A. Prabu Jayabaya dan ramalan.
Sehubungan dengan akuratnya ramalan Prabu Jayabaya, raja Kediri yang memerintah pada tahun 1135-1157, seorang spiritualis dan pujangga yang menulis ramalan masa depan kehidupan di Pulau Jawa khususnya dan kehidupan di dunia yang terkenal dengan Ramalan Jayabaya atau ramalan Joyoboyo.
Kini bait terakhir banyak dibicarakan yaitu berita dan ramalan akan datangnya Ratu Adil atau Satrio Piningit yang bersenjatakan Trisula Weda, hal ini membuat kami tertarik.
Dari ketertarikan itu Penulis berusaha memecahkan apa yang terkandung dalam ramalan bait terakhir ramalan Jayabaya dengan jalan diantaranya adalah pencarian periode pertama dengan cara usaha spiritual dan pemecahan logika. Pencarian Satrio Piningit siapa sebenarnya dan dimana keberadaannya merupakan target utama, Wahyu apa yang diterima dan pengkajian bait terakhir ramalan Jayabaya juga wajib untuk Penulis lakukan.
B. Proses jalannya pencarian.
1. Pencarian yang pertama.
Dibawah ini merupakan hasil usaha pencarian yang pertama dengan usaha Spiritual (Meditasi) mohon petunjuk pada Tuhan. Bagian pertama ini merupakan petikan dari Artikel Satrio Piningit.
- Satrio Piningit bukan Imam Mahdi hal ini perbedaan waktu dan tempat, Satrio piningit akan turun di tanah Jawa, Imam Mahdi akan turun di Timur Tengah. Misi sama memperbaiki moral dan kehidupan Manusia.
- Satrio Piningit merupakan seorang Manusia yang menerima amanat untuk memperbaiki moral dan tatanan hidup Manusia, Satrio Piningit menerima delapan Wahyu, enam wahyu untuk eksistensi dirinya sebagai Satrio piningit enam wahyu ini tidak diajarkan, sedangkan dua wahyu untuk diajarkan, yaitu tentang kebenaran dan ilmu kebijaksanaan.
- Goro-goro bukan keributan massal, sebenarnya kata simbolik…harus kembali dilihat kata-kata aslinya (bahasa Jawa goro = dalam arti bahasa Indonesia bohong), kalau goro-goro berarti kebohongan. Ini sudah berjalan dari jaman Orde Baru sampai sekarang, keadaan semakin bertambah. Yang termasuk dalam ini yaitu menggerogoti kekayaan negara (korupsi, pertambangan dll).
- Satrio kita tengok pada jaman dulu, Ksatria merupakan Kasta terhormat, Sebagai seorang Satrio adalah mempunyai moral yang sangat tinggi dan mulia, sebagai seorang Satrio ( Satria) adalah seorang yang teguh dan kuat memegang Sumpah dan Janji. Satrio ( kasta Ksatria ) ini adalah, Tentara, Polisi dan Pejabat. Bagaimana para Satrio sekarang ? Anda dapat menilai sendiri dari masing-masing Ksatria.
- Satrio Piningit bermata satu, yaitu Mata Hati, merupakan indra yang ke tujuh setelah indra keenam dan merupakan mata yang keempat, dengan Mata Hati ini Satrio piningit bisa mengetahui kebenaran Tuhan, mana yang benar dan mana yang salah, sehingga kebenaran dapat dilihat, dan sebagai Satrio piningit mampu bertindak adil dan bijaksana.Kemampuan inilah akan dipergunakan untuk mendidik Manusia. Mata Hati Manusia sekarang sudah buta, karena tidak menghiraukan mata hatinya, berakibat tertutup oleh napsu dan ambisi, hingga Mata Hati-nya buta, kehidupan-nya serakah dan ambisius, tidak dapat membedakan benar dan salah, mana yang halal dan mana yang haram, tindakan-nya banyak melakukan pelanggaran.
- Satrio piningit akan muncul jika sudah terjadi goro-goro, perjuangan Satrio piningit ini secara tersembunyi tidak diketahui oleh siapapun keberadaan-nya dan apa yang diajarkaan juga tidak diketahui ajarannya karena halus caranya, ajaran Satrio piningit tidak diketahui oleh siapapun sebelum goro-goro berakhir, Satrio piningit baru diketahui jika moral dan kehidupan bangsa Indonesia sudah baik.
- Dari ajaran Satrio Piningit inilah kemudian menyebar ajarannya didalam hati para Satrio dan rakyat, hingga menjadi negara Mercusuar Dunia, karena para Satrio sudah bisa melihat Kebenaran dan Kebijaksanaan. Tidak korupsi, mawas diri dan hati-hati.
- Mahluk halus (makhluk gaib), Satrio piningit dapat menguasai dan memerintahkan makhluk halus, untuk membantunya jika diperlukan.
- Apakah berjuang sendirian, Satrio Piningit tidak berjuang sendirian ada Satrio-satrio lain yang membantu perjuangannya walau tidak saling kenal, dalam tingkatan spiritual saling terhubung dan bagaikan jala (jaring), antara satu dengan yang lain membentuk daya kekuatan gaib super.
2. Pencarian yang kedua.
Cara usaha Penulis lakukan periode yang ke dua dengan usaha pemecahan Spiritual, pengkajian Logika dan juga berinteraksi dengan para komentator pada blog. Dengan para komentator dan artikel Satriopiningi Telah Mmuncul Penulis nilai kebenarannya yang terkandung nilainya nol yaitu artikel sesat, ada komentator yang bernama Muhammad Yaman Al Bhugury yang menerima kebenarannya benar-benar berbeda pendapat dengan Penulis. Yaman memberikan pengkajian logika pada artikel “Satrio Piningit” .
Dari hasil pengkajian M.Yaman Albuqury inilah Penulis mendapat momentum dan bersemangat untuk mengkaji ulang artikel itu sehingga Trisula Weda dapat Penulis temukan yaitu dari poin-2, dari dua wahyu Kebenaran dan Kebijaksanaan yang akan diajarkan ternyata terlahirlah Keadilan yang sinkron dengan bait 173.
Dari perjalanan pencarian itu Senjata Trisula Weda yang dibawah oleh Ratu Adil dapat Penulis temukan, dari pengkajian bait terakhir ramalan Jayabaya ternyata yang dimaksud Senjata Trisula Weda adalah ajaran Budi Pekerti Adiluhung dan juga ajaran Ketuhan yang Maha Esa. Dalam bait terakhir ramalan Jayabaya ternyata tersimpan rahasia ajaran Budi Pekerti Adiluhung dan ajaran Ketuhanan yang Esa yang harus dipecahkan, diurai dan disusun kembali supaya dapat digunakan lagi pada jaman sekarang ini yaitu jaman gila yang serba terbalik untuk merubah budi pekerti yang rusak dan membawa kembali ke Budi Pekerti Adiluhung dan ber-Tuhan Esa.
Dari pentingnya Budi Pekerti Adiluhung ini Penulis berusaha dan bersungguh-sungguh untuk menyusun kembali rahasia yang tersimpan rapi selama lebih dari 800 tahun dalam bait terakhir ramalan Jayabaya untuk disusun kembali supaya dapat digunakan untuk Pedoman hidup Manusia yang berbudi Pekerti Adiluhung supaya hidup selaras dengan Alam Raya. Selain itu Penulis juga merasakan sentuhan kedamaian yang pernah ada pada masa lalu untuk supaya dikumandangkan ke seluruh penjuru Dunia untuk hidup damai, sejahterah dan selaras dengan Alam Raya.
Dari hasil pengkajian bait terakhir ramalan Jayabaya sebelumnya Trisula Weda yang Penulis temukan sinkron dengan bait 173, Penulis tahu Trisula Weda belum lengkap dan belum terwujudkan hingga Penulis mengkaji lagi bait-bait yang berhubungan dengan Trisula Weda dan bertambahlah kelengkapannya yang ternyata merupakan teka-teki rahasia Adiluhung yang harus dipecahkan, diurai, disusun, harus dirakit dan diwujudkan dalam bentuk gambar supaya mudah dimengerti dan dipahami oleh Masyarakat luas untuk belajar Trisula Weda yang merupakan ajaran Budi Pekerti Adiluhung dan ajaran Ketuhanan Esa. Dalam perwujudan gambar senjata Trisula, senjata Trisula merupakan senjata berpasangan yaitu :
- Trisula Laki-laki kanan (Raja)
- Trisula Perempuan kiri (Ratu)
Simbol berpasangan ini berhubungan dengan simbol Lingga (Laki-laki} dan Yoni (Perempuan) yang terdapat pada peninggalan Candi-candi, lambang Lingga dan Yoni merupakan simbol kehidupan dan jagad raya berbentuk alat kelamin laki-laki dan alat kelamin perempuan, bentuk biasanya disamarkan dalam bentuk lain terutama alat kelamin Perempuan. Simbol Lingga Yoni ini Penulis ketahui unik dan lengkap berada di Pulau Bali yaitu Gua Gajah (Gua buatan) di kota Gianyar-Bali.
Gua sebagai Yoni diukir pada tebing batu lubangnya berbentuk huruf T lengkap dengan bagian-bagian Miss V yang terlihat dari depan bentuk samaran (dalam bentuk lain) ukirannya, masuk bagian dalam pertama merupakan perwujudan liang V, masuk lagi kedalam tempat kandungan, dan berikutnya bercabang T tempat reproduksi telur (ovum) pada ujung kanan dan ujung kiri. Bentuk Gua sesuai dengan gambar kandungan pada gambar ilmu Kedokteran modern, jika belok kearah kanan pada ujung Gua terdapat 3 tugu alat kelamin laki-laki (Palus} dan jika belok kearah kiri pada ujung Gua terdapat patung Gajah Gina yang kita kenal Ganesha (Dewa berkepala Gajah}, disini terdapat wadah tempat Air Suci yang digunakan untuk Upacara-upacara Agama.
Langkah awal untuk memecahkan rahasia Trisula Weda ini, Penulis melakukan penyusunan Trisula Weda dalam bentuk gambar Senjata Trisula yaitu Trisula merupakan bentuk senjata bermata tiga berwarna kuning Emas dan terdiri dari dua senjata satu pasang, dua gambar senjata Trisula yaitu :
- Senjata Trisula Laki-laki (Raja) arah mata ketajaman tiga mata menghadap kearah atas semuanya, pegangan atau gagang tengah pada pangkalnya berhias empat warna dalam segi lima.
- Senjata Trisula Perempuan (Ratu) kedua ketajaman mata tengah dan ketajaman mata kanan menghadap ke arah atas dan ketajaman mata tepi sebelah kiri ketajaman-nya menghadap ke arah bawah dan pegangan atau gagang pada pangkalnya berhias empat warna dalam lingkaran.
C. Penyusunan gambar.
Hasil perwujudan gambar lengkap Senjata Trisula itu merupakan perwujudan dari bait terakhir ramalan Jayabaya yang tidak terpecahkan selama lebih dari 800 tahun, kini Penulis dapat memecahkan Sandinya dan mewujudkan Trisula Weda secara lengkap yaitu diantaranya dengan perwujudan gambar sesuai dengan arahan petunjuk bentuk pada bait terakhir ramalan Jayabaya.
Senjata Trisula berwarna kuning Emas adalah merupakan lambang Kemuliaan, Keabadian dan Spiritual tinggi dan empat warna putih, kuning, merah, hitam di bagian pangkal Trisula adalah ajaran kebatinan Jawa lambang dari Sedulur papat limo Pancer, (bhs Jawa : Sedulur papat limo Pancer = bhs indonesia : Empat saudara lima Diriku), berada pada lima Penjuru mata angin yaitu :
- Kakang Kawah berwarna Putih berada pada arah Timur, Kakang kawah atau air ketuban disebut Kakang karena sebelum Jabang Bayi lahir air ketuban pecah dan keluar lebih dulu.
- Adi Ari-Ari berwarna Kuning berada pada arah Barat, setelah Jabang Bayi lahir keluarlah Ari-ari atau Plasenta.
- Getih berwarna Merah yaitu berada pada arah Selatan, Setelah adi Ari-ari keluar keluarlah darah berwarna merah.
- Pusar berwarna Hitam berada pada arah Utara, setelah tali pusar dipotong dari Ari-ari potongan tali pusar ini berubah menjadi warna hitam.
- Pancer (bhs Idonesia : Diriku) berada di tengah-tengah arah yaitu Jabang Bayi adalah Diri Kita yang sebenarnya pada Trisula Weda dilambangkan senjata Trisula berwarna kuning Emas.
Pancer (Diriku) yaitu diri Kita sebenarnya harus melakukan tindak laku di kehidupan berpedoman pada Trisula Weda yang Adiluhung dibawah oleh Ratu Adil yang akan diajarkan kepada Manusia. Inilah yang dimaksud oleh Jayabaya senjata pemberian Dewa dan Sabda Beliau memerintahkan supaya mencari Orang tersebut untuk belajar dan supaya ajaran Trisula Weda dijadikan sebagai pedoman hidup yang merupakan ajaran Budi Pekerti Adiluhung dan juga ajaran Ketuhanan Yang Esa.
D. Ulasan bagan gambar Senjata Trisula Weda :
- Benar, terletak pada ujung mata sebelah kiri.
- Bijaksana, terletak pada ujung mata tengah.
- Adil, terletak pada ujung mata sebelah kanan.
- Jujur, terletak pada gagang atau pegangan Senjata Trisula.
- Triniji suci, (“landhepe triniji suci” bhs. Jawa). Arti bahasa Indonesia ialah Tajamnya tiga menjadi satu nan Suci, dalam gambar menyatukan ketiga bagian gambar Senjata Trisula Weda, kiri tengah dan kanan.
- Empat warna pada pangkal Senjata Trisula Weda adalah empat arah mata angin pada pangkal Senjata Trisula, Raja berbentuk segi lima, Ratu berbentuk lingkaran. Warna putih, kuning, merah, hitam merupakan perwujudan hubungan Manusia secara Horizontal yaitu hubungan atau komunikasi dengan sesama Manusia juga hubungan dengan makhluk lain dan alam raya.
- Jejeg, (arti bhs. Indonesia ialah tegak lurus (Vertikal)), posisi Trisula Weda Vertikal menghadap ke atas merupakan hubungan dengan Tuhan Maha Esa, yaitu yang dimaksud Manusia supaya selalu ingat pada Tuhan Maha Esa.
Dengan pedoman Senjata Trisula Weda ini para Satrio Piningit dan Ratu Adil (Master Satrio Piningit) dapat memutar polaritas Logika Manusia pada posisi yang benar dan dapat ditempatkan pada garis edar yang benar, sehingga semua Agama dan kepercayaan tidak saling klaim kalau dirinya paling benar, kebenaran Hakiki dapat diterima.
10 TOPIK MENARIK LAINNYA
sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin