Sering kita mendengar atau menikmati berbagai kisah serba “konon” tentang Atlantis, seakan mendengar cerita antah berantah atau layaknya dongeng pengantar tidur. Jarang dari kita yang tahu bahwa cerita Atlantis itu berasal dari Plato (428 SM – 348 SM) hampir dua ribu lima ratus tahun yang silam dalam bukunya Timaeus and Critias. Sejak ratusan tahun yang lalu hingga pertengahan abad 20 M, orang-orang di luar Indonesia yang terobsesi dengan kisah Plato itu hidup dalam “dunia konon”, berteori tentang benua yang hilang; mulai dari Bacon di pertengahan abad 17 M hingga Himmler, Ilmuwan Nazi, pada tahun 1939.
Buku Plato: CRITIAS & Timaeus
Francis Bacon tahun 1627 dalam novelnya, The New Atlantis (Atlantis Baru), mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terdapat di pantai barat Amerika. Karakter tempat dalam novel ini memberikan lukisan tentang Atlantis yang mirip dengan catatan Plato, namun tidak dijelaskan Bacon apakah pantai barat Amerika itu berada di Amerika Utara atau di Amerika Selatan.
Novel Isaac Newton tahun 1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi Kerajaan Kuno yang Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan Atlantis. Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, beberapa sarjana Mesoamerika, dimulai dari Charles Etienne Brasseur de Bourbourg, dan termasuk Edward Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon, menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek. Alexander Braghine tahun 1940 yang terpesona dengan cerita Atlantis dan menelusurinya melalui budaya Amerika Selatan, Eropa, Asia dan Afrika. Francesco Lopez de Gomara berani menyatakan Atlantis terletak di Amerika. Konsep Atlantis juga menarik perhatian ilmuwan Nazi untuk mengembangkan ide nasionalis. Pada tahun 1938, Heinrich Himmler mengorganisir sebuah pencarian di Tibet untuk menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against the Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super atau Übermensch Hyperborea—Nordik yang berasal dari Kutub Utara. Dalam kaitan ini disebut-sebut pula Alfred Rosenberg (The Myth of the Twentieth Century, 1930) yang berbicara juga mengenai kepala ras “Nordik-Atlantis” atau “Arya-Nordik”.
Sejak Donnelly (1882) mempublikasikan Atlantis: the Antediluvian World, terdapat lusinan – bahkan ratusan – usulan lokasi Atlantis yang katanya berdasarkan hasil penelitian arkeologi, fisika, geologi, bahasa, dan keilmuan lainnya. Dari sekian banyak usulan beberapa yang terkenal berada di wilayah Eropa, Selat Gibraltar, dan sekitar Laut Hitam. Di wilayah Eropa kebanyakan lokasi yang diusulkan sebagai Atlantis itu berada pulau-pulau di Laut Tengah, yaitu: Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus, Malta, dan Kepulauan Canary di sekitar selat Gibraltar. Ada juga usualan yang berupa kota seperti: Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi Manisa), Turki; dan wilayah antara Israel-Sinai atau Kanaan. Di wilayah Eropa Utara, yaitu pulau pulau yang tenggelam di sekitar Swedia dan Irlandia juga dinyatakan sebagai Benua Atlantis yang hilang. Di selat Gibraltar-Samudera Atlantik usulan lokasi Atlantis itu adalah wilayah sekitar Kepulauan Azores dan Pulau Spartel yang telah tenggelam itu. Adapun di sekitar Laut Hitam, daerah yang diduga sebagai Atlantis adalah Bosporus, Ancomah, dan sekitar Laut Azov.
Argumentasi pengusulan lokasi-lokasi tadi sebagai Atlantis pada umumnya didasarkan pada Sejarah Yunani Kuno, Kemajuan Bangsa Eropa masa kini, dan secara fisik pada Letusan besar Gunung Thera abad ke-17 atau ke-16 SM yang menyebabkan tsunami besar yang diduga menghancurkan peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta. Para ahli Eropa beranggapan bencana seperti itu mungkin juga terjadi pada masa lalu yang menghancurkan Benua Atlantis. Argumen lain adalah kemampuan migrasi suatu bangsa ke berbagai belahan dunia terutama ke Benua Amerika, sebagaimana bangsa Viking untuk argumen pengusulan Eropa Utara sebagai Atlantis.
10 TOPIK MENARIK LAINNYA
sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin