Sejarah Letusan Gunung Bromo

 

Nama Gunung Bromo diambil dari bahasa Sansekerta yaitu Brahma (salah seorang Dewa Utama Agama Hindu). Bentuk tubuh Gunung Bromo menghubungkan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Kawah Gunung Bromo

Kawah Gunung Bromo

Wisata Bromo merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal tidak hanya di indonesia tetapi juga sudah mendunia sebagai sebuah lokasi obyek wisata, hingga sekarang Gunung Bromo menjadi pusat perhatian karena statusnya sebagai gunung berapi volcano yang masih aktif.

Selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata ini telah meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi pada 1974, sedangkan letusan terakhir yang masih dalam status awas sampai sekarang terjadi pada tahun 2010 ini.

Sejarah Letusan Gunung Bromo

Bromo merupakan salah satu gunung berapi strato tipe A dan terletak di dalam Kaldera Tengger. Ini merupakan gunung berapi termuda dalam jajaran di kaldera Tengger, seperti Gunung Widodaren, Kursi, Segorowedi, dan Batok. Kaldera Tengger sendiri berukuran 9 x 10 kilometer, dikelilingi oleh tebing curam dengan ketinggian 50 sampai 500 meter.

BACA:  Legenda Gunung Bromo

Menurut sejarah terbentuknya Gunung Bromo dan lautan pasir berawal dari dua gunung yang saling berimpitan satu sama lain. Gunung Tengger (4.000 m dpl) yang merupakan gunung terbesar dan tertinggi pada waktu itu. Kemudian terjadi letusan kecil, materi vulkanik terlempar ke tenggara sehingga membentuk lembah besar dan dalam sampai ke desa sapi kerep. Letusan dahsyat kemudian menciptakan kaldera dengan diameter lebih dari delapan kilometer.

Erupsi Gunung Bromo

Erupsi Gunung Bromo

Karena dalamnya kaldera, materi vulkanik letusan lanjutan tertumpuk di dalam dan sekarang menjadi lautan pasir dan di duga dulu kala pernah terisi oleh air dan kemudian aktivitas lanjutan adalah munculnya lorong magma ditengah kaldera sehingga muncul gunung – gunung baru antara lain Lautan pasir, Gunung Widodaren, Gunung watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo.

Sejarah letusan Bromo terjadi pada 2010, 2004, 2001, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1040, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767.

BACA:  Mahakarya Arsitektur Purba Situs Gunung Padang

Bromo pernah meletus pada 1974. Letusan itu merupakan terdahsyat sepanjang sejarah Gunung Bromo, yakni radius 6-10 kilometer. Namun warga sekitar hanya menggunakan tudung untuk melindungi dari hujan abu. Jangan heran jika di sekitar Gunung Bromo ada lautan pasir. Pasir-pasir itulah hasil muntahan material gunung Bromo.

Pasir-pasir itulah hasil muntahan material gunung Bromo. Jika di Gunung Merapi ada awan panas atau wedhus gembel, Gunung Bromo yang bahaya adalah asap yang berwarna kekuning-kuningan yang berasal dari belerang. Sebab, asap ini dapat mengganggu pernapasan.

“Karakteristik Gunung Bromo merupakan low volcanic, tidak seperti Merapi yang high volcanic. Jika terjadi letusan, material yang dimuntahkan Bromo berupa pasir dan abu,”

Gunung Bromo pernah erupsi pada tahun 2010 Sekitar pukul 17.00 WIB, terjadi letusan kecil di gunung tereksotik di Pulau Jawa ini. Letusan kecil terjadi sore hari. Saat itu erupsi yang keluar berupa abu. Waktu itu Bromo diguncang gempa vulkanik sebanyak 12 kali. Tremor terkecil tiga millimeter dan terbesar hingga 12 milimeter.

BACA:  Sifat-sifat Ya’juj dan Ma’juj

Dan pada tahun 2011, Letusan Gunung Bromo yang mengeluarkan debu vulkanis, dengan Ketinggian letusan sekitar 400 hingga 800 meter. Debu vulkanik condong mengarah ke arah timur dan timur laut (Probolinggo dan Lumajang). Letusan disertai suara gemuruh dan dentuman berkekuatan sedang, kadang keras.

Letusan disertai keluarnya lontaran material pijar serta bom-bom vulkanik dengan ketinggian mencapai 300 meter. Jatuhnya lontaran bisa mencapai 500 meter dari pusat letusan. Umumnya yang menyebabkan meletus adalah keberadaan gas gunung api. Yakni, uap air, gas belerang, gas karbon CO, CO2, gas klor, flor dan cianida. Untuk Bromo, gas uap air dan gas belerang lebih dominan.

Walau skala letusan tidak besar, namun saat itu dalam sebulan terakhir gunung purba itu telah 1.000 kali meletus. Namun aktivitas warga di lereng Bromo, yakni Desa Ngadisari, Wonokerso, dan Wonotoro masih normal. Warga tidak terganggu dengan gemuruh Bromo dibanding saat letusan pada November 2010 lalu.

Saat ini Gunung Bromo dalam status waspada (level II) sejak oktober 2012.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN