Pembunuhan Habil Oleh Qabil

 

Qabil Membunuh Habil

Logika hukum akan mempertanyakan “kenapa pembunuhan itu terjadi? Apa motifnya dan untuk kepentingan apa!” Kain adalah saksi pelaku dan Habel adalah korban.

Pembunuhan itu terjadi secara spontanitas atau terjadi begitu saja sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pembunuhan berencana. Motif pembunuhan karena saksi pelaku merasa cemburu, irihati, dengki dan dendam.

Mengungkap motif pembunuhan berarti mengungkap misteri penciptaan Tuhan. Tidak ada misteri yang tidak diungkap. Tidak ada misteri yang bersifat kekal. Yang kekal hanya satu. TUHAN. Tuhan berkepentingan atas pengungkapan misteri PenciptaanNya yang pertama sebelum penciptaanNya yang pertama diahiri.

Kita semua yang hidup saat ini dengan segala kemudahan karena kemajuan tekhnologi hanyalah mata rantai yang sangat panjang sebagai akibat dari sebab adanya penciptaan yang pertama. Tuhan akan mengahiri penciptaanNya yang pertama oleh karena Tuhan akan melakukan penciptaan yang kedua untuk menggenapinya.

Ummat nasrani mengenal penciptaan Tuhan yang kedua sebagai “hari kebangkitan” sedangkan ummat islam menyebutnya sebagai “hari berbangkit”. Hari itu, Tuhan begitu amat dekatnya dengan manusia.

Tuhan berdiri didepan lautan manusia dan manusia berdiri dihadapan Tuhan. Meski begitu, manusia tetap tidak akan dapat melihat wajah dan sosok Tuhan, oleh karena semua kepala hanya tertunduk. Hari itu manusia terdiri atas dua golongan saja yaitu golongan baik dan jahat.

Manusia yang berdiri pada barisan golongan jahat adalah manusia yang memiliki sifat cemburu, irihati, dengki dan dendam yang ia warisi dari Kain. Kain mendapatkan sifat itu dari Hawa, perempuan yang melahirkannya.

Karena semua manusia dilahirkan oleh perempuan maka tidak ada satupun manusia yang bisa terbebas dari keempat sifat-sifat tersebut. Bukti bahwa Hawa yang menurunkan sifat-sifat itu dapat kita lihat dalam kitab Kejadian 4:1-2.

Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN”. Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain, dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.

Perkataan Hawa “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN” tidak boleh diterima atau diartikan secara harfiah oleh karena dibalik kalimat itu ada pesan Tuhan yang tersembunyi untuk kita semua.

Sebagaimana yang telah kami sebutkan dalam artikel terdahulu bahwa Tuhan menciptakan Adam kemudian dari tulang rusuk kiri Adam, Tuhan menciptakan Hawa lalu melalui Hawa Tuhan menciptakan nafsu birahi dan hawa nafsu. Ada dua pesan Tuhan yang ingin disampaikan yaitu:

  • Kalimat “Aku telah melahirkan seorang anak laki-laki” bermakna; hawa nafsu yang tadinya Tuhan ciptakan melalui Hawa dimana nafsu tersebut telah diturunkan kepada anak laki-lakinya yang pertama yang bernama Kain. Karena nafsu telah diturunkan kepada Kain berarti didalam diri Hawa masih terdapat “nafsu birahi (syahwat)”. Jika Kain telah mewarisi nafsu, kelak diapun akan mewarisi syahwat.
  • Kalimat “dengan pertolongan TUHAN” bermakna; hanya dengan bantuan dan pertolongan Tuhan, manusia bisa terbebaskan dari nafsunya oleh karena Tuhan yang pernah mengikat perjanjian dengan Kain.
BACA:  Proses Menjadi Imam Mahdi

Untuk mengungkap misteri pembunuhan Kain terhadap Habel dengan benar dan obyektif kita tidak boleh menggunakan alkitab saja atau alqur’an saja akan tetapi kita harus menggunakan kedua kitab Tuhan tersebut sebagai sumber hukum.

Perbedaan prinsip dari kedua kitab itu adalah penonjolan sifat dan karakter tokoh yang dikisahkan. Alkitab menonjolkan karakter Kain sementara alqur’an menonjolkan karakter Habil.

Melihat perbedaan ini, Cakra Ningrat justru sangat mengagumi kepandaian dan kecerdasan Tuhan dalam menyembunyikan misteri PenciptaanNya. Sungguh celakalah manusia yang membangga-banggakan kebenaran agama yang dianutnya.

Dalam kitab kejadian 4:3-7

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga memper-sembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka Tuhan mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkanNYa. Lalu hati Kain sangat panas dan mukanya muram. Firman Tuhan kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?. Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?. Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip didepan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya”.

Korban yang dipersembahkan Habel adalah anak sulung kambing-dombanya sedang Kain memberi korban persembahan berupa hasil pertaniannya (buah-buahan). Tuhan hanya menerima korban yang dipersembahkan oleh Habel. Firman Tuhan kepada Kain “mengapa hatimu panas dan mukamu muram?”.

Firman ini tidak bisa dimaknai secara harfiah oleh karena ada pesan Tuhan yang tersembunyi dibalik FirmanNya. “Hati panas” menandakan sifat “nafsu” yang CEMBURU dan IRIHATI. Kain cemburu dan irihati kepada Habel karena korban persembahan Habel saja yang diterima Tuhan. “Muka muram” menandakan sifat “nafsu” yang sudah sampai pada keadaan DENGKI dan DENDAM.

Hawa nafsu memiliki empat sifat terkondisi yaitu cemburu, irihati, dengki dan dendam. Keadaan terkondisi dari sifat cemburu dan irihati adalah HATI PANAS. Semua orang yang cemburu dan irihati dapat merasakan kalau hatinya panas. Apabila rasa cemburu dan irihati tidak cepat dikendalikan maka keadaannya akan meningkat kelevel dengki dan dendam.

BACA:  Tanda Menjelang Akhir Zaman

Keadaan terkondisi dari sifat dengki dan dendam adalah MUKA MURAM. Kita dapat melihat orang yang dengki dan dendam memiliki muka yang muram dan tidak berseri. Apabila manusia telah panas hatinya dan mukanya muram maka ada dosa yang mengintip didepan pintu; dosa itu sangat menggoda.

Jika manusia tidak mampu menguasai godaannya maka manusia pasti terjebak dalam perbuatan “melanggar hukum”. Dosa yang dimaksudkan didalam firman Tuhan adalah nafsu AMARAH. Orang yang marah adalah orang yang tidak mampu menguasai dirinya.

Kain adalah personifikasi “nafsu” yang diciptakan Tuhan dari Hawa-nafsu. Hawa identik dengan kata “suhu” dalam satu keadaan tertentu. Suhu memiliki banyak tingkatan mulai yang paling dingin, sejuk, biasa saja, hangat dan panas. Dalam kitab kejadian 3:20 dikatakan:

Manusia itu memberi nama Hawa kepada istrinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.

Semua yang hidup (manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan) memiliki nafsu. Yang membedakan kita adalah tingkatan hawa-nya. Kain adalah “nafsu” yang berhawa “panas”. Ini diwujudkan dalam sifat-sifat cemburu, irihati, dengki dan dendam.

Dalam alqur’an surah Al-maidah 5:27

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil) ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.

Qabil (Kain) yang telah dikuasai oleh nafsu amarah mengatakan “Aku pasti membunuhmu”. Orang yang sudah dikuasai nafsu amarah adalah orang yang selalu mencari jalan pintas untuk menyelesaikan suatu permasalahan disebabkan karena orang itu sudah tidak lagi menggunakan fikiran akal sehatnya.

Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.

Perkataan Habil menunjukkan sikap dirinya yang tenang dan tidak terpengaruh dengan rencana jahat Qabil (Kain). Ketenangan itu justru memberinya kecerdasan untuk menggiring Qabil ketopik permasalahan “korban” siapa yang diterima Tuhan. Hanya korban orang-orang yang bertakwa yang diterima Tuhan.

Kita tidak bisa menerima kata “orang bertakwa” secara harfiah oleh karena kata takwa sangat subyektif dan tidak terukur. Karakter Habil yang ingin ditonjolkan oleh alqur’an dengan berlindung di balik kata “takwa” sesungguhnya adalah sifat Habil yang SABAR.

Sikap Habil yang tidak terpengaruh dengan Qabil yang sedang dikuasai nafsu amarah adalah bukti kesabarannya. Habil tidak menjawab perkataan Qabil yang marah malah sebaliknya dengan kepintarannya Habil justru ingin mengembalikan Qabil kedalam topik yang sebenarnya.

BACA:  Sekilas Tentang Gunung Raung

Jangan menghadapi orang marah dengan cara marah oleh karena anda akan hancur dan menyesal. Marah memiliki karakter “buta”. Orang yang marah cenderung selalu mencari jalan pintas karena fikrannya buta. Hadapilah marah dengan sabar.

Orang yang sabar adalah orang yang pintar. Sabar dan pintar sama dengan telur dan ayam, sangat sulit menjawabnya jika ditanyakan manakah yang lebih duluan? Kita dapat menyaksikan orang-orang yang berhasil dalam kehidupannya setidaknya dia memiliki dua potensi dasar didalam dirinya yaitu sabar dan pintar.

Entah mana yang duluan; apakah orang itu sabar disebabkan karena kepintarannya ataukah orang itu pintar disebabkan karena kesabarannya. Keberhasilan dan kesuksesan seseorang membutuhkan waktu yang panjang.

Sama halnya untuk mengatakan seseorang sabar dan pintar serahkanlah kepada sang waktu yang akan mengujinya yang pasti sabar yang dimaksudkan oleh alqur’an berbeda dan bukan berarti masa bodoh. Habil tidak bermasa bodoh dengan membiarkan dirinya akan dibunuh oleh Qabil akan tetapi Habil mengemukakan argumentasi hukum menandakan Habil orang yang pintar.

“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu, sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (Q.S. 5:28)

Kita tidak bisa memaknai ayat diatas secara harfiah oleh karena ada pesan Tuhan dibalik perkataan Habil yang ingin disampaikan kepada kita. Karakter yang akan ditonjolkan oleh alqur’an adalah sifat Habil yang kedua yaitu IHLAS.

Meskipun Qabil menggerakkan tangannya untuk membunuh Habil akan tetapi Habil tidak akan menggerakkan tangannya untuk membunuh Qabil. Itu berarti; ihlas tidak akan pernah mengharapkan balasan sekalipun itu balasan dari Tuhan.

Bagaimana mungkin anda mengharapkan balasan atas keihlasan anda dari Tuhan yang anda tidak ketahui? Ihlas bukan ucapan atau perkataan semata. Ihlas bukan juga pengharapan. Ihlas adalah bentuk dari sebuah ketenangan jiwa.

“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”. (Q.S. 5:29)

Karakter Habil yang ingin ditonjolkan oleh ayat di atas adalah sifat Habil yang PASRAH. Pasrah bukanlah sebuah perasaan yang dapat diungkap melalui perkataan ataupun ucapan. Pasrah adalah bentuk dari sebuah keadaan atau suasana hati yang damai. Tiga sifat yang ditonjolkan oleh alqur’an yang dimiliki oleh Habil yaitu; sabar, ihlas dan pasrah. Ketiga sifat tersebut dapat diuraikan di postingan selanjutnya.

Oleh: Cakra Ningrat

Bersambung

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN