Sejarah Nusantara Perlu Dikaji Ulang Kembali

 

Sejarah Nusantara Perlu Dikaji Ulang KembaliPenipuan Penulisan Sejarah (Historiografi) atau tepatnya pengaburan Peristiwa Sejarah oleh Pihak ilmuwan Imperialis Eropa mulai abad ke 19. Yaitu dari Zaman Kolonial Perancis – Herman Willem Daendles (1808-1811), Kolonial Inggris – Thomas Stamford Raffles (1811-1816), Kolonial Belanda – Van der Capplen (1816-1826) hingga Johannes van Mook (1942), tepatnya melalui Pencurian ratusan ribu artefak dan puluhan ribu manuskrip Nuswantara, mempersulit Sejarawan kita dalam menulis sejarah.

Rezim Kolonial Perancis (1800-1811) diduga kuat merupakan pelaku perusakan puluhan Candi Hindu-Buddha di jalur pantai utara Jawa (Pantura). Pelakunya adalah Daendles yang konon oleh buku-buku sejarah, tercatat sebagai Gubernur Jenderal yang sukses membangun jalan raya pos sepanjang ribuan kilometer hanya dalam tempo 1000 hari. Tentu saja klaim kesuksesan Deandles ini wajib dicuragai sebagai HOAX dalam Historiografi!!

Memang dalam berbagai literatur, rezim Deandles tercatat sebagai Perusak puluhan Candi Hindu Buddha dan pembunuh ribuan orang Jawa lewat kerja paksa rodi. Soal prestasi pembangunan jalan raya Pantura? Ternyata para kuli Deandles cuma membabati rumput dan merapihkan jalan-jalan lama yang sebelumnya sudah ada. Ini adalah salah satu bentuk dari sekian banyak Penipuan Sejarawan Belanda terhadap bangsa kita. Untuk apa? Tentu untuk melanggengkan kekuasaanya di negeri kita.

BACA:  Dimanakah Negara Terkaya di Dunia?

Begitu juga dengan Raffles yang konon pada zaman rezim ini, ilmu-ilmu pengungkapan sejarah Nusawantara dengan metode Barat (arkeologi) tengah digencarkan. Raffles yang hobbi mengumpulkan benda-benda kuno (artefak) dan seorang Numismatis (Pengumpul koleksi koin-koin yang diterbitkan di daerah kekuasaannya). **Saya juga arkeolog penggemar artefak dan koin, Numismatik Indonesia  . Prestasi spektakuler mereka adalah ditemukannya Situs Candi Borobudur atas info dari warga Semarang. Tentu saja bukan mereka yang menemukan situs Candi ini, mereka cuma ikuti gaet orang Semarang tadi, ingat yaa..

Namun seperti kebiasaan para perampok Eropa (imperialis), baik itu Daendles sang Perusak Puluhan ribu Benda Cagar Budaya milik Nuswantara kita, maupun Raffles Sang Pelopor Maling Ratusan ribu artefak Nuswantara kita, adalah jelas sama-sama Pelaku Kriminal!! Dan wajib kita Kutuk perbuatannya.

Celakanya, pihak agen-agen illuminati Kejawen Palsu yang bercokol di Perkumpulan Boedi Oetomo (1908), sejak 1920-an, secara terang benderang melakukan fitnah keji terhadap umat Islam Nuswantara, khususnya terhadap Walisongo. Yaitu kata mereka; bahwa yang menghancurkan Majapahit adalah Raden Fatah (Jimbun) si anak durhaka yang melawan Ayahandanya sendiri – Brawijaya V. Ulah Raden Fatah ini dikendalikan oleh Walisongo. Konon kata mereka lagi; bahwa dalam aksi ganasnya itu, Tentara Islam – Demak, menghancurkan candi-candi di Jawa (di Pantura) sebagai aksi penghapus kesyirikan di masyarakat Jawa. Tentu saja fitnah ini Tidak Benar sama sekali, Bohong Besar!!

BACA:  Kilasan Sejarah Mengenai Kesultanan Majapahit

Entah mungkin karena iri dengki terhadap Syarikat Islam (Syarikat Dagang Islam 1905) yang berjaya melebarkan sayapnya ke seantero Persada Nuswantara. Fitnah keji oknum-oknum Boedi Oetomo ini tertulis dalam Serat Dharmogandul. Seiring dipugarnya atau lebih tepatnya dieksavasinya Situs Purbakala Candi Borobudur oleh ilmuwan Kolonial Belanda. Yang dianggap sebagai era kebangkitan Buddha Jawa dan Kejawen.

Nyatanya, sebagian besar dari pendahulu mereka, orang-orang Jawa Abangan & Kejawen Palsu yang bermarkaz di Surakarta, merekrut pula orang-orang Jawa bagian Selatan untuk menjadi anjing-anjing Belanda – KNIL yang dilatih di Magelang. Mereka lalu dikirim ke Aceh Darussalam, dan Kalah Telak dalam Perang Aceh! Nantinya sebagian dari mereka pun murtad (keluar dari Islam). Karena Islam mengharamkan Hobbi mereka minum Khamer (Miras), makan Babi dan perbuatan tercela lainnya.

BACA:  Teka - Teki Negeri Samudra dalam Hadits Nabi Muhammad SAW

Akibat Pemalsuan Sejarah, hingga hari ini, model Devide Et Impera telah Sukses memecah belah Orang Sunda dan Orang Jawa. Buktinya, tak ada satupun nama jalan atau nama gedung di Jawa Barat yang menggunakan nama Hayam Wuruk maupun nama Gajah Mada, karena mereka masih alergi dengan Majapahit.

CATATAN: Maaf Saya Tidak Menyalahkan Perhimpunan Boedi Oetomo, tetapi beberapa oknum anggotanya yang terlibat dalam GERAKAN ILLUMINATI. Begitu pula dengan Oknum-oknum Syarikat Islam (SI) radikal yang terpengaruh oleh faham komunis, yang akhirnya memecah belah SI menjadi; SI Merah dan SI Putih. Itulah sejarah.
Harap para pembaca yang Budiman dapat memahami.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN