Tim Arkeologi Menemukan Pintu Masuk ke Situs Megalit Gunung Padang

 
 

 pintu masuk ke Situs Megalit Gunung Padang

Tim arkeologi di bawah kordinator Ali Akbar menyatakan menemukan pintu masuk ke Situs Megalit Gunung Padang, Campaka, Cianjur, Jawa Barat (Jabar), berupa batu tegak dan punden berundak. pada Minggu. “Ada kesamaan dan perbebedaan dengan struktur yang selama ini diteliti. Bebatuan yang ditemukan, seperti ada garis tegas horizontal berjumlah tiga garis,meskipun sudah rubuh namun ini menjadi salah satu kunci utama,” katanya.

Adanya kelainan pada temuan kali ini, ungkap dia, di mana untuk temuan sebelumnya batu bergaris tersebut berada di kedalaman tebing sekitar 40 meter, dan sejajar dengan teras ke tiga.

Batu yang disekelilingnya masih ditutupi belukar, dan diduga kuat menuju rongga yang berada di perut situs megalitik Gunung Padang. Temuan itu diperkuat dengan temuan dua batu tegak di bawahnya yang berjarak 50 meter dari lokasi dan sejajar dengan teras ke lima.

BACA:  Transit Venus Terjadi Hanya 2 Kali Dalam Seabad

“Dua batu dengan tinggi satu meter lebih dengan diameter 40 centimeter, berdiri sejajar dengan jarak sekitar dua meter. Ada garis yang sama di kedua bebatuan ini, seperti batu bergaris di atasnya,” ujarnya.

Batu berdiri tersebut, jelas dia, diperkirakan sebagai pintu masuk dengan susunan tangga yang berada di bawahnya. Penemuan anak tanga pada punden berundak yang lebih kecil sisi timur situs, diperkuat dengan temuan sumber mata air yang tidak jauh dari temuan itu.

“Ini memperkuat bagaimana sumber mata air, menjadi kesatuan dari struktur dan konstruksi Situs Gunung Padang. Mata air alur religi masayarakat purba yang mengarah pada pemujaan di di situs pada masanya,” tuturnya.

BACA:  Gunung Padang Adalah Sebuah Struktur Punden - Berundak Raksasa

Saat ini, menurut dia, tim memfokuskan diri untuk mencari titik dan upaya membuka rongga yang diduga sebagai pintu masuk kedalam perut situs itu. Hasil geo listrik dan geo radar menegaskan pengalaman Dadi, juru pelihara situs, yang sempat masuk ke sebuah rongga mirip goa yang terdiri dari batuan sekira 40 tahun lalu.

“Kontruksi situs yang terdiri tanah dan bebatuan yang mulai lapuk dan labil menjadi pertimbangan, sehingga menghambat tim untuk melakukan eskavasi,” katanya.

Meskipun mendapat kendala, tim yang terdiri dari 15 orang itu tetap melakukan pencarian. Tim arkeologi bekerja menyebar secara berkelompok, dan dibagi menjadi empat kelompok mengunakan alat kerja sederhana.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN