Sejarah Gunung Semeru

 

Gunung semeru biasa disebut Mahameru yang berarti “Gunung Agung”, adalah gunung tertinggi yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Nama Semeru diambil dari gunung mistis kepercayaan Hindu dan Budha yaitu Meru atau Sumeru (tempat tinggal para dewa).

Gunung semeru

Gunung Semeru di Malang

Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di pulau Jawa, secara geografis letak gunung ini berada di dua wilayah administratif, yaitu wilayah Kabupaten Malang dan Lumajang. Dengan posisi antara 8°06′ LS dan 120°55′ BT. Gunung Semeru memiliki puncak ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Mahameru adalah sebutan untuk puncaknya dan Jonggring Saloko adalah nama kawahnya.

Gunung Semeru memiliki tempat yang khusus bagi umat Hindu dan Budha di Indonesia pada umumnya. karena gunung ini dipersonifikasikan sebagai gunung suci yang berada di India. dalam kosmologi Hindu dan Budha Semeru berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti Sumeru “Meru Agung” adalah pusat alam semesta baik secara fisik maupun metafisik (spiritual).

Gunung ini dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para Dewa (Siwa). Gunung ini juga dianggap sebagai “Lingga Acala” lingga yang tidak bergerak sekaligus juga berarti lingga yang bukan diciptakan oleh manusia. Dalam bahasa Jawa Kuno, Acala memang juga diartikan gunung atau karang.

Dalam Teks-teks “Purana” India yang tergolong kitab Upaweda, memang menyebutkan Tuhan Yang Mahatunggal bersemayam di puncak Mahameru, yang dikenal juga dengan nama Gunung Kailasa atau Gunung Himawan.

Sejarah Gunung Semeru

Giling Wesi, nama pemerintahan di kaki Gunung Semeru ini didirikan oleh Tritresta, yang juga tercacat sebagai penguasa pertama Giling Wesi. Dalam naskah Daerah Jawa bagian Timur, Sumenep dan Bali, Nata Kusuma, pejabat panambahan Sumenap, menyusun silsilah penguasa Hindu yang memerintah di Jawa. Silsilah tersebut cukup detail sejak tahun pertama Jawa dengan pemerintahan Giling Wesi hingga Majapahit.

BACA:  Legenda Gunung Semeru

Puncak mahameru
Puncak mahameru

Dalam pemerintahan Giling Wesi tersebut, ada empat masa pemerintahan yang berkuasa secara berturut-turut disebutkan antara lain Tritresta, Watu Gunung, Gutaka dan Sawela. Legenda kuno yang disusun Nata Kusuma seperti disebutkan dalam buku karya Raffles, menceritakan bagaimana kisah pemerintahan Giling Wesi ini bermula.

Pada mulanya, Wishnu yang menguasai Jawa. Tritresta, putra dari Jala Pasi, dan cucu dari Brama dikirim ke Jawa untuk menjadi penguasa di negeri itu.

Dikisahkan pula kalau Tritresta telah menikah dengan Bramani Kali, dari Kerajaan Kamboja, dalam usia sepuluh tahun. Kedatangannya ke pulau Jawa dan membentuk pemerintahan di Giling Wesi, di Kaki Gunung Semeru ini disertai oleh delapan ratus keluarga dari negeri Kling (India).

BACA:  Syeh Abdurrahman, Penjaga Gunung Sinabung

Tritresta mendapat dua anak dari pernikahannya yakni Manu Manasa dan Manu Dewata. Dalam pemerintahan Tritresta, penduduk Giling Wesi berkembang hingga 20.000 orang.

Pemerintahan Tritresta berakhir ketika dia dikalahkan oleh Watu Gunung, dari Negeri Kling yang datang ke Giling Wesi karena tertarik dengan ketenaran dua orang wanita, Sinta dan Landap yang ternyata dibawah perlindungan Tritresta.

Tritresta mati dan penguasa Giling Wesi digantikan oleh Watu Gunung yang kemudian memerintah selama 140 tahun lamanya. Karena berbuat kesalahan, Watu Gunung mendapat hukuman mati dari Dewa Wishnu.

Kemudian dikirimkan oleh Batara Guru, Gutaka dari Gunung Sawela Chala di Negeri Kling untuk menjadi penguasa Giling Wesi. Gutaka mati setelah berkuasa selama lima puluh tahun dan digantikan oleh anaknya Sawela. Tidak diceritakan bagaimana akhir dari pemerintahan di Giling Wesi, di kaki Gunung Semeru itu.

BACA:  Dominasi Sulu Di Nusantara

Selain keindahan panorama alamnya ternyata gunung Semeru memiliki Peninggalan Arkeologi berupa Arca (Arcopodo) dan prasasti kumbolo. Prasasti kumbolo adalah prasasti yang diperkirakan peninggalan dari kerajaan Kediri. sedangkan Arcopodo diperkirakan peningalan jaman kerajaan Majapahit.

Kerajaan masa Hindu – Budha di daerah Jawa Timur dibagi ke dalam tiga periode. Periode pertama adalah kerajaan Kediri yang memerintah sejak abad ke 10M hingga tahun 1222 M. periode kedua masa kerajaan Singosari yang memerintah tahun 1222 M hingga tahun 1293 M.

Dan periode ketiga masa kerajaan Majapahit yang memerintah dari tahun 1293 M hingga abad ke 16. dapat disimpulkan bahwa kedua peninggalan arkeologi Gunung Semeru adalah peninggalan purbakala yang kaya akan nilai histori dan budaya.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN