Tragedi dan Peringatan Karbala Dalam Hikayat Melayu

 

AJAIBNYA.COM – Mereka yang membenci dan anti terhadap Muslim Syiah, mengklaim Asyura sebagai tradisi impor asal Iran pasca Revolusi Islam 1979. Namun, Sejarah peringatan Asyuro ternyata banyak terekam dalam hikayat maupun manuskrip-manuskrip kuno di Nusantara.

tragedi-dan-peringatan-karbala-dalam-hikayat-melayu

Manuskrip kuno tentang syiah di beberapa tempat sempat dipermasalahkan sebagian orang yang menganggapnya sebagai ritual khusus milik Muslim Syiah. Lebih parah lagi, ada yang mengklaim Asyura sebagai tradisi impor asal Iran pasca Revolusi Islam 1979.

Namun fakta berkata lain. Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, berjudul Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah, karya Muhammad Ikhram Fadhly Hussin, sejenis manuskrip dengan nomor panggil ML 446, yang terletak di lantai 5B, bercerita tentang bagaimana pada 10 Muharam atau Hari Asyura, cucu Nabi, Imam Husein telah syahid.

Hikayat setebal kurang lebih 4 cm, lebar 17,5 cm, panjang 25,6 cm dan diperkirakan berumur sekitar 4 abad ini masih terawat rapi. Meski tampak lusuh namun isinya masih tetap dapat dibaca. Dengan menggunakan huruf Arab pegon dan bahasa Melayu.

BACA:  Kitab Henokh Kunci Misteri Peradaban Awal

Hikayat dari abad ke 13-15 M ini menjadi bukti nyata bahwa peringatan Asyura dan kisah tentang kesyahidan Imam Husein telah ada di negeri kita sejak awal masuknya Islam ke Nusantara.

Saat berkunjung ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (23/10), melihat dan membaca langsung Hikayat tersebut, Tim ABI Press mendapati kisah kesyahidan Imam Husein ketika 10 Muharam terdapat di halaman 186 baris ke enam hingga halaman 187.

Tertulis di sana bahwa pasukan Yazid lah yang telah membantai Imam Husein di padang Karbala.“Amir Husein di padang Karbala dikerubungi oleh segala kaum munafik. seperti orang memetik kembang, kepalanya pun diperceraikan daripada badannya.”

Sementara di halaman 190 Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah itu dikisahkan saat Imam Husein tiba di padang Karbala dengan paparan sebagai berikut:

“Diceritakan Amir Husein pun bertanya, hai tolongku apa nama padang ini? Maka kata segala sahabatnya, junjunganku padang inilah padang Karbala. Maka kata Amir Husein, wah inilah padang tempat kematianku itu, karena sabda Rasulullah saw, bahwa kematian Husein itu kepada padang Karbala, maka kata Amir Husein, qolu innalillahi wa inna ilaihi roji’un.

Bukan hanya cerita tentang Imam Husein yang syahid di padang Karbala saja, Hikayat ini pun menjelaskan tentang acara peringatan 10 Muharam atau Asyura pada masa itu di berbagai daerah di Nusantara yang dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua jenis.

BACA:  Nusantara Sejak 3000 Tahun yang Lalu, Sebuah Surga yang Terkenal di Dunia

Peringatan pertama yang lebih bersahaja dilakukan di sejumlah wilayah di Nusantara seperti di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi Selatan dan Aceh. Di Jawa dan Madura peringatan 10 Muharram atau Asyura disebut dengan Hari Suro atau Asuro.

Sementara di Aceh, Asyura disebut dengan hari Hasan dan Husin, yang pada malam harinya diadakan pengajian atau majlis dengan mendengarkan pembacaan Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah yang menceritakan tentang tragedi Karbala.

Peringatan yang kedua adalah peringatan yang lebih mirip dengan di Iran atau India. Bentuk perayaan seperti ini dapat dijumpai di Sumatera Barat dan Bengkulu yang dimulai sejak abad ke-18 M, ketika Inggris menguasai Bengkulu dan membawa banyak warga Muslim Syiah dari daratan India.

BACA:  Penjelasan Bait ke-167 Dalam Ramalan Jayabaya

Perayaan yang dilakukan dengan arak-arakan Tabut, melambangkan kesyahidan Imam Husein dengan diiringi rombongan musik yang melambangkan pasukan Imam Husein (Barkel 1975).

Maka Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah adalah salah satu fakta bahwa peringatan Asyura atau peringatan kesyahidan Imam Husein pada 10 Muharam telah lama ada bersamaan dengan masuknya Islam di Nusantara pada sekitar abad ke 13-15 M dan telah melekat, mendarah daging dengan Islam Nusantara.

Tapi, jika ternyata masih ada sebagian kelompok Islam di Nusantara yang berusaha untuk menyangkalnya, mungkinkah mereka tidak membaca sejarah?

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN