat Indonesia.

BACA:  Asal-Usul dan Ciri-ciri Kaum Ya`juj dan Ma`juj

Manusia memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menanti datangnya “hari Tuhan”. Ummat islam bersikap biasa saja dan cenderung tidak tertarik membicarakannya. Para ahli agama mereka (ustadz, kiyai dan ulama) lebih senang menyampaikan da’wah yang berkisar pada permasalahan syariah, muamalah dan hal-hal yang bersifat duniawi. Mereka menyampaikannya dengan gaya dan retorika sebagai ciri khas kreasi dan kreativitasnya masing-masing. Umumnya mereka mengedepankan penampilan yang cenderung fashionable guna menarik simpati dan perhatian ummat. Kelak mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kebenaran subyektif yang mereka sampaikan.

Ummat nasrani menanti datangnya “hari Tuhan” dengan penuh pengharapan dan rasa suka cita, ibarat pengantin perempuan yang menantikan mempelai laki-laki, yang akan datang menjemputnya. Mereka meyakini Yesus Kristus yang selama ini mereka rindukan akan turun ke bumi memilih mereka yang percaya kepada Yesus Kristus dan mengangkatnya untuk hidup dalam kekekalan di rumah Bapa di Syurga dalam kerajaan Allah. Para ahli agama mereka (pendeta dan pastor) cenderung memberi pengharapan yang sangat berlebih-lebihan kepada ummatnya. Pengharapan yang bersifat dogmatis. Pengharapan itu hanyalah seperangkat pendapat yang bersifat kategorik dan autoritatif. Kelak mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal sebagai bentuk pertanggungjawaban hukum terhadap kebenaran subyektif yang mereka sampaikan dan mereka imani selama ini.

BACA:  Asal-Usul Kayu Telogosari

Dalam menyikapi datangnya “hari Tuhan” atau hari Penghakiman/hari Pembalasan Cakra Ningrat berpendapat agar kita tidak bersikap biasa-biasa saja atau mengacuhkannya. Juga janganlah kita menyikapinya secara berlebih-lebihan. Sebaiknya kita mengambil sikap WASPADA dengan mengedepankan logika berfikir kita masing-masing. Kita patut mewaspadai “hari Tuhan” oleh karena manusia adalah sasaran dan obyek yang akan dihakimi. Manusia adalah sasaran dan obyek pembalasan Tuhan. Anda tidak perlu memikirkan soal amalan dan dosa karena Tuhan Yang Maha Pengampun akan mengampuni dosa-dosa manusia KECUALI dosa yang disebabkan karena anda MEMPERSEKUTUKAN Tuhan.

Oleh: Cakra Ningrat

Bersambung

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN