Kaitan Punt Dan Phoenisia

 

AJAIBNYA.COM ~ Lanjutan dari artikel Kepulauan Sulu Sebagai Atlantis. Bila teori ini kami katakan sebagai LIKUSANTARA maka ini berarti “Mendeteksi Online Persaudaraan anak-anak Adam as” Penjelasan kami kali ini mungkin akan menggembirakan suku Momugon di Sabah dan Dayak di Sarawak serta Kalimantan.

Memang sudah selayaknya mereka gembira karena selama ini mereka dianggap sebagai Monggoloid yang datang dari Indocina ke Asia Tenggara dan Beberapa dari mengatakan bahasa orang-orang Sulu lah yang bertanggung jawab mencolek mereka dari Indochina lalu dijual kepada para orang-orang kaya Nusantara.

Itu ada kebenarannya tetapi bukan semuanya demikian. Bahkan mungkin terjadi sebaliknya karena Bangsa Dayak dan Momugon tidak mengetahuinya. Bagaimana pula jika dikatakan bangsa Monggolia itu sebenarnya berasal dari Asia Tenggara?

Setelah meneliti dan menyusun fakta tersedia Phoenisia adalah gelar kepada anak Ham bin Nuh as yang bernama Kana’an. Apakah Nabi Noh A.S. itu Yahudi? Hebrew atau Israel?

Jika ada mengatakan demikian maka mereka telah lakukan kesalahan karena ternyata Nuh as sehingga kakeknya Adam A.S. berasal dari kepulauan Nusantara khususnya kepulauan yang kita kenali sebagai Filipina, Borneo hingga ke Papua Nugini.

Jangankan Nuh A.S. sedangkan Nabi Ibrahim as sendiri bukan Yahudi. Nama ‘sejarah’ sendiri telah dimanipulasi dan berlebihan. Inilah produk desain yang paling jahat Yahudi karena terbukti melalui Al-Qur’an ayat 67-68 dalam surah Ali ‘Imran, Allah berfirman:

“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan yang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah mereka yang mengikuti Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad serta orang-orang yang beriman kepada Muhammad dan Allah adalah pelindung semua mereka yang beriman “.

Benarkah asal-usul para nabi awal sehingga anak-anak Nuh as dimulai di Asia Tenggara? Siapa sebenarnya Kana’an yang anak-anaknya disebut Phoenisia? Menurut para peneliti sejarah Eropa yang juga bingung terhadap asal-usul bangsa Phoenisia ini mengatakan bahwa bangsa ini mendapat nama dari bangsa Yunani kuno, Phoenikie berarti tinta ungu adalah karena bangsa Phoenisia lah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan warna ungu pada kain lalu dinamakanlah Phoenikie yang berarti bangsa tinta ungu.

BACA:  Kontroversi Mengenai Situs Gunung Padang

Padahal sebenarnya disebabkan Phoenisia yang awal-awal perkenalkan warna tersebut sehingga penggunaannya meluas maka warna ungu celup itulah yang disebut Phoenikie sempena nama Phoenisia oleh Yunani kuno.

Beberapa hal lagi menjadi keheranan Eropa tentang Phoenisia adalah, Dari mana asal-usul Phoenisia? Mengapa mereka sangat mahir merentas lautan luas? Mengapa mereka berkulit hitam dan berbibir tebal berambut keriting? Mengapa mereka terlalu handal menyelam hingga 30 menit berada dalam laut dengan sekali nafas?

Mengapa mereka berbicara bahasa aneh? Mengapa kapal mereka berhasil membawa berbagai transaksi mahal seperti emas dan perak serta beberapa transaksi lain yang hanya dapat ditemukan di Asia Tenggara? Mengapa mereka terlalu handal mengukir kayu dan batu?

Untuk membuktikan Phoenisia berasal dari Asia Tenggara kita perlu mengetahui apa maksud sebenarnya nama Phoenisia ini dan dari mana ia diambil. Sebenarnya ia diambil dari kata Punt yang disebut oleh Raja-raja Mesir Kuno yaitu Fir’aun.

Kita lihat apa kata mistisfiles.blogspot.com tentang Punt, “Punt pada mulanya dianggap terletak di Afrika tetapi penemuan bentuk badak di relief pada candi di Luxor yang memiliki hanya satu sumbu adalah menunjukkan karakteristik badak Asia, bukan badak Afrika!

BACA:  Raja Namrud dan Ratu Semiramis

Ketika ekspedisi Hatshepsut pada abad 15 Sebelum Masehi, tercatat pada relief pada dinding candi bahwa Nehesi telah memimpin ekspedisi ke Punt mewakili Ratu Hatshepsut. Ketika itu Punt diperintah oleh Raja Perehu (King Parahu) dan Permaisuri Hati (Queen Ati).

Dimanakah lokasi sebenar bangsa Parahu yang diperintah oleh Raja Perehu itu? Didalan dunia bangsa yang disebut Pala’o atau bangsa berperahu ini adalah disekitar kepulauan Sulu hari ini. Sebutan Sulug terhadap Parahu ialau Palau atau Pala’u atau Pala’o.

Jika Anda masuk ke ruang Google Earth membuat pencarian dengan mengetik Palau, Google akan menunjukkan tempatnya ialah antara kepulauan Filipina dan Irian Jaya atau Papua Indonesia hari ini. Tapi mengapa disebut Punt?

Punt berasal dari kata Phoenyx sejenis burung legenda yang terkait dengan kekuasaan, kebebasan dan keberuntungan yang baik. Sifat burung yang bebas terbang di udara adalah sama dengan bangsa Phoenisia yang bebas dibawa angin di lautan luas sehingga dengan mudah berlayar mengelilingi bola dunia.

Di Kepulauan Sulu dari Luzon Filipina ke Borneo sampai ke Irian Jaya kebiasaan manusia purba yang kita panggil Dayak dan ayta hari ini menggunakan bulu burung Enggang (Hornbill), elang dan beberapa burung lagi yang besar-besar termasuk burung Merak dan Cenderawasih, digunakan sebagai perhiasan kepala dan pedang mereka sebagai lambang kekuatan dan kepahlawanan.

Phoenyx juga berarti burung Garuda atau “Sumayang Galura” dalam bahasa Sulug dijadikan lambang sebagai simbol kehebatan dan kekuasaan. Inilah kepercayaan kuno oleh anak-anak Adam yang mengagumi “Phoenyx” di negara kepulauan. Simbol yang tetap hari ini pada bangsa Dayak.

Inilah perhiasan kaum pria bangsa Atlantis sejak dahulu kala lagi. Bulu burung Enggang disusun rapi dijadikan topi malah ulu parang atau pedang mereka diukir dengan gambar burung menurut favorit mereka termasuk tato. Dalam bahasa Sulug kata Punt-uk digunakan ke puncak atau Pemimpin Tertinggi.

BACA:  Ekspansi Cina ke Nusantara

Maka pemakian topi dengan menggunakan bulu burung Enggang diistilahkan sebagai orang yang berani dan sanggup menerima tantangan siapapun. Pun dalam bahasa Sulug sendiri membawa makna “himpun”, adalah sesuai gelar tersebut kepada Phoenisia yang menghimpun barang dagang untuk dibawa ke seluruh dunia.

Apakah bahasa lisan bangsa Phoenisia? Sebenarnya mereka berbicara bahasa Mela @ Mala kuno yang hari ini masih dipakai oleh bangsa di Kepulauan Sulu termasuk Filipina, Borneo dan asia Tenggara keseluruhan. Bahasa ini kemudian disebut Bahasa Melayu di Malaysia dan Indonesia.

Bahasa Sulug dan bahasa Champa kuno memiliki banyak persamaan adalah karena Raja-Raja Champa berasal dari kepulauan Sulu pada awalnya. Hal ini akan dibicarakan pada judul lain. Hari ini bangsa Phoenisia di kepulauan Sulu telah dipanggil Samal atau Bajau dan Pala’o.

Bangsa Sulug memanggil Samal Talun (berarti Bajau Rimba – Aborigin atau bangsa Gunung) keduanya Samal Laud (berarti Bajau Laut) kepada bangsa Mela atau Mala. Phoenisia yang berasimilasi dengan bangsa Magog (Dayak) telah menghasilkan satu ras yang disebut Tausug atau Sulug hari ini.

Cucu Nabi Noah A.S. selain Phoenisia adalah Magog bin Japheth atau Yafits bin Nuh as putih kuning dan bermata sepet. Setelah banjir mereka hijrah ke utara Asia Tenggara yaitu Cina. Beranak pinak di sana sehingga Beberapa dari tinggal di Monggolia.

Bangsa ini kemudian disebut Cina, Jepang, Korea dan Monggolia. Bangsa Mongol menjadi manusia ganas dan penghancur peradaban ketika dulu sebab itulah mereka disebut bangsa Magog yang berarti Makjuj.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN