AJAIBNYA.COM – Dalam versi lain, Sanghyang Ismaya memiliki putera bernama Bathara Mahyanti (Mahayekti) dan Bathara Patuk, namun tidak menambah jumlah putera Sanghyang Ismaya.
Jadi jumlah putera Sanghyang Ismaya tetap 10, dengan meniadakan dua yang lainnya. Bathara Temburu dalam melaksanakan tugas selalu bersama dengn Bathara Patuk.
Namun ada sebagian pencinta wayang berpendapat, bahwa Bathara Patuk dan Temburu, merupakan nama satu orang, sehingga mereka menyebut mengatakan Bathara Patuk Temburu.
Demikian pula Bathara Penyarikan yang mempunyai tugas yang strategis, yaitu mencatat segala kejadian yang akan terjadi pada setiap manusia, baik jodohnya, maupun tanggal kematiannya.
Ternyata Bathara Penyarikan belum ada silsilahnya. Mohon koreksi bila ada yang lebih mengetahui hal ini dan mohon saran serta masukan.
Anak Sanghyang Ismaya yang bernama Bathara Kamajaya atau Bathara Kumajaya bersama dengan Dewi Ratih atau Dewi Kumaratih anak Sanghyang Soma, sedangkan Sanghyang Soma putera Sanghyang Pancaresi, masih keturunan Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang.
Bathara Kamajaya menjadi perlambang laki laki yang tampan sedangkan Dewi Kamaratih adalah perlambang seorang wanita yang cantik jelita.
Dalam adat Jawa upacara 7 bulan kehamilan, terdapat kelengkapan upacara adat, berupa sebuah kelapa muda (degan) digambari pada dua sisinya, satu sisi digambari wayang Bathara Kamajaya dan di baliknya digambari wayang Dewi Ratih.
Tetapi bisa juga digambari dengan wayang yang lain, misalnya Arjuna dan Sumbadra, Rama dan Sinta, dst. Maksudnya merupakan keinginan kedua orang tuanya agar kelak anak yang dilahirkan laki laki akan seperti Bathara Kamajaya, apabila anak lahir perempuan akan cantik seperti Dewi Ratih.
Kini sudah saatnya Semar dan Togog harus meninggalkan Suralaya. Semar diikuti Gareng dan Petruk turun ke Arcapada untuk mengabdi pada satria yang berbudi luhur.
Sedangkan Togog mencari majikan raja raksasa yang kejam. Ia ditugaskan Sanghyang Tunggal mengendalikan kekejamannya. Ditengah perjalanan Semar dan Togog berpisah, mereka mencari jalan masing-masing.
Semar, Gareng, dan Pertruk meneruskan perjalannanya, seperti biasanya mereka senang berkelakar, sehingga perjalanan yang amat melelahkan ini tidak begitu terasakan. Mereka beristirahat dibawah pohon yang rindang.
Tiba-tiba Gareng melihat bayangan hitam,yang semula bayangan Semar, kini bisa berjalan kedepan Semar dan saling berhadapan dengan Semar.
Melihat ada bayangan hitam dihadapannya, Semar segera bersemadi, bayangan hitam itu menampakkan dirinya. Ternyata ada orang gemuk pendek yang matanya lebar, hidungnya pesek, mulutnya pun lebar, lucu ssekali wajahnya.
Mereka memberi nama Bagong. Setelah beristirahat cukup lama, mereka meneruskan perjalanannya.Sementara itu Togog telah menemukan pula teman perjalanannya, Sarawita atau Bilung.
Pada suatu hari Dewi Uma mengajak Sanghyang Manikmaya berpesiar ke angkasa. Dan juga turun ke Arcapada, untuk menengok kedua orang tuanya di Merut.
Dengan senang hati Sanghyang Manikmaya mau mengantar Istrinya, Mereka terbang bersama Lembu Andini. Sampai diatas langit, mendadak Sanghyang Manikmaya timbul hasrat syahwat birahinya.
Sanghyang Manikmaya minta agar dewi Uma melayani kehendaknya dipunggung Lembu Andini. Dewi Uma menolak, permintaan suaminya,karena di perjalanan tabu melakukannya.
Tetapi Sanghyang Manikmaya tetap mendesak. Akhirnya Dewi Uma megatakan kalau Sanghyang Manikmaya seorang dewa, tetapi tindakannya seperti yang bertaring saja.
Sanghyang Manikmaya terkejut ketika melihat dirinya bertaring.Setelah bertaring sebesar biji randu, Sanghyang Manikmaya mendapat sebutan baru dengan Sanghyang Randuwana.
Sanghyang Manikmaya tanpa disadarinya mengatakan istrinya juga seperti Raseksi. Tiba-tiba saja wajah Dewi Uma menjadi Raseksi. Tanpa disadarinya dari tubuh Sanghyang Manikmaya terpancarlah sebuah cahaya dan cahaya itu jatuh kedalam lautan.
Cahaya yang jatuh dalam lautan itulah yang akan menjadi anak Sanghyang Manikmaya berikutnya. Sanghyang Manikmaya tidak mengetahui kejadian itu, Ia sedang menyesali dirinya, sehingga istrinya menjadi seperti seorang Raseksi.
Sanghyang Manikmaya tidak dapat mengubah kewujud aslinya. Merekapun turun ke Arcapada menemui kedua orang tua Dewi Uma. Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni hatinya bagai tersayat, melihat perubahan pada wajah anaknya, Dewi Uma.
Karen sudah terlanjur dan sudah kehendak dewa. mereka berdua hanya bisa pasrah. Sanghyang Manikmaya minta Satu buah ranti dari pohon ranti yang tumbuh dihalaman Istana Merut.
Buah ranti ditangan Sanghyang Manikmaya dicipta menjadi seorang gadis jelita, dan diberilah nama Uma Ranti. Mereka bertiga berpamitan dan pulang kembali ke Kahyangan. Dari perkawinan dengan Uma Ranti, Sanghyang Manikmaya mendapatkan anak;
- Bathara Cakra,
- Bathara Asmara ,
- Bathara Mahadewa
- dan Dewa Kembar Bathara Aswan dan Bathara Aswin.
Menurut versi lain, Bathara Aswan dan Bathara Aswin putera Sanghyang Sumeru.
Setelah beberapa tahun kemudian, mnghadaplah Sanghyang Baruna ke Suralaya, Dewa Laut melaporkan kepada Sanghyang Manikmaya, bahwa mahluk laut kawulanya, hampir habis dimakan seorang raksasa yang sangat menakutkan.
Raksasa itu sekarang sedang memburunya sampai di Kahyangan. Sanghyang Manikmaya menyuruh Sanghyang Baruna menyingkir dahulu, karena ia akan segera menghadangnya. Tak lama kemudian Raksasa itu sudah memasuki Kahyangan Jonggring Salo ka.
Sanghyang Manikmaya ngeri juga melihat raksasa itu. Ia tinggi besar gemuk dan wajahnya penuh dengan gigi yang amat tajam.Tanpa menunggu lama Sanghyang Manikmaya mengeluarkan aji kemayan.
Raksasa itu terkena aji kemayan, tubuhnya limbung, jatuh dan tergeletak lemas terkulai, dan tak bergerak. Sanghyang Manikmaya segera mmengangkat Tombak Kalaminta untuk mem bunuhnya.
Tetapi dari jauh Sanghyang Narada berlarian mencegah Sanghyang Manikmaya agar tidak membunuhnya. Karena raksasa itu masih anak Sanghyang Manikmaya sendiri.
Kemudian Batara Narada meriwayatkan asal-usul raksasa itu. Sanghyang Manikmaya menerima apa yang dikatakan Sanghyang Narada. Kemudian Sanghyang Manikmaya mencabut sepasang gigi taring dari raksasa itu.
Gigi taring itu berubah menjadi Keris, keris itu diberi nama Kala Nadah dan Keris Kala Dite. Keris Kala Nadah nantinya menjadi milik Prabu Trembaga dari Pringgadani.
Kemudian jatuh ketangan Prabu Pandu.Dari Prabu Pandu keris Kala Nadah diberikan kepada Arjuna. Pusaka terus turun pada Gatutkaca, dalam lakon Gatutkaca Krama.
Sedangkan Pusaka Kala Dite terakhir dipegang oleh Adipati Karna dari Negeri Awangga. Setelah raksasa itu siuman, Sanghyang Manikmaya memberikan nama Bathara Kala Gumarang, atau biasa kita kenal dengan nama Bathara Kala.
Mengingat Bathara Kala suka makan binatang dan orang, maka Sanghyang Manikmaya memberi sebuah gada pemukul.kepada Bathara Kala.
Sanghyang Manikmaya tidak suka melihat anaknya, Bathara kalau makan seperti binatang buas, ditubruk lalu diterkam.
Ia menghendaki agar semua buruannya dipukul dengan gada itu, setelah mati baru dimakan. Bathara Kala akhirnya pergi dengan membawa gada untuk mencari buruannya.
Bersambung
10 TOPIK MENARIK LAINNYA
sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin