Lima Makam Tua Ditemukan Di Teras Kelima Situs Gunung Padang

 

Lima Makam Tua Ditemukan Di Teras Kelima Situs Gunung Padang

Dalam catatan sejarah, penemu pertama situs Megalitik Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah NJ Krom yang merupakan warga negara Belanda. Temuan 5 makam tua di areal yang kini menjadi objek penelitian para ahli tersebut bisa mengungkap tabir baru bahwa masyarakat sekitarlah yang pertama kali menemukan situs tersebut.

Dikemukakan oleh Arkeolog Universitas Indonesia (UI) Ali Akbar, Jumat, terdapat 5 makam yang ditemukan di teras kelima situs Gunung Padang. “Makam itu ada di tenggara teras kelima (teras puncak) Gunung Padang, agak menurun sedikit. Ada beberapa makam di sana. Yang sudah terbaca baru 2 makam saja. 1 makam dengan 2 nisan,” ujar Ali.

Berdasarkan pengamatannya, makam tersebut ada di areal situs megalitik sekitar tahun 1900-an. Dari beberapa makam yang ada, terdapat satu makam yang sedikit memberikan gambaran mengenai keberadaan makam dari sepasang nisan makam tersebut. “Bila dilihat dari bentuk makamnya, itu adalah makam Islam. Satu nisan bertuliskan huruf latin dan satunya lagi bertuliskan huruf Arab,” terangnya.

BACA:  Mengungkap Keberadaan Atlantis di Gunung Padang Melalui Buku

Ali menerangkan, dengan adanya temuan makam tua tersebut, berarti ada masyarakat yang tinggal dan menetap di situ. “Kemudian ada jeda sampai MJ Krim menemukan situs tersebut dan melaporkannya ke pemerintah Belanda,” ujar Ali.

Ali memaklumi, bila Belanda mencatat temuan Krom tahun 1914 itu dalam catatan pemerintahannya. Pasalnya, pemerintahan saat itu dipegang oleh Gubernur Hindia-Belanda, dimana Krom memiliki akses langsung ke pemerintah untuk memasukannya ke dalam temuan Belanda. “Maksudnya ke depan, kita menghargai masyarakat setempat yang mereka sudah lebih dulu tahu dan menjaganya namun tidak masuk dalam laporan temuan,” kata Ali.

Diterangkan Ali, berdasarkan temuan tim penelitian di Gunung Padang, terdapat beberapa makam di teras kelima situs megalitik tersebut. Ali menyebut, makam yang ditemukan tersebut bergaya makam Islam yang masing-masing makamnya memiliki nisan. Namun, hanya satu makam yang tulisan di nisannya masih terbaca.

BACA:  Keajaiban Pemisahan Langit dan Bumi

Di nisan satu tertera tulisan latin yang menerangkan nama jasad yang dimakamkan bernama Hadi Winata yang wafat pada tahun 1947. Almarhum tertulis juga wafat pada usia 68 tahun, artinya almarhum lahir pada tahun 1879. Di nisan lainnya, makam yang sama, tertera pula tulisan Arab, di nisan tersebut terbaca ‘prabu’ serta terdapat tahun hijriyah, 1356 H.

Ali memperkirakan, kemungkinan jasad yang dimakamkan itu merupakan golongan bangsawan bila sekilas diamati dari nama latin yang tercantum di nisan dan juga tulisan ‘Prabu’ di nisan berhuruf Arab.

Namun sayang, para peneliti belum bisa menaksir usia makam lainnya yang ada di areal Gunung Padang. “Ada yang lebih tua lagi, tapi tidak ada tulisan di nisannya, jadi belum bisa diprediksi berapa usia makam itu,” ujarnya.

BACA:  Akhir Serangan Majapahit ke Kediri

Sedangkan, melihat ciri-ciri makam tersebut, Ali a berpendapat bahwa makam tersebut tidak ada kaitan langsung dengan pembangunan situs Gunung Padang, karena berdasarkan uji karbon usia situs Gunung Padang sangat tua.

Sedangkan untuk kategori masyarakat yang terkait dengan makam tersebut, Ali belum dapat memastikan. Tapi hipotesanya, saat itu, masyarakat di sekitar situs Gunung Padang hanya sedikit, tidak berupa pemukiman besar. “Ada kemungkinan makam itu adalah milik keluarga atau sekelompok orang yang bertugas menjaga situs, karena cuma 5 atau berapa saja,” ujarnya.

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN