AJAIBNYA.COM ~ Purnawarman (Purnavarmman) adalah raja yang tertera pada beberapa prasasti pada abad V. Purnawarman dilahirkan tanggal 8 bagian gelap bulan Palguna tahun 294 Saka (kira-kira 16 Maret 372 M).
Dua tahun sebelum ayahnya wafat ia diwisuda sebagai raja Tarumanegara ketiga pada tanggal 13 bagian trang bulan Caitra tahun 317 Saka (kira-kira: tanggal 12 Maret 395 M).
Ayahnya, Rajarési Darmayawarman, mengundurkan diri dari tahta kerajaan untuk hidup di petapaan menempuh manurajasunya (bertapa setelah turun tahta sampai ajal tiba).
Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah Pulau Jawa bagian barat pada abad ke 4 hingga abad ke 7 M, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang diketahui.
Dalam catatan, Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran Wisnu. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Raja Dirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi Kali Gomati, sedangkan putranya di tepi Kali Candrabaga.
Di naskah Wangsakerta, Purnawarman adalah raja ketiga Kerajaan Tarumanegara yang memerintah antara 395 – 434. Tindakannya yang pertama ialah di tahun 397 Purnawarman memindahkan ibukota kerajaan ke sebelah utara ibukota lama yang bernama Jayasingapura yang didirikan oleh kakeknya, Jayasingawarman.
Ibukota baru itu diberi nama Sundapura (kota Sunda) dan dibangun di tepi kali Gomati. Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam tahun 397 untuk menyebut ibu kota kerajaan yang didirikannya.
Di naskah Wangsakerta juga disebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada, Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara tradisional, Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.
Kira-kira 3 tahun setelah ia dinobatkan, Purnawarman membuat pelabuhan ditepi pantai. Pembuatannya dimulai tanggal 7 bagian terang bulan Margasira (kira-kira tanggal 15 Desember 398 M) dan selesai pada tanggal 14 bagian terang bulan Posya (kira-kira tanggal 11 November 399 M). Pelabuhan ini segera menjadi ramai oleh kapal-kapal perang kerajaan Taruma.
Selama masa pemerintahannya, Purnawarman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di Jawa Barat yang belum tunduk kepada kekuasaan Tarumanegara. Semua musuh yang diserangnya selalu dapat dikalahkan.
Ia seorang yang pemberani, menguasai berbagai ilmu dan siasat berperang yang menjadikan dirinya sebagai seorang raja yang perkasa dan dahsyat (bhimaparakramoraja). Tidak ada satu pun senjata musuh yang dapat melukainya karena dalam perang ia selalu mengenakan baju pelindung dari besi yang dipasangnya mulai dari kepala sampai ke kaki.
Ia perkasa dan tangkas di medan perang sehingga oleh lawan-lawannya digelari Harimau Tarumanegara (Wyaghra ning Tarumanegara).
Akhirnya Purnawarman menjadi seorang raja yang sangat besar kekuasaannya di Jawa Barat. Sri Maharaja Purnawarman ibarat raja matahari yang bersinar bagi raja-raja sesamanya.
Tarumanegara menjadi sebuah kerajaan yang sangat besar kekuasaanya di Pulau Jawa. Setiap tahun semua raja bawahanya selalu datang di purasaba Sundapura untuk berbakti dan mempersembahkan upeti kepada Sri Maharaja Purnawarman.
Untuk kesejahteraan hidup rakyatnya ia sangat memperhatikan pemeliharaan aliran sungai. Tahun 410 M ia memperbaiki alir Kali Gangga di daerah Cirebon yang waktu itu termasuk kawasan kerajaan Indraprahasta.
Sungai yang bagian hilirnya disebut Cisuba ini mulai diperbaiki (diperdalam dan diperindah tanggulnya) pada tanggal 12 bagian gelap bulan Margasira dan selesai pada tanggal 12 bagian terang bulan Posya tahun 332 saka.
Sebagai tanda penyelesaian karyanya Sang Purnawarman mengadakan selamatan dengan pemberian hadiah harta (sangaskarthadaksina) kepada para brahmana dan semua pihak yang ikut serta menggarap pekerjaan itu sampai selesai.
Hadiah itu berupa : sapi 500 ekor, pakaian, kuda 20 ekor, gajah seekor yang diberikan kepada raja Indraprahasta dan jamuan makanan dan minuman yang lezat. Ribuan orang laki-laki dan perempuan dari desa sekitarnya ikut serta berkarya-bakti di situ. Semua mereka itu mendapat hadiah dari Sang Purnawarman.
Dua tahun kemudian Sang Purnawarman memperteguh dan memperindah alur kali Cupu yang terletak di (kerajaan) Cupunegara. Sungai tersebut mengalir sampai di istana kerajaan. Pekerjaan dimulai tanggal 4 bagian terang bulan Srawana (Juli/Agustus) sampai tanggal 1 bagian gelap bulan Srawana itu juga (14 hari) tahun 334 Saka (412 M).
Hadiah yang dianugerahkan Sang Purnawarman pada upacara selamatannya ialah : sapi 400 ekor, pakaian, dan makanan lezat. Setiap orang yang ikut serta mengerjakan saluran ini mendapat hadiah dari raja.
Dahulu ketika Tarumanegara diperintah oleh Sang Rajadirajaguru dan Rajaresi Darmayawarmanguru kerajaan ini tidak seberapa. Tetapi setelah Purnawarman menjadi raja Tarumanegara, angkatan perangnya diperbesar dan diperkuat. Karena itu pasukan Tarumanegara selalu memenangkan pertempuran.
Setelah kerajaan Taruma menjadi besar dan kuat, Sang Purnawarman dinobatkan menjadi maharaja dengan gelar Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhimaparakrama Suryamahapurusa Jagatpati. Ia pun seorang yang memuja Batara Indra apabila hendak pergi menyerang musuhnya. Karena itulah ia disebut Sang Purandara Saktipurusa (manusia sakti penghancur benteng).
Sejak tanggal 3 bagian gelap bulan Maga (Januari/Februari) tahun 321 Saka (399 M) sampai tahun 325 Saka (403 M) Purnawarman melancarkan perang terhadap bajak laut yang merajalela di perairan barat dan utara.
Pembersihan terhadap kaum perompak ini dimulai ketika seorang menteri kerajaan Taruma bersama 7 orang pengiringnya ditawan kemudian dibunuh oleh perompak. Perang pertama dengan kaum perompak ini terjadi di perairan Ujung Kulon. Angkatan Laut Tarumanegara dipimpin langsung oleh Sang Purnawarman.
Puluhan kapal perang Tarumanegara mengepung dua buah kapal perompak di tengah laut. Dari 80 orang perompak sebagian terbunuh dalam perang, sisanya sebanyak 52 orang dapat ditawan.
Seorang demi seorang perompak yang ditawan itu dibunuh dengan berbagai cara dan semua mayatnya dibuang ke tengah laut. Demikian marahnya Sang Purnawarman terhadap kaum perompak sehingga ia tidak pernah mengampuni seorang pun di antara mereka.
Telah lama perairan Pulau Jawa sebelah utara, barat dan timur dikuasai kaum perompak. Jumlah mereka tidak terhitung dan tersebar di lautan. Semua kapal akan diganggu dan semua barang yang ada di dalamnya dipinta atau akan dirampas.
Banyak kapal perompak ialah perairan Jawa Barat. Tak ada yang berani memasuki atau melewati perairan ini karena sepenuhnya telah dikuasai kaum perompak yang ganas dan kejam.
Setelah Sang Purnawarman berhasil membasmi semua perompak barulah keadaan menjadi aman dan penduduk Tarumanegara merasa senang. Perairan utara Pulau Jawa telah bersih dari gangguan kaum perompak. Tak terhitung para perompak yang ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Purnawarman adalah pemuja Dewa Wisnu, akan tetapi penduduk ada juga yang memuja Batara Sangkara (Siwa) dan Brahma. Penganut Budha tidak seberapa banyak, kecuali di pulau Sumatera. Penduduk peribumi kebanyakan tetap memuja roh leluhur menurut adat yang diwarisi nenek moyangnya.
Purnawarman pun menyusun bermacam-macam pustaka yang berisi : undang-undang kerajaan, peraturan ketentaraan, siasat perang, keadaan daerah-daerah di Jawa Barat, silsilah keluarga Warman, kumpulan maklumat kerajaan dan lain-lain.
Sri Maharaja Purnawarman wafat pada tanggal 15 bagian terang bulan Posya tahun 356 Saka (kira-kira: tanggal 24 November tahun 434 Masehi) dalam usia 62 tahun. Ia dipusarakan di tepi Citarum sehingga disebut sang lumah ing Tarumanadi (yang mendiang di Citarum). Ia digantikan oleh Wisnuwarman yang menjadi penguasa Tarumanagara keempat.
Kehidupan di Kerajaan Tarumanegara
Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali.
Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya.
Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
Kehidupan Ekonomi
Prasasti Tugu menyatakan bahwa Raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak atau lebih kurang sepanjang 11 km. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat.
Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar.
Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Sehingga kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara dapat berjalan teratur. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kehidupan masyarakat Tarumanegara di bawah kekuasaan Raja Purnawarman sudah cukup tinggi.
Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial sudah teratur & rapi di bawah pemerintahan Raja Purnawarman. Ini di ketahui melalui prasasti Ciaruteun. Dilihat dari cara penulisan huruf-huruf dari prasasti yang di temukan di ketahui bahwa tingkat kebudayaannya sudah tinggi dan telah berkembangan kebudayaan tulis-menulis.
Bukti yang menyatakan Purnawarman sebagai raja yang besar
Prasasti Tugu
Ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi (sekarang disimpan di museum di Jakarta). Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.
Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul
Ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, yang berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ciaruteun. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi: “vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam”.
Terjemahannya menurut Vogel:
“Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.”
Prasasti Jambu
Terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang, Bogor. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris :
“shriman data kertajnyo narapatir – asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam – padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam – bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.”
Terjemahannya menurut Vogel :
“Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.”
10 TOPIK MENARIK LAINNYA
sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin