Penjelasan Ilmiah Mengenai Banjir Besar Nuh

 

Penemuan kapal yang diduga bahtera nabi NUH di gunung Ararat Turki masih menimbulkan perdebatan , terutama yang berkaitan dengan penjelasan secara ilmiah terutama hidrologi, kenapa hidrologi ?karena berhubungan dengan banjir besar yang materi pembentuknya adalah air. Satu forum di kompasiana membahas secara detail masalah ini, menyimak hampir seluruh halaman tersebut, benar-benar kajian ilmiah berbasis logika ilmu pengetahuan. Dari penghitungan curah hujan penyebab banjir, air resapan di danau pada ketinggian yang meluap sehingga menyebabkan air bah di daerah yang lebih rendah. bla..bla..bla.. berikut potongan analisis yang mister kopas dari situ…

Situs kapal yang dipercaya sebagai bekas kapal Nabi Nuh telah ditemukan di wilayah Turki dekat perbatasan Iran. Di sekitarnya ditemukan pula jangkar batu, reruntuhan bekas pemukiman, dan ukiran dari batu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di website A Site for Research on Noah’s Ark and Naxuan. Kayu dari perahu tersebut sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya sebuah bentuk simetris raksasa seperti perahu. Diduga tanah, debu dan batuan vulkanis yang memiliki usia bebeda-beda telah masuk kedalam perahu tersebut selama bertahun-tahun sehingga memadat dan membentuk sesuai bentuk perahu.

Pada situs tersebut juga diperlihatkan peta satelit yang menunjukan lokasi dari kapal Nabi Nuh beserta jangkarnya. Berdasarkan data ini, lokasi kapal Nabi Nuh dapat pula dilacak dalam peta satelit Google Earth. Peta satelit yang dapat melihat seluruh permukaan bumi sampai dasar laut ini dapat di “download” dengan gratis pada website Google Earth

Dengan peta Google Earth ketinggian (altitude) setiap titik di permukaan bumi dapat diketahui. Berdasarkan peta ini, lokasi situs perahu Nabi Nuh terletak pada ketinggian/level sekitar 2000. Lokasinya di kaki bukit yang agak rata. Sedangkan di daerah sekitarnya masih ada lembah raksasa yang memiliki level jauh lebih rendah. Jadi, perahu Nabi Nuh mendarat pada saat banjir masih belum benar-benar surut. Hal ini juga menunjukkan bahwa kondisi topografi di sekitar situs perahu Nabi Nuh sangat mendukung untuk terjadinya banjir besar Daerah itu merupakan cekungan (basin) raksasa luasnya jauh melebihi luas cekungan Bandung yaitu mencapai sekitar 9-10 juta Ha (70% luas pulau Jawa). Banjir pada saat itu akan seperti lautan karena puncak bukit setinggi 5000 m tidak akan nampak pada jarak 250 km (sebab bumi bulat).

BACA:  IC 1101, Galaksi Super Raksasa di Alam Semesta

Lingkup banjir pada saat perahu Nabi Nuh mendarat dapat dilacak dengan membuat garis ketinggian yang menelusuri level yang sama dengan level dimana perahu ditemukan. Jadi perlu membuat garis kontur yang melalui situs perahu tersebut. Google Earth memiliki fasilitas untuk membuat garis (path line) yang dapat menelusuri permukaan bumi yang berlevel sama sehingga membentuk sebuah garis kontur. Berikut adalah gambar peta satelit Google Earth yang sudah diolah dengan teknologi komputer sehingga dapat memperlihatkan lokasi dan lingkup banjir Nabi Nuh.

Penjelasan Ilmiah Mengenai Banjir Besar Nuh

Garis berwarna biru pada peta adalah kontur dengan level 1530 dimana pada lingkup banjir ini hanya ada satu saluran keluar (outlet I). Outlet ini dahulunya diduga berupa celah sempit kemudian melebar karena gerusan air bah. Karena hanya ada satu outlet sempit yang berbentuk “V”, ini menyebabkan banjir surut menjadi semakin lambat. Namun, perahu sudah mendarat pada level sekitar 2000. Jadi cukup lama menunggu air benar-benar surut.

Luas area banjir pada level 1530 ini sekitar 4 juta ha. Panjang lingkup banjir ini sekitar 560 km (sekitar 3/4 panjang pulau Jawa).

Berapakah level maksimum banjir Nabi Nuh? Level maksimum banjir Nabi Nuh bisa di atas level 2000. Secara teoritis, banjir maksimum terjadi pada saat volume air yang masuk sama dengan volume air yang keluar dari area tersebut. Hal ini membutuhkan juga penelitian geologi untuk mencari bekas-bekas rendaman dan terjangan air yang mungkin masih ada disekitar lokasi. Dilengkapi pula dengan beberapa simulasi komputer.

Berdasarkan riwayat dalam sebuah Kitab Suci (Kitab Kejadian / Genesis), sumber air banjir Nabi Nuh adalah air hujan yang berlangsung 40 hari 40 malam ada juga yang menyatakan 150 hari. Yang penting adalah di daerah itu pernah terjadi hujan yang sangat dahsyat. Air hujan masuk area ini selain secara langsung jatuh dari awan juga melalui cara yang tidak langsung yaitu melalui mata air dari rembesan air danau tinggi yang sudah penuh, air permukaan yang lebih tinggi (catchment area), dan air bah atau air terjun dari danau tinggi yang meluap menuju lembah (lihat peta). Namun sumber utamanya adalah air hujan.

BACA:  Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba

Hujan lebat dengan intensitas curah hujan tinggi turun ke lembah dan sekitarnya. Danau dekat lembah (wilayah Armenia, lihat peta) yang lokasinya lebih tinggi (sekarang +1900 m) akan penuh terlebih dahulu. Kemudian air akan mengalir meresap kedalam tanah menuju lembah (sekarang +850) membentuk banyak mata air. Kemudian setelah danau tersebut tidak mampu lagi menampung air hujan, limpahan airnya akan luber menjadi air bah dan air terjun menuju lembah membentuk gelombang besar. Nampaknya lebih jelas apabila dibuat sebuah gambar animasi sebagai simulasi.

Air banjir keluar lembah melalui beberapa outlet (lihat peta). Outlet I (level dasar 370) menuju laut Kaspia. Outlet II (level dasar 1530) menuju sekitar sungai Eufrat dan Tigris di Irak. Kemudian Outlet IX level dasar 1980.

Kapan banjir nabi Nuh terjadi? Perlu diketahui bahwa danau yang berlokasi di wilayah Iran (lihat peta) tersebut tidak memiliki saluran/sungai keluar. Danau itu sekarang levelnya sekitar 1266m dan ketika banjir Nuh mulai surut air terjebak didalamnya pada level sekitar 1517m. Jadi permukaan air danau itu mengalami penurunan, sampai sekarang beda levelnya sekitar 250 m. Air menyusut kemungkinan melalui penguapan (evaporasi) dan rembesan bawah tanah (infiltrasi). Sebagai contoh perhitungan sederhana, jika air danau surut rata-rata 5 cm pertahun, maka banjir terjadi pada (250/0.05×1tahun =) 5000 tahun yang lalu. Tapi untuk perhitungan yang tepat perlu penelitian ilmiah.

Untuk menyelidiki kecepatan penurunan perlu diolah data statistik naik turunnya permukaan air danau beserta data lain yang berpengaruh (tingkat penguapan, permeabilitas tanah/batuan sekitar, curah hujan, bentuk danau, catchment area). Kemudian dengan menggunakan persamaan matematika yang sesuai dapat diketahui kapan terjadinya banjir nabi Nuh.

Benda-benda terapung yang terbawa banjir akan hanyut keluar area melalui outlet terdekat. Ada juga yang hanyut melalui outlet I menuju laut Kaspia. Namun, Perahu Nabi Nuh terlindung di balik bukit Ararat sehingga tidak hanyut (lihat peta). Benda-benda yang tenggelam pada akhirnya akan tergusur hancur (kecuali barang dari batu dan logam) oleh kekuatan air keluar melalui outlet I menuju laut Kaspia. Kekuatan dorongan air akan lebih hebat daripada luapan air tsunami.

BACA:  Beragam Pantai yang Mempesona di Gunung Kidul

Reruntuhan atau pecahannya sekarang mungkin terkubur di sekitar pantai laut Kaspia dekat outlet I yang banyak mengandung endapan tanah lumpur yang terbawa banjir. Mungkin disitulah terletak harta karun dari ribuan penduduk masa lampau. Belum ada informasi bahwa daerah ini pernah dilakukan penggalian arkeologi.

Ada pula yang berpendapat, untuk membahas persoalan banjir (atau sejarah air di bumi) maka buku ilmiah tentang hidrologi bisa dijadikan acuan.

Ada juga yang menyatakan bahwa EFEK banjir NOAH sampai ke Grand Canyon Amerika Serikat. Pada jaman kuno, antara 10.000 sampai 15.000 tahun lalu memang daratan lebih banyak daripada lautan. Dibawah tanah terdapat air tanah yang sangat banyak jumlahnya. Belum lagi jika menyelidiki UDARA pada saat tsb. Di udara, kira-kira di lapisan ionospere ada lapisan uap air yang meluas sampai jauh ke atas. Lapisan uap air ini tembus cahaya tetapi menyaring banyak sinar ultraviolet sehingga terjadi efek rumah kaca GREENHOUSE EFFECT.

Diperkirakan terjadi LETUPAN dari dalam bumi. Abunya menyembur sampai kelapisan uap air tadi. Abu ini menjadi inti bagi uap air. Terjadilah proses KONDENSASI (perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat). Kondensasi ini dapat terjadi ketika uap mendingin menjadi cairan.

Jadi banjir yang ada pada jaman NOAH (paleolitikum) BUKAN HANYA terjadi karena HUJAN, tapi juga berasal DARI LETUPAN air dari dalam bumi. Mungkin ini yang menyebabkan 2/3 permukaan bumi tertutup oleh air.

Hal tersebut diperkuat dalam buku EVOLUTION OF THE EARTH, disana juga dijelaskan keadaan bumi pada jaman paleolitikum yang sangat berbeda dengan keadaan bumi yang sekarang. Pada tahun 1925, didapati lapisan tanah liat sedalam 3 meter dengan berbagai macam fosil binatang laut di tengah kota padat diberbagai negara amerika latin, timur tengah, dan asia.

dalam forum tersebut juga dibahas tentang sebenarnya banjir tersebut terjadi sevara global atau regional begitu juga dengan klaim ilmuan china yang mengatakan telah menemukan dan masuk ke dalam kapal nabi Nuh (beda versi). nah..pengen lebih jelas ? ke TKP aja.. nih link nya.. 🙂

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN