Wah!! Ada Lagi Situs Megalitikum Ketiga, Kali Ini di Cibedug Banten! ”Setelah Gunung Padang di Cianjur dan Cilacap, Namun Kali Ini Ada di Cibedug Banten! Situs di Cibedug, Lebak, Banten (courtesy: humaspdg.wordpress) Situs megalitikum ternyata tidak hanya ada di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Di provinsi tetangganya, Banten, situs sejenis juga ada. Namanya, situs megalitikum Cibedug yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun.
Lebak Sibedug adalah nama sebuah kampung yang masuk dalam wilayah Desa Citorek Barat, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Keterkenalan kampung ini tak dapat dipisahkan dari keberadaan sisa peninggalan zaman megalitik berupa menhir dan punden berundak yang berada dalam satu kompleks yang kini diisolasi dan dinamai situs Lebak Cibedug.
Piramid berasal dari nusantara?
Secara kasat mata, situs megalitikum Gunung Padang berupa punden berundak dengan lima teras, sementara di Cibedug terdiri dari sembilan teras dengan susunan batu berbentuk lonjong seperti menhir.
Penguasaan teknologi di situs Gunung Padang lebih maju ketimbang situs Cibedug. Di situs megalitikum Gunung Padang hampir semuanya terdiri dari bebatuan persegi panjang dan nyaris presisi, adapun di Cibedug bebatuannya berbentuk bulat panjang dan tidak beraturan. Kesannya, situs megalitikum Cibedug usianya lebih tua.
“Aura situs Cibedug sangat baik untuk para pelaku spiritual, karena pada jaman dahulu memang dipakai sebagai tempat berdoa. Bila melihat tampilan secara batin, maka beberapa kerajaan pernah menggunakan tempat ini,” jelas pengamat spiritual Ki Bowo.
Berbeda dengan situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, situs Cibedug sangat tidak terawat dan jarang dikunjungi wisatawan mengingat lokasinya yang tidak mudah dijangkau dengan kendaraan dan harus berjalan kaki naik turun bukit.
Meskipun berada di wilayah Kecamatan Cibeber, namun rute menuju Cibedug ternyata lebih enak ditempuh melalui jalur Pandeglang – Rangkasbitung – Cipanas – Citorek – Cibedug, dibanding menempuh jalur Pandeglang – Bayah – Cibeber – Citorek – Cibedug.
Jika dibandingkan dalam hitungan jarak dari Pandeglang, maka rute pertama ini berjarak ± 80 Km sedangkan rute kedua berjarak 2 kali lipatnya. Menghadapi pilihan ini tentu saja memilih rute pertama.
Atau bisa juga situs megalitikum Cibedug ini ditempuh melalui Rangkasbitung menuju Citorek, Kecamatan Bayah, Lebak atau dari Bogor melalui Jasinga, dengan waktu tempuh yang lumayan panjang dan melelahkan dibandingkan menuju Gunung Padang yang bisa ditempuh langsung sampai di kaki situs dengan kendaraan.
Situs ini secara geografis terletak di lereng Pasir Manggu dengan luas areal sekitar 2 hektar. Secara garis besar situs memperlihatkan suatu kompleks bangunan yang terdiri atas 3 bagian halaman, dengan pembagian halaman yang semakin meninggi dari sisi sebelah timur ke barat.
Halaman pertama merupakan bagian sebelah timur dan merupakan bagian ruang yang paling rendah dibandingkan dengan halaman kedua dan ketiga. Halaman kedua terletak di bagian tengah, dan halaman ketiga yang merupakan bagian inti terletak di bagian paling barat dan merupakan bagian halaman yang paling tinggi.
Pintu masuk menuju kompleks bangunan ini terletak di sebelah barat, bersisian langsung dengan aliran Kali Cibedug. Jalan masuk ke situs Lebak Cibedug melalui tangga yang terbuat dari susunan batu andesit dan bongkahan batu lempung yang terdiri dari 33 anak tangga.
Pada bagian tengah pintu masuk terdapat menhir dengan ukuran besar dalam posisi tegak. Menhir ini adalah satu-satunya menhir terbesar dibandingkan dengan beberapa temuan menhir lainnya yang terdapat di situs ini. Ukuran tinggi menhir adalah 236 sentimeter dengan diameter 336 sentimeter.
Batu Menhir di situs Lebak, Cibedug Banten yang berada di Taman Nasional Gunung Halimun.
Dari pengamatan bentuk bangunan secara keseluruhan, tampak bahwa kompleks megalitik Lebak Cibeduk merupakan perpaduan bentuk bangun batu-batu punden yang kadangkala dilengkapi dengan menhir, batu datar, dan batu kursi dengan punden berundak sebagai bagian yang paling sacral.
Berdasarkan informasi pustaka disebutkan bahwa tinggalan bangunan megalitik yang tersebar di kawasan Lebak Cibeduk secara lokasional semua tinggalan didirikan tidak jauh dari aliran sungai.
Bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun bangunan megalitik baik berupa bangunan berundak atau batur punden yang disebut masyarakat lokal dengan isitilah batu tukuh yang hampir semuanya menggunakan dua jenis batuan yaitu batu andesit dan tufa yang berbentuk bongkahan.
Kedua jenis bahan batuan itu terdapat pada aliran sungai yang berada tidak jauh dari situs. Para peneliti menarik kesimpulan bahwa bahan untuk pendirian bangunan-bangunan megalitik yang banyak ditemukan di kawasan Lebak Cibeduk diperoleh dari bongkahan-bongkahan yang tersingkap di aliran-aliran sungai yang ada disekitar situs.
Di daerah situs Cibedug ini sinyal ponsel tak terdeteksi. Juga jangan berharap dapat santai menonton acara di stasiun televisi karena meskipun terdapat aliran listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tradisional, alirannya tak dapat memasok listrik yang dibutuhkan peralatan besar seperti televisi.
Profil Situs Lebak Cibedug
Secara geografis Desa Citorek Kecamatan Cibeber di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muncang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bayah, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Panggarangan dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi.
Sedangkan, lokasi Situs Lebak Sibedug menempati areal seluas kurang lebih 2 Ha terletak di lereng Gunung Pasir Manggu dengan orientasi Situs Timur – Barat yang berbatasan di sebelah Utara dengan Kali Cibedug, di sebelah Timur dengan Gunung Pasir Manggu, di sebelah Selatan dengan Kali Cibedug dan di sebelah Barat dengan Kali Cibedug dan Dusun Cibedug
Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu :
Rangkasbitung – Citorek melalui Kec. Cipanas – Ciparasi Kec. Muncang kurang lebih 50 km dan berjalan kaki sekitar 12 km.
Rangkasbitung – Cikotok – Warungbanten – Citorek Kec. Cibeber melalui Malingping – Bayah sekitar 170 km dan berjalan kaki sekitar 12 km.
Secara umum dilingkungan Situs tersebut beriklim tropis penghujan dengan curah hujan rata – rata 4.000 – 6.000 mm / tahun dengan suhu berkisar 18º Celcius. Masyarakat Dusun Sibedug Desa Citorek Kec. Cibeber mayoritas beragama Islam, namun adat istiadat yang berhubungan dengan religi dari zaman Pra Islam masih nampak melalui pemujaan berkaitan dengan masalah bercocok tanam.
Dalam kaitannya dengan kepercayaan atau mitos masyarakat sekarang, komplek bangunan di Situs Lebak Sibedug dianggap sebagai suatu bangunan kuno peninggalan nenek moyang yang sangat dikeramatkan, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesuburan dalam bercocok tanam dan pelepasan nadar (permohonan sesuatu). Terlihat batu-batu menhir tertanam di sekitar Situs Lebak Cibedug Banten.
Masyarakat setempat masih memegang teguh memegang adat istiadat yang diwariskan leluhur mereka dan diyakini bahwa arwah leluhur sebagai penghunu alam gaib yang mengendalikan kehidupan. Hal ini terlihat dari tata cara mereka memonon restu kepada leluhur sebelum penanaman padi dilaksanakan agar diberikan hasil panen yang melimpah atau dijauhkan dari hama penyakit.
Pelepasan nadar (permohonan sesuatu) yang berhubungan dengan nasib dan keberuntungan dilakukan oleh masyarakat melalui suatu upacara kecil (selamatan) yang dilaksanakan didalam salah satu halaman komplek bangunan Situs pada bagian susunan kelompok menhir yang diberi pagar dan atap.
Komplek bangunan Situs merupakan salah satu Monumen Tradisi Megalitik (Mega = besar, lithos = batu) dari masa Pra Hindu. Kompek bangunan pemujaan (keagamaan) ini dilihat secara umum berbentuk Punden Berundak (bangunan utama) dengan disertai beberapa menhir dan dolmen dalam pola mengelompok maupun tunggal.
Jenis bahan dasar Situs Lebak Sibedug menggunakan batuan Andesit yang cukup banyak dijumpai disekitar Situs yang terjadi sebagai akibat dari magma yang keluar dari perut bumi ketika terjadinya letusan gunung api yang menghasilkan 3 jenis batuan, yakni :
Krekel Silika (Bom) terdiri dari Obsidian, Opal dan Panitik
Tufa Andesit (debu gunung)
Flow Andesit / Andesit leleh (lahar) yang kemudian menjadi batuan Andesit setelah membeku (batuan beku)
Jalan masuk menuju Situs dari arah Barat melewati Trap (tangga masuk) sebanyak 33 tingkatan, pada bagian pintu masuk terdapat sebuah menhir berukuran besar dalam posisi tegak berdiri dan merupakan menhir yang terbesar dengan ukuran tinggi 235 cm dan berdiameter 336 cm.
Dilihat dari fungsi letak menhir ini, kemungkinan dimaksudkan sebagai penjaga / pelindung dimana bagian dalam Situs dibagi atas 3 bagian, yaitu :
Bagian Depan
Bagian depan bebentuk persegi panjang dengan menggunakan batuan Andesit sebagai bahan utamanya. Penataannya hanya menggunakan 2 lapis susunan batu dengan ukuran panjang 582 cm dengan lebar 395 cm. Bagian depan ini, terdapat semacam teras yang menyatu dengan ruang utama bagian depan berukuran panjang 105 cm, lebar 104 cm terletak ke Utara sebelah kiri tangga masuk dan dibagian ini pula terdapat menhir roboh.
Bagian Tengah
Antara bagian depan dan bagian tengah dibatasi oleh gundukan tanah memanjang dari Utara ke Selatan dengan ukuran panjang 19,5 m dan tinggi gundukan tanah 1,30 m. Untuk masuk kebagian ini melewati trap bersusun 3 dengan lebar 140 cm memotong gundukan tanah, sebelah kiri dan kanan bagian atas trap terdapat 2 menhir dalam posisi roboh. Menhir sebelah kanan trap (tangga) panjangnya 118 cm berdiameter 117 cm dan menhir sebelah kiri trap (tangga) panjangnya 135 cm dan berdiameter 112 cm.
Dalam bagian tengah ini terdapat susunan batuan Andesit berbentuk segi empat dapat dibagi dalam 2 bagian :
Merupakan susunan batuan Andesit yang belum dipahat membentuk persegi empat, tersusun satu tingkat dengan ukuran panjang 382 cm dan lebar 380 cm. Merupakan susunan batuan Andesit yang belum dibentuk oleh tangan manusia berbentuk persegi empat panjang, terdiri dari 3 tingkatan dengan ukuran :
Undakan I : Panjang = 1.445 cm ; Lebar = 864 cm
Undakan II : Panjang = 1.157 cm ; Lebar = 597 cm
Undakan III : Panjang = 171 cm ; Lebar = 161 cm
Bagian sisi kiri arah Selatan, terdapat susunan batu berbentu segi empat dimana setiap sisinya terdapat 4 buah menhir. Oleh masyarakat setempat dianggap keramat sehingga atas inisiatif mereka dibuatkan cungkup dan pagar pengaman terutam menhir yang terletak dibagian depan sisi kiri.
Keempat menhir tersebut, 3 diantaranya berbentuk bulat dalam posisi berdiri tegak sedangkan lainnya berbentuk persegi empat dalam posisi miring kearah barat.
Batu-batu menhir di Situs Lebak Cibedug Banten
Bagian Inti
Terletak dibagian belakang kearah Tenggara berbatasan dengan Kali Sibedug tersiri atas 3 bagian, yaitu :
Bagian depan (pelataran) merupakan susunan batu Andesit berbentuk persegi panjang dan memiliki 5 undakan. Dibagian kiri terdapat 5 buah menhir, 4 buah dalam posisi berdiri dan satu lainnya dalam posisi roboh.
Dibagian tengah sebelah Barat terdapat trap jalan menuju kepuncak berukuran 180 cm. Undakan berbentuk persegi empat berukuran panjang 11 m dan lebar 33,1 m.
Bagian tengah punden, terdiri dari 5 tingkatan (undak). Jalan menuju kebagian atas bangunan undakan tengah dapat dilalui dari 2 arah yaitu arah Barat dan arah Utara.
Dipuncak bangunan bagian tengah terdapat 3 buah menhir, 2 diantaranya roboh dan 1 berdiri dalam posisi agak miring ke Utara dan dolmen berjumlah 2 buah. 1 buah dolmen terletak ditengah dalam susunan batu yang berbentuk persegi empat panjang dan 1 buah dolmen terletak didepan menhir.
Tiap undakan memiliki :
Undakan I : Panjang = 43,6 m ; Lebar = 33,1 m
Undakan II : Panjang = 41,3 m ; Lebar = 30,8 m
Undakan III : Panjang = 34 m ; Lebar = 28,5 m
Undakan IV : Panjang = 34 m ; Lebar = 23,5 m
Undakan V : Panjang = 10 m ; Lebar = 23,5 m
Bagian atas (inti) merupakan susunan batu Andesit berbentuk persegi panjang memiliki 7 undakan, tiap undakan memiliki ukuran :
Undakan I : Panjang = 18 m ; Lebar = 18,3 m
Undakan II : Panjang = 16,3 m ; Lebar = 15,3 m
Undakan III : Panjang = 14 m ; Lebar = 13 m
Undakan IV : Panjang = 12 m ; Lebar = 11 m
Undakan V : Panjang = 9,5 m ; Lebar = 9 m
Undakan VI : Panjang = 7,4 m ; Lebar = 6,5 m
Undakan VII : Panjang = 5,3 m; Lebar = 4,4 m
Hingga kini belum ada penelitian mendalam atau catatan khusus tentang usia situs Cibedug. Kepercayaan masyarakat sekitar hanya menukilkan jika bebatuan yang banyak berserakan tersebut sebagai peninggalan leluhur sehingga wajib dijaga dan dipelihara.
Apakah pembangunan situs megalitikum Cibedug yang berada di ketinggian 1.050 mdpl mengacu pada situs megalitukum Gunung Padang? Ataukah justru sebaliknya? Yang jelas, ada banyak misteri tentang peradaban masa lalu tanah air yang belum terungkap.
10 TOPIK MENARIK LAINNYA
sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin