Syeh Abdurrahman, Penjaga Gunung Sinabung

 

KEAJIABANDUNIA.NET – Banyak orang yang mencari tahu siapa sebenarnya Syekh Abdurrahman (Syeh Abdurrahman), sang penjaga gunung Sinabung sebagaimana dipercayai oleh masyarakat di Tanah Karo, khususnya di Desa Bekerah.

Syeh Abdurrahman adalah seorang ulama yang diduga kuat berasal dari daerah Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Kota Barus sebagai kota Emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, dan disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansur.

Ulama kharismatik Syekh Abdurrahman ini hidup antara akhir tahun 1600 hingga awal 1700-an. Beliau menggunakan deretan pegunungan Bukit Barisan sebagai pintu lintasan syiar Islamnya.

Gunung Sinabung

Warga desa Bekerah percaya bahwa Sinabung pernah dijadikan tempat persinggahan Syeh Abdurrahman dan pengikutnya ketika melakukan dakwah di sekitar pantai Barat Sumatera. Beliau juga dipercaya pernah bermukim cukup lama di lembah Gunung Sinabung.

BACA:  Survey Geofisika di Bawah Permukaan Gunung Padang

Dari segi geografis, Tanah Karo di Sumatera Barat memang memungkinkan sekali menjadi tempat persinggahan mufti-mufti di tanah Andalas. Soalnya, wilayah Barus yang menjadi pintu masuk agama Islam dikenal memiliki banyak ulama kharismatik, salah satunya adalah Hamzah Fansuri.

Tanah Karo sendiri adalah pintu lintasan pedagang dan ulama dari Barus menuju Kutacane, Alas, Gayo bahkan Meulaboh, Aceh. Tak heran, ajaran Islam pun dapat berakulturasi dengan budaya setempat.

Misalnya mengucapkan Bismillah dalam memulai mantra-mantra doa atau sesajen. Sejarah mencatat, proses akulturasi Islam, Hindu dan kebudayaan lokal kental di Tanah Karo terus berlangsung hingga invasi yang lakukan Kesultanan Aceh abad ke-17.

Syekh Abdurrahman dan Gunung Sinabung

BACA:  Teori Out of Sundaland

Kisah Syekh Abdurrahman ini sering dikait-kaitkan dengan kemistikan gunung Sinabung, puncak tertinggi di Tanah Karo itu. Sebagimana juga di gunung-gunung yang lain, sejumlah pantangan berlaku di daerah tersebut. Para pendaki yang ingin naik ke gunung Sinabung, oleh warga setempat diperingatkan untuk tidak mengucapkan kata-kata kotor selama berada di daerah itu.

Gunung Sinabung di Tanah Karo

Selain itu, bagi warga yang ingin naik ke gunung Sinabung dilarang memakan daging anjing dan daging babi. Dua binatang yang masuk daftar haram dalam ajaran Islam. Jika mereka memakan daging babi atau anjing lantas kemudian mendaki gunung Sinabung, mereka akan mendapatkan murka dari “Syekh Abdurrahman” dan para pengikutnya.

Letusan gunung Sinabung yang terjadi hingga kini pun masih dikait-kaitkan dengan adanya pendatang yang melanggar larangan yang sudah diyakini sejak turun temurun oleh warga yang berdiam di sekitar gunung Sinabung. Letusan Sinabung yang tak bisa diprediksi itu juga dipercaya masyarakat setempat sebagai pesan dari penjaganya, Syekh Abdurrahman cs, agar selalu memperhatikan ekosistem dan keseimbangan lingkungan.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN