Sejarah Asal Usul Kerajaan Malaka

 

AJAIBNYA.COM – Sulit sekali menemukan bukti sejarah yang lengkap tentang asal usul kerajaan Malaka (kesultanan Melaka). Kerajaan Malaka tidak mempunyai bukti arkeologis maupun catatan sejarah sebagai bukti keberadaannya.

Bukti adanya kerajaan ini hanya berdasarkan kronik dari Dinasti Ming di Cina dan Sulalatus Salatin. Dari dua bukti sejarah ini masih terdapat kesimpangsiuran tentang bagaimana kerajaan ini berdiri.

Konon, Kerajaan Malaka merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Singapura. Akibat serangan Jawa dan Siam, pusat pemerintahan Kerajaan Melayu di Singapura berpindah ke Malaka. Dalam Kronik Dinasti Ming tercatat bahwa Parameswara sebagai pendiri Malaka pernah mengunjungi Kaisar Yongle di Nanjing pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya.

Sedangkan ihwal bagaimana agama Islam menjadi agama mayoritas rakyat Malaka dan menjadi agama resmi dari Kerajaan Malaka juga tidak ada bukti yang benar-benar jelas. Hanya saja, dari reruntuhan kerajaan Malaka akibat serangan Portugis pada tahun1511, diketahui bahwa pemerintahannya saat itu dipimpin oleh seorang sultan.

BERDIRINYA KERAJAAN MALAKA

Sebagian sejarawan mencatat bahwa Kerajaan Malaka berdiri pada sekitar tahun 1380-1403. Pendirinya adalah Parameswara, putra dari Raja Sam Agi, Raja Sriwijaya kala itu. Parameswara melarikan diri ke daerah Semenanjung Melayu melewati Selat Melayu (kala itu belum bernama Malaka), karena Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan akibat serangan Kerajaan Majapahit.

Ketika ia tiba di semenanjung Malaka itulah Parameswara bertemu dengan penduduk asli yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Berhubung karena Parameswara dan rombongan adalah orang yang lebih pendidikan dan memiliki tingkat kebudayaan yang lebih tinggi, mereka berhasil mengajari penduduk asli berbagai pengetahuan.

Kerajaan Malaka

Dalam perkembangan selanjutnya, semenanjung Malaka menjadi lebih ramai dan berperan sebagai pusat perdagangan, tempat lewatnya kapal-kapal dagang dari daerah lain.

BACA:  Peninggalan Kerajaan Makassar

Parameswara dan rombongnanya berhasil mengajari penduduk asli untuk bercocok tanam berbagai tanaman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Parameswara juga berhasil menemukan tambang yang berupa biji-biji timah. Dari sinilah kemudian berkembang pembuatan peralatan dari timah.

Dengan berkembangnya Semenanjung Melayu menjadi Kerajaan Malaka, maka berkembang pula perdagangan yang lebih ramai. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dari beberapa daerah di pulau Sumatra. Di pulau Sumatera, orang-orang semenanjung Malaka membeli beras dan kebutuhan lain yang tidak ada di Malaka.

ASAL USUL NAMA MALAKA

Sebenarnya terdapat beberapa versi asal usul nama Malaka. Menurut ahli sejarah dari Malaysia, Parameswara ketika di Tumasik diserang oleh Kerajaan Siam, kemudian melarikan diri ke daerah Muar. Tetapi pada perjalanannya, ia diganggu oleh banyak biawak yang ada di sungai.

Kemudian arahnya berubah menuju ke daerah Burok, dan mencoba bertahan dari kejaran pasukan Siam. Tetapi usaha itu gagal dan mereka melarikan diri lagi ke daerah Sening Ujong, dan sampai ke Sungai Bertam di pesisir pantai.

Lalu ketika menetap di daerah itu oleh penduduk sekitar Parameswara diangkat menjadi raja. Suatu saat, ketika ia sedang berburu, tiba-tiba anjingnya bertarung dengan pelanduk dan kalah. Ia begitu terpesona oleh peristiwa yang terjadi.

Saat menyaksikan peristiwa itu ia sedang berteduh di bawah pohon malaka. Dari sini kemudian Parameswara memberi nama Malaka pada daerah itu, dan sebagai nama kerajaannya, yaitu Kerajaan Malaka.

Versi selanjutnya dari nama Malaka berasal dari pengertian pertemuan berbagai pedagang dari daerah lain untuk melakukan transaksi. Nama tempat itu diambil dari bahasa Arab, malqa yang artinya “tempat bertemu”. Itulah dua di antara beberapa versi tentang asal usul kerajaan Malaka yang ada.

BACA:  Pengaruh Wahhabi Dalam Islam

POLITIK DAMAI KERAJAAN MALAKA

Kerajaan Malaka yang baru berdiri di tengah kekhawatiran mendapatkan gangguan dari penguasa daerah lain yang lebih besar. Prameswara, sultan pertama kerajaan yang bergelar Sultan Muhammad Iskandar Syah berusaha menjalankan politik damai tanpa peperangan. Saat itu, ada dua kerajaan besar yang bisa menjadi ancaman bagi kesultanan Malaka, yaitu Majapahit dan Cina.

Politik damai yang dilakukan oleh sultan pertama ini melalui jalinan hubungan diplomatik dan ikatan pernikahan. Sultan Muhammad Iskandar Syah sebagai sultan pertama Kerajaan Malaka mengunjungi Kaisar Yongle di Nanjing pada 1205 untuk mendapat pengakuan atas kerajaan yang baru didirikannya itu.

Dengan niat baik, sultan mengirimkan upeti ke Kaisar Yongle sebagai simbol persahabatan, dan kaisar tadi memberikan perlindungan kepada kerajaan yang baru berdiri itu. Sehingga Kerajaan Siam yang sebelumnya sering menganggu tidak berani lagi menganggu wilayah kerajaan Malaka.

Untuk menjaga kedamaian dengan Kerajaan Majapahit di Jawa, sultan akhirnya menikah dengan salah satu putri Kerajaan Majapahit. Dari politik yang dilakukannya itu, kerajaan Malaka berjalan dengan damai tanpa ada gangguan yang berarti. Politik warisan Sultan Muhammad Iskandar Syah ini dianut oleh para sultan selanjutnya.

***

Pada tahun 1205, Kaisar Cina mengirimkan Laksamana Ceng Ho mengunjungi Kerajaan Malaka untuk mengadakan perjanjian persahabatan. Inilah yang membuat kerajaan ini tetap aman. Secara tidak langsung, dua kerajaan besar, Majapahit dan Cina, melindungi Malaka.

Sebagai balasan atas kunjungan resmi Laksamana Cheng Ho ke Malaka, di tahun 1411 Sultan Malaka berkunjung ke Cina. Sultan dan rombongannya disambut dengan upacara meriah. Kaisar sangat senang dengan kunjungan Sultan Malaka beserta rombongannya.

BACA:  Kelahiran Prabu Angling Dharma

Rumah Adat MalakaRumah Adat Malaka

Selanjutnya, sebagai upaya untuk terus menjaga hubungan diplomatik yang lebih baik dengan Cina, Sultan Mansyur Syah (raja keenam Kesultanan Malaka) menikahi putri Kaisar Yunglo yang bernama Hang Li Po. Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah ini, Kerajaan Malaka terkenal dengan angkatan lautnya yang disegani. Mereka mempunyai seorang laksamana yang baik bernama Hang Tuah.

Laksamana Hang Tuah mampu melaksanakan tugas dari sultan untuk menjalankan politik yang baik dengan kerajaan tetangga. Ia menguasai beberapa bahasa, seperti Cina, Siam, dan Keling. Pada masa itu, Kerajaan Malaka mampu menjaga daerah lautnya dari perompak yang sering menganggu perairan.

PENYEBARAN ISLAM DI MALAKA

Sejarah mencatat bahwa Islam menyebar di Kerajaan Malaka melalui perantaraan pedagang-pedagang yang berkunjung ke Malaka. Pedagang Islam ini mengetahui bahwa Malaka merupakan salah satu bandar di timur yang mengalami kemajuan di bidang perdagangan, sehingga banyak dari mereka berkunjung untuk melakukan perdagangan dengan penduduk Malaka.

Berbaurnya para pedagang Islam yang datang dari luar Malaka perlahan mempengaruhi kepercayaan penduduk sekitarnya. Lambat laun, Islam menyebar ke semenanjung Malaka. Dengan masuknya raja pertama Malaka, Prameswara sebagai pemeluk agama Islam pada tahun 1414, penyebaran agama Islam ke Malaka pun semakin maju.

Masuknya raja Prameswara ke agama Islam ikut mengubah gelarnya menjadi Sultan Muhammad Iskandar Syah. Hal ini pula yang mendukung Islam dijadikan sebagai agama resmi Kerajaan Malaka.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN