Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Pajang

 

AJAIBNYA.COM – Munculnya Kerajaan Pajang tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Jaka Tingkir atau Pangeran Adiwijaya. Setelah berhasil mengalahkan Arya Penangsang, Adiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang

Kerajaan pajang berdiri pada tahun 1568 dengan raja pertama pajang yakni Pangeran Adiwijaya atau Jaka Tingkir. Sultan Adiwijaya (Hadiwijaya) memerintah Kerajaan Pajang dari tahun 1568 sampai dengan tahun 1582.

Hadiwijaya adalah seorang raja yang menghargai jasa para pengikutnya, terutama pada waktu pertempuran melawan Arya Penangsang. Pengikut Sultan Adiwijaya ketika melawan Arya Penangsang, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi diberi hadiah oleh Adiwijaya.

Ki Ageng Pemahanan menerima hadiah tanah di daerah Mataram. Ki Penjawi diberi hadiah berupa tanah di daerah Pati. Kedua orang pengikut itu sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-masing.

BACA:  Hadis Tentang Isra Miraj

Ki Ageng Pemanahan sebagai bupati di Mataram memiliki seorang putra bernama Sutawijaya. Sutawijaya sangat berbakat di bidang kemiliteran sehingga dijadikan anak angkat Sultan Adiwijaya dan disaudarakan dengan putra mahkota, Pangeran Benawa.

Pada tahun 1575, Ki Ageng Pemanahan meninggal dunia. Oleh Sultan Adiwijaya, Sutawijaya diangkat sebagai pengganti Bupati Mataram.

Sementara itu, daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang, antara lain Pati, Pemalang. Selarong (Banyumas), Krapyak (Kedu Selatan), Mataram (Yogyakarta), dan beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Tuban, Surabaya, Madium, Blitar, dan Kediri.

Bergesernya pusat pemerintahan Kerajaan Pajang dari pesisir ke pedalaman berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian. Perhatian terhadap pengembangan kegiatan pertanian makin meningkat. Hasil-hasil di bidang pertanian juga makin meningkat.

BACA:  Siapakah Sebenarnya Orang Sunda?

Hasil-hasil pertanian itu, antara lain bera, gula, dan palawija. Dengan demikian, ciri-ciri sebagai kerajaan agraris mulai tampak. Kegiatan pelayaran dan perdagangan juga masih berlangsung, tetapi kurang mendapat perhatian dan penguasa.

Perpindahan pusat pemerintahan dari pesisir ke pedalaman juga berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat. Penyebaran agama Islam berkembang ke arah pedalaman. Sistem kehidupan feodal mulai terasa. Sultan memiliki kekuasaan dan kedudukan yang sangat tinggi, sementara rakyat begitu patuh kepada rajanya.

Berbeda dengan kehidupan masyarakat pesisir yang lebih bebas dan dinamis, masyarakat di pedalaman hidup dengan penuh kehati-hatian. Mereka mengutamakan kebersamaan atau kegotongroyongan. Sikap pasrah dan tunduk kepada pemimpin menjadi ciri masyarakat petani.

BACA:  Pelaut Nusantara Dahului Petualangan Cheng Ho dan Columbus

Masa Berakhirnya Kereajaan Pajang. Pada tahun 1582, Sultan Adiwijaya meninggal dunia. Arya Panggiri yang menjadi adipati di Demak, berusaha merebut Pajang. Putra Sultan Adiwijaya yang bernama Pangeran Benwa dapat disingkirkan. Selanjutnya, Arya Panggiri naik takhta Pajang untuk melanjutkan darah keturunan Demak.

Arya Panggiri ternyata kurang mendapat dukungan rakyat Pajang, sebab ia bukan keturunan Adiwijaya. Hal itu merupakan kesempatan bagi pangeran Benawa untuk merebut kembali kekuasaannya. Dengan bantuan Sutawijaya, Arya Panggiri berhasil dikalahkan. Pada tahun 1586, Pajang diambil alih oleh Sutawijaya dan pusat pemerintahannya dipindahkan ke Mataram

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN