Adam Membangun Masjid Aqsa

 
 

AJAIBNYA.COM ~ Lanjutan dari artikel Adam Menuju Yerussalem. Akhirnya Adam hidup dengan bahagia di tanah baru yaitu Jerusalem, di sekitar tempat ia membangun rumah suci yang kedua yaitu Masjid Aqsa, dengan semua anak-anaknya.

Lantas bagaimana dengan Ka’bah? Tertinggal sendirian di tengah kerimbunan atau padang pasir atau hutan belantara begitu saja?

Masjid Aqsa
Masjid Aqsa

Sejak dari awal, tidak pelak lagi Ka’bah selalu membuat hati Adam hancur lebur. Dan tentulah itu tidak baik buat psikologinya. Artinya, harus ada suatu cara supaya Adam melupakan Ka’bah itu. Dan Tuhan pun memang sudah memberi Adam suatu hal yang dapat membuat Adam melupakan kesedihannya tentang Ka’bah itu.

Mempertimbangkan kesedihan yang amat hitam yang dipicu oleh Ka’bah bagi Adam, maka Tuhan pun bersumpah tidak akan lagi mendiskusikan Ka’bah itu dengan Adam. Tuhan harus benar-benar membuat Adam melupakan Ka’bah. Sampai kapan? Ya sampai Tuhan memutuskan lain, kelak.

Di dalam kehidupan Adam yang baru, Ka’bah tidak lagi mendapat perhatian, tidak lagi didiskusikan, tidak lagi dikunjungi, apalagi dithawafi. Tuhan hanya mewajibkan Adam untuk bersujud dari Masjid Aqsa ke arah Ka’bah. Untuk selamanya, Adam tidak pernah siap untuk memikirkan Ka’bah lagi.

Keputusan Tuhan seperti ini tentulah akan ada konsekwensinya. Semua anak dan keturunan Adam tidak akan pernah tahu bahwa nun di sana ada Ka’bah karena Tuhan tidak pernah memerintahkan Adam untuk mengajari tentang Ka’bah kepada anak-anaknya.

BACA:  Keajaiban Dunia Taman Gantung Babilonia di Irak yang Hampir Terlupakan

Ka’bah benar-benar terlupakan dan dilupakan. Keadaan seperti ini akan terus berlangsung selama berabad abad. Tidak ada seorang pun kala itu yang tahu tentang Ka’bah.

Namun tentunya ada pengecualian. Meski Allah tidak pernah mewajibkan masyarakat manusia pada masa awal tersebut untuk mengetahui tentang Ka’bah karena adanya ‘spekulasi’ bahwa Adam dan keturunannya tidak akan pernah siap secara psikologi untuk mengetahui Ka’bah (pastilah itu akan menjadi begitu dramatis buat mereka!).

Namun biar bagaimana pun semua Nabi dan Rasul yang bangkit di antara mereka harus mengetahui tentang Ka’bah. Dan pengetahuan mereka tentang Ka’bah amatlah dibatasi, hanya berkisar tentang Ka’bah itu sendiri. Tuhan tidak pernah mengajari mereka (para Nabi dan Rasul tersebut) tentang apa dan bagaimana Ka’bah itu yang sebenarnya.

Muhammad Saw pernah bersabda: bahwa semua Nabi dan Rasul sudah berhaji ke Mekah karena memang diperintahkan oleh Tuhan. Dengan kata lain, semua Nabi dan Rasul itu menunaikan ibadah haji ke Mekah.

Oleh karena itu kita harus berkeyakinan bahwa semua Nabi dan Rasul sudah bertemu dengan Ka’bah secara personal: Nuh, Ibrahim , Luth, Jesus, Musa dan lain lain adalah Nabi Nabi yang telah mengunjungi Ka’bah sebagai bagian dari perintah Tuhan.

Pada bagian akhir film Ten Commandment diperlihatkan Musa mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anak Israel sesudah mereka menyebrangi sungai Jordan. Sesudah mengucapkan selamat tinggal, Musa pergi menghilang. Sebenarnya kala itu Musa pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji di Ka’bah.

BACA:  Sifat-sifat Ya’juj dan Ma’juj

Selalu ada waktu di mana bagian / babak tertentu di dalam kehidupan seorang Nabi tidak terekam oleh buku sejarah mana pun karena mereka mengilang untuk menuju Mekah. Tuhan lah Yang mewahyukan perjalanan itu kepada mereka. Dari hal ini kita mengetahui dari Tuhan bahwa:

Semua Nabi dan Rasul berhaji ke Mekah, mengetahui bahwa ada Ka’bah. Namun mereka tidak pernah mengetahui Ka’bah secara utuh. Tuhan tidak pernah mewahyukan kepada mereka tentang Ka’bah secara utuh karena dapat dipastikan hal itu akan menyebabkan mereka bersedih di dalam kesedihan yang amat hitam.

Kalau Tuhan hanya memerintahkan kepada para Nabi itu untuk berhaji ke Mekah tanpa mengetahui apa itu Ka’bah secara utuh, maka lebih jauh, Tuhan pun tidak pernah membiarkan setiap Nabi mengajari Ka’bah itu kepada umatnya masing-masing.

Semua umat manusia kala itu tidak lah berada pada posisi yang baik dan tepat untuk mengetahui Ka’bah secara utuh. Sebenarnya masalah utamanya terletak pada keputusan atau pendirian Tuhan untuk membuat Adam dan keturunannya benar-benar melupakan Ka’bah.

Kalau Tuhan ingin Adam benar-benar melupakan Ka’bah maka itu berarti semua umatnya juga tidak akan mengetahui apa itu Ka’bah secara utuh. Tuhan mempertahankan keadaan yang demikian hingga suatu saat Tuhan memutuskan untuk menjelaskan Ka’bah itu secara utuh, kelak.

BACA:  Adam Meninggalkan Ka’bah

Di dalam hal ini maka kita dapat membayangkan betapa Ka’bah benar-benar menjadi terpencil, hanya satu atau dua orang yang datang mengunjunginya, itu pun hanya yang tujuan berhaji (mereka adalah para Nabi dan Rasul).

Penutup

Islam menjelaskan bahwa Alkitab atau Bible sama sekali tidak pernah mengisahkan atau menyebut-nyebut Ka’bah mau pun ibadah hajinya. Alasannya adalah teramat jelas: Tuhan tidak mempunyai posisi yang baik untuk mengajari semua Nabi-Nabi Alkitab tentang Ka’bah, pun semua umat manusia kala itu – mengingat efek psikologi yang amat menyedihkan yang mungkin ditimbulkan oleh Ka’bah – kala itu.

Akibat lurus dari keadaan ini adalah betapa Ka’bah selama berabad-abad pada masa permulaan peradaban dan sejarah agama Samawi begitu terpencil dan terasing. Ka’bah seolah dipingit supaya tidak banyak orang yang mengetahui akan keberadaan Ka’bah ini.

Kalangan Ahlul Kitab (Karosetan dan Yahudi) banyak yang mempertanyakan bahkan mengkritisi secara keji terhadap ajaran Islam di dalam hal Ka’bah dan berhaji kepadanya. Ketidaktahuan mereka tentang sejarah Adam membuat mereka berfikir bahwa Ka’bah adalah karangan yang lain yang diciptakan oleh Muhammad Saw.

Ahlul Kitab menderita kerugian yang amat mendasar karena system agama mereka tidak mencakup sejarah kehidupan Adam secara lengkap dan utuh…. Begitu banyak babak di dalam kehidupan Adam yang hilang dari buku atau sejarah kaum Ahlul Kitab.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN