AJAIBNYA.COM ~ Pusaka adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu benda yang dianggap sakti atau keramat. Biasanya benda-benda yang dianggap keramat di sini umumnya adalah benda warisan yang secara turun-temurun diwariskan oleh nenek moyangnya, seperti misalnya dalam lingkungan keraton.
Dalam Kisah Pewayangan Banyak sekali senjata Pusaka yang tak kalah saktinya dengan senjata modern jaman sekarang. Berikut ulasannya.
KUKU PANCANAKA
Senjata Pancanaka berupa Kuku jempol tangan yang berwarna hitam, melengkung panjang ke bawah serta sangat tajam. Diceritakan tajamnya tujuh kali tajam pisau cukur. Pada babat hutan Amarta, Bima menggunakan kuku Pancanaka untuk menebang pohon- pohon besar, dan pada perang Baratayudha, Bima menggunakan Pancanaka untuk memotong leher Dursasana.
Tak mudah mendapatkan Pusaka ini, Bima harus bersemadhi di gua gunung meheru selama berbulan-bulan, dan pada awalnya dewa pemilik kuku tak mau memberikannya pada Bima. Oleh karena itu, Batara Guru memberikan 2 kuku pancanaka buatannya, agar Bima tak mengamuk dan memporak porandakan Bumi.
PANAH PASOPATI
Pasopati : Paso artinya Tepat. Pati artinya Mati. Jadi panah pasopati jika mengenai musuh atau lawan yang berupa Raksasa, Kesatria ataupun Saudara, Pastilah lawan tersebut menemui ajalnya
Panah Pasopati diberikan oleh batara guru, saat arjuna melakukan tapa pada lakon arjunawiwaha. panah tersebut digunakan arjuna untuk membunuh raja raksasa yaitu Niwatacaraka yang ingin mempersunting Dewi Supraba, selain itu digunakan untuk membunuh jayadarta dan Adipati Karna.
BUSUR GANDIWA
Arjuna menerima Gandiwa dari Waruna atas rekomendasi dari Agni. Waruna juga memberikan Arjuna, dua Kantong Panah yang tak pernah habis, sebuah kereta yang dibuat oleh Wiswakarma yang memiliki bendera Hanuman, dan tunggangan empat Kuda putih yang lahir di wilayah Gandharwa.
Gandiwa dikatakan menanggung beban yang berat (MBH 4,40), dan memiliki panjang ‘tãlamãtra’ (MBH 5,161, 8,68). Interpretasi Tãlamãtra bervariasi (pohon palem, sepanjang lengan, empat sampai enam hasta, dll). Arjuna sudah bersumpah untuk memotong kepala siapa pun yang memintanya untuk memberikan busurnya.
KONTA WIJAYA
Senjata Konta Jaya adalah milik Adipati Karna. Senjata Konta adalah pemberian dari Dewa Indra. Konta Jaya adalah senjata yang sangat Ampuh Namun hanya dapat digunakan Satu Kali saja. Pada Mulanya Senjata ini digunakan untuk membunuh Arjuna, tapi naasnya senjata ini terpaksa Digunakan untuk membunuh Gatot Kaca.
Dalam Versi Mahabharata mengisahkan, Gatotkaca sebagai seorang raksasa memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba.
Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa kembali ke perkemahan mereka. Pertempuran pun berlanjut. Semakin malam kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Prajurit Korawa semakin berkurang jumlahnya karena banyak yang mati di tangannya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya.
Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan. Duryodana pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca.
Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka Indrastra pemberian Dewa Indra yang bernama Vasavi shakti alias Konta untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna.
Namun karena terus didesak, Karna terpaksa melemparkan pusakanya menembus dada Gatotkaca. Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca masih sempat berpikir bagaimana caranya untuk membunuh prajurit Kurawa dalam jumlah besar. Maka Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Korawa.
Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca. Dalam barisan Pandawa hanya Kresna yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan relatif aman.
JAMUS KALIMASADA
Serat Jamus Kalimasada adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki oleh Prabu Puntadewa (alias Yudistira), pemimpin para Pandawa. Pusaka ini berwujud kitab, dan merupakan benda yang sangat dikeramatkan dalam Kerajaan Amarta.
Salah satu kisah pewayangan Jawa menceritakan tentang asal-usul terciptanya pusaka Jamus Kalimasada. Pada mulanya terdapat seorang raja bernama Prabu Kalimantara dari Kerajaan Nusahantara yang menyerang kahyangan bersama para pembantunya, yaitu Sarotama dan Ardadedali.
Dengan mengendarai Garuda Banatara, Kalimantara mengobrak-abrik tempat tinggal para dewa. Batara Guru raja kahyangan meminta bantuan Resi Satrukem dari pertapaan Sapta Arga untuk menumpas Kalimantara. Dengan menggunakan kesaktiannya, Satrukem berhasil membunuh semua musuh para dewa tersebut.
Jasad mereka berubah menjadi pusaka. Kalimantara berubah menjadi kitab bernama Jamus Kalimasada, Sarotama dan Ardadedali masing-masing menjadi panah, sedangkan Garuda Banatara menjadi payung bernama Tunggulnaga.
Satrukem kemudian memungut keempat pusaka tersebut dan mewariskannya secara turun- temurun, sampai kepada cicitnya yang bernama Resi Wyasa atau Abyasa. Ketika kelima cucu Abyasa, yaitu para Pandawa membangun kerajaan baru bernama Amarta, pusaka-pusaka tersebut pun diwariskan kepada mereka sebagai pusaka yang dikeramatkan dalam istana.
Di antara pusaka-pusaka Kerajaan Amarta, Jamus Kalimasada menempati peringkat utama. Kisah-kisah pedalangan banyak yang bercerita tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada. Meskipun demikian pusaka keramat tersebut senantiasa kembali dapat direbut oleh Yudistira dan keempat adiknya.
CAKRA BASKARA
Lengkapnya Cakra Sudarsana, atau Cakra Baskara adalah senjata andalan Batara Wisnu. Senjata itu juga dimiliki para titisannya, termasuk Prabu Kresna, raja Dwarawati. Sebagai senjata milik dewa, Cakra bukan hanya ampuh, tetapi juga mempunyai bermacam kegunaanyya.
Kebanyakan makhluk di dunia ini tidak ada yang sanggup mengelak dan menangkal dari serangan senjata Cakra kecuali tokoh tertentu yang berpihak pada kebajikan.
Dalam pewayangan senjata Cakra digambarkan berbentuk roda dengan gigi-gigi yang menyerupai mata tombak. Pada Wayang Kulit Purwa dan Wayang Orang, senjata Cakra dirupakan sebagai mata panah (nyenyep, Bhs. Jawa), sedangkan dalam penggambarannya di beberapa dinding candi serta di komik-komik yang diterbitkan di Jawa Barat, Cakra dilukiskan berbentuk semacam cakram yang tepinya bergerigi.
Dalam pewayangan gagrak Jawa Timur diceritakan, senjata Cakra Baskara tercipta dalam lakon Wisnusraya. Suatu ketika, Prabu Mangliawan dari Kerajaan Selagringging menyerbu kahyangan, karena pinangannya terhadap Dewi Sri Pujayanti ditolak. Bala tentara dewa kewalahan menghadapinya. Sang Hyang Narada menugasi Batara Wisnu untuk menghadapi Prabu Mangliawan.
Sebelum berangkat ke medan laga Batara Wisnu menyuruh istrinya memohon restu pada Batara Guru.
Namun pemuka dewa itu tidak berkenan karena ia masih sakit hati pada Wisnu dan Dewi Sri, karena mereka kimpoi, padahal Batara Guru juga berminat memperistri Dewi Sri. Batara Guru bahkan membuang ludah dahaknya sehingga menodai kain yang dikenakan Dewi Sri.
Dewi Sri kemudian melaporkan segala kejadian itu pada suaminya. Oleh Wisnu dahak Batara Guru yang menempel di kain istrinya dipuja menjadi sebuah senjata sakti berbentuk bulat, dengan delapan runcingan di sekeliling sisinya. Senjata itu dinamakan Cakra Baskara atau Riak Kumala.
Menurut versi yang ini, kisah terjadinya senjata Cakra dimulai dari niat Batara Guru untuk berolah asmara dengan Dewi Sri Widawati. Sang Dewi menolak dan memohon perlindungan Batara Wisnu.
Ketika batara Wisnu hendak menyadarkan Batara Guru bahwa perbuatannya tidak pantas, pemuka dewa itu malah marah, lalu melakukan tiwikrama. Keempat tangannya menjadi besar dan panjang hendak mencengkeram Wisnu.
Karena takut sekaligus marah, Batara Wisnu melakukan tiwikrama, berubah ujud menjadi Kalamercu. Batara Guru kewalahan dan menghentikan serangannya, tetapi rasa kesalnya belum reda. Batara Wisnu diludahi .
Kemudian bersama Batari Sri Widawati dan Batara Basuki, Wishnu diusir dari kahyangan. Sebelum meninggalkan kahyangan, Batara Wisnu memuja ludah Batara Guru menjadi senjata Cakra.
Mulai saat itulah mereka menitis pada manusia yang dipilihnya.
Pertama kali senjata Cakra digunakan oleh batara Wisnu memenggal leher Rembuculung atau Kala Rudra. Sewaktu mendapat laporan dari Batara Candra bahwa Rembuculung mencuri air kehidupan Tirta Amerta. Batara Wisnu segera memburunya.
Dengan Senjata Cakra, dewa Pemelihara Alam itu memenggal leher Rembuculung hingga putus. Namun, karena raksasa gandarwa itu sempat meneguk Tirta Amerta. Sebelum sempat tertalan, kepala Rembuculung tidak mati, sedangkan badannya menjadi lesung.
Kala Cakra dalam bahasa Sansekerta mengandung arti bulatan atau lingkaran, piringan, roda atau sejenis dengan itu.
PANAH NAGAPASA
Panah Nagapasa adalah panah milik Indrajit Anak Rahwana. Panah ini apabila dilepaskan dari busurnya maka akan mengeluarkan Ribuan Naga yang siap mencabik-cabik raga musuh si indrajit.
Indrajit merupakan ksatria yang sakti mandraguna. Dalam perang melawan pasukan Wanara, ia pernah melepaskan senjata Nagapasa yang keampuhannya mampu melumpuhkan Sri Rama. Setelah melalui pertempuran seru, ia akhirnya tewas di tangan Laksmana adik Rama.
GADA RUJAKPALA
Gada Rujakpala adalah Senjata Bima yang ia gunakan untuk membunuh Duryudana pada hari Terakhir , perang barathayuda. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana.
Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.
BRAHMAASTRA (PANAH NUKLIR)
Brahmastra, senjata dari Dewa Brahma. Merupakan senjata yang sangat kejam dan berbahaya, beberapa ilmuwan terpercaya dimasa kini meyakini senjata ini memiliki daya hancur yang setara dengan bom atom, bahkan dikatakan dapat menghancurkan bumi . Senjata ini juga dapat menghalau hampir semua senjata dewa lainnya.
Brahmastra merupakan senjata yang berbentuk anak panah, dan tidak akan pernah meleset dari sasarannya, baik individual ataupun kelompok. Brahmastra diperoleh dari hasil meditasi kepada Dewa Brahma, dan hanya dapat digunakan sekali dalam seumur hidup.
Brahmastra diaktifkan dengan membacakan mantra yang diberikan kepada pengguna senjata saat memperoleh senjata ini. Rama menggunakan senjata ini untuk membunuh Rahwana, sedang Arjuna dan Ashwatthama hampir saja menghancurkan bumi karena hendak mengadu sesama senjata ini
BRAHMANANDA
Brahmananda, merupakan jenis senjata yang paling mematikan didunia. Senjata ini adalah gabungan dari tenaga spritual 7 dewa tersakti didalam kebudayaan Hindu.
Brahmananda adalah senjata Dewa Brhama yang paling mematikan. Tidak ada senjata lain di dunia yang bisa menyaingi kesaktian daripada Brahmananda, bahkan Brahmastra, Pashupatastra, Brahmasira, Amoghashakti, Vajra, Narayanastra, Vaishnavastra ataupun Sudarshana Chakra tidak dapat menahannya.
KASUTPADA KACARMA
Kasutpada Kacarma adalah sepatu yang terbuat dari kulit naga Sang Hyang Hanantakusuma, dewa penjaga Bumi yang bebentuk naga. Kulit naga itu mempunyai kekuatan gaib yang menyebabkan pemakainya tidak mempan sihir dan ilmu hitam.
Siapa yang memakainya bebas terbang tanpa di deteksi jebakan mantram sakti musuh. Mantram sakti itu semacam ranjau pelumpuh yang mungkin untuk zaman sekarang serupa dengan radar musuh. Dengan sepatunya itu Gatotkaca bebas melintas di atas daerah yang angker dan berbahaya.
NENGGALA
Nenggala adalah nama senjata pusaka asuhan Baladewa, ksatria tertangguh yang mewarisi kekuatan dewa dewa seluruh angkasa. Nenggala dikisahkan mampu melelehkan gunung, membelah lautan, dan mengakhiri nasib matahari hanya dalam sekali tebas.
Semua orang banyak tahu tentang Nenggala, bahkan jauh lebih dikenal daripada Sang Baladewa sendiri. Padahal, tak seorangpun pernah menyaksikan wujud Sang Pusaka Nenggala itu. Karena begitu dahsyatnya Nenggala,maka pusaka yang satu ini tak boleh banyak diperlihatkan.
Pada suatu senja, Baladewa keluar menenteng Nenggala dan memperlihatkannya kepada dunia. Maka sontak ribuan dewa berkuda awan turun dan menghadang langkah Baladewa, lantas berseru: “Hai Baladewa,jangan kau bawa bawa pusaka itu keluar padepokanmu sembarangan. Simpan sampai nanti Perang Bratayudha pecah.”
10 TOPIK MENARIK LAINNYA
sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin