Artikel ini adalah lanjutan dari Perbedaan Sifat Antara Habil dan Qabil
Clausul perjanjian ini termuat didalam Alkitab Kejadian 4 : 13-16 sebagai berikut:
Kata Kain kepada TUHAN: “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapanMu, seorang pelarian dan pengembara di bumi, maka barang siapa yang bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku”.
Firman Tuhan kepadanya: “Sekali-kali tidak!. Barang siapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat”. Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barang siapapun yang bertemu dengan dia. Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, sebelah timur Eden.
Karakter Kain yang ditonjolkan oleh Alkitab adalah sifatnya yang MELAWAN Tuhan, dengan cara MEMBANTAH perkataan Tuhan. Karakter Kain sama dengan karakter iblis yang ditonjolkan oleh alqur’an yaitu MELAWAN dengan cara MEMBANTAH perkataan Tuhan saat iblis diperintahkan bersujud kepada Adam.
Dalam kejadian awal, alqur’an menceriterakan karakter iblis dan malaikat sebagaimana terdapat pada ayat-ayat sebagai berikut:
(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat “sujudlah kamu kepada Adam” maka sujudlah mereka kecuali iblis ia enggan dan takabur, dan ia termasuk golongan yang kafir (QS 2 : 34).
(Ingatlah) tatkala Kami berfirman kepada para malaikat, “sujudlah kamu semua kepada Adam”, lalu mereka sujud, kecuali iblis. Dia berkata: “Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah” (QS 17 : 61).
Apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (Adam), dan sudah meniupkan kedalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud, “Maka bersujudlah para malaikat itu bersama-sama (QS 15 : 29-30).
Ingatlah ketika Kami berkata kepada malaikat, “sujudlah kamu kepada Adam” lalu mereka sujud, kecuali iblis adalah dia dari (golongan) jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. (QS 18 : 50).
Ummat islam keliru dalam memahami ayat-ayat di atas karena mereka menafsirkannya secara harfiah sehingga terekam dalam ingatan mereka bahwa malaikat dan iblis lebih dulu diciptakan Tuhan dari pada Adam. Setelah Adam diciptakan mereka diperintahkan untuk bersujud. Para malaikat menaati perintah dengan bersujud sedang iblis melawan perintah Tuhan. Ummat nasrani juga keliru karena menganggap iblis sebagai malaikat pembangkang, sementara jika kita kaji secara cermat dan mendalam tidak ada satupun firman Tuhan dalam alkitab yang menerangkan tentang kehadiran malaikat dan iblis dalam kejadian awal.
Ayat-ayat di atas tidak bisa ditafsirkan secara harfiah oleh karena terdapat pesan Tuhan yang bersembunyi dibalik firman. Sebutan malaikat pada hakekatnya Tuhan ingin berpesan bahwa Dia menciptakan SIFAT MENURUT dan sebutan iblis pada hakekatnya adalah SIFAT MELAWAN. Ketika Tuhan menciptakan sesuatu bersifat MELAWAN maka sesuatu itu harus MENURUT dengan terus menerus MELAWAN sampai dengan batas yang Dia Kehendaki dan apabila Tuhan menciptakan sesuatu dengan sifat MENURUT maka sesuatu itu harus MENURUT dengan terus menerus MENURUT sampai kapanpun. Itu berarti sifat MENURUT lebih dulu diciptakan Tuhan kemudian sifat MELAWAN oleh karena sifat MELAWAN harus MENURUT dengan cara MELAWAN.
Iblis MELAWAN, dengan argumentasi sebagai berikut:
Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu tidak sujud (kepada Adam) ketika Aku memerintahkanmu?”. Iblis menjawab “Aku lebih baik dari padanya. Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” (QS 7 : 12).
Allah berfirman: “Hai iblis, apa sebabnya engkau tidak bersama mereka yang sujud”. Iblis berkata, “Aku tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau menciptakannya dari tanah liat kering, dan lumpur hitam yang diberi bentuk (QS 15 : 32-33).
Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada apa yang telah Aku ciptakan dengan kedua tanganKu. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu dari golongan yang tinggi?”. Iblis menjawab, “Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, dan dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS 38 : 75-76).
Kita tidak bisa menafsirkan ayat di atas secara harfiah sebab secara logika mana mungkin Tuhan menciptakan sesuatu kemudian sesuatu yang diciptakannya itu hanya untuk melakukan bantahan-bantahan terhadap diriNya?. Iblis menyebut dirinya diciptakan Tuhan dari api itu berarti iblis berada diatas oleh karena sifat api selalu mengarah keatas. Iblis BENAR kalau tidak mau sujud kepada tanah (Adam) mengingat tanah berada dibawah.
Alqur’an menyebut kata “iblis” untuk merahasiakan penciptaan Tuhan bahwa sesungguhnya yang dimaksud “iblis” pada ayat diatas adalah MATAHARI. Matahari adalah api yang sangat panas. Matahari harus MENURUT untuk terus menerus MELAWAN sampai hari kiamat tiba. Jika matahari tidak melawan maka bumi ini akan gelap gulita dan kehidupan di bumi tidak akan pernah ada. Adapun kata “para malaikat” pada ayat-ayat tersebut di atas adalah untuk merahasiakan penciptaan Tuhan bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan kata “para malaikat” (Kata jamak) adalah Tuhan menciptakan BINTANG-BINTANG.
Manusia tidak akan mungkin mampu menatap (melawan) matahari oleh karena matahari bersifat MELAWAN. Akan tetapi jika anda menatap bintang-bintang di langit maka bintang-bintang itu seakan membalas tatapan anda dengan kedipannya. Itu disebabkan karena bintang-bintang bersifat MENURUT.
Alkitab juga merahasiakan kata “MATAHARI” tanpa alasan yang jelas. Ini dapat kita lihat pada kitab kejadian 1 : 14-16:
Berfirman Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda menerangi bumi. Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
Kita bisa saksikan bersama bagaimana firman Tuhan di atas selalu menghindar untuk menyebut kata MATAHARI. Bukan hanya itu, bahkan sebutan kata BULAN juga dihindari oleh karena bulan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari cahaya matahari.
Meskipun alqur’an dan alkitab merahasiakan sifat melawan MATAHARI akan tetapi ada saja golongan manusia yang mampu menembus dinding rahasia ini. Mereka itu adalah orang-orang yang beragama shinto. Manusia Jepang adalah manusia yang memuja matahari. Mereka berkeyakinan bahwa kaisar (raja) mereka adalah titisan dewa matahari. Sejarah dunia mencatat bagaimana kuatnya Jepang, negara pulau kecil Asia dengan penduduk yang sedikit akan tetapi diera 1940-an mampu menguasai dan menjajah negara-negara di Asia Fasifik. Jepang bersekutu dengan Kanselir Jerman Adolf Hitler yang menguasai seluruh daratan Eropa. Hitler adalah seorang pemuja matahari.
Jepang dan Jerman dikalahkan oleh pasukan sekutu dalam perang Dunia II yang membawa berkah tersendiri bagi negara-negara lain untuk merdeka, tentunya termasuk Indonesia. Meskipun Jepang kalah dan hancur akibat bom atom tentara sekutu yang meluluh lantakkan Nagasaki dan Hirosima akan tetapi sejarah menyaksikan betapa cepatnya Jepang bangkit dan bangun kembali. Ini semua dapat terjadi karena adanya spirit kekuatan “melawan” (matahari) didalam darah orang-orang berkebangsaan Jepang. Jepang adalah negara kreditor (pemberi pinjaman) terbesar bagi Indonesia sampai saat ini.
Ummat islam sangat mengenal adanya mahluk gaib yang bernama iblis, jin dan syetan akan tetapi mereka bingung dan tidak memahaminya. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah menciptakan ketiga mahluk tersebut. Tuhan hanya menciptakan sifat MELAWAN dalam wujud MATAHARI. Ayat-ayat alqur’an di postingan berikutnya akan lebih memperjelas bahwa sebutan iblis dan jin awalnya adalah sifat “MELAWAN” (MATAHARI).
Oleh: Cakra Ningrat
Bersambung
10 TOPIK MENARIK LAINNYA
sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin