Hingga kini, pencarian sisa-sisa bahtera Nuh msh terus dilakukan. Upaya terakhir yang menggemparkan adalah klaim penemuan bahtera Nuh di pegunungan Ararat oleh team gabungan arkeolog Cina dan Turki April 2010 lalu. Penemu yang dipimpin oleh kelompok evangelis, mengatakan yakin 99% struktur kayu yang ditemukan di sisi gunung itu merupakan bagian dari kapal yang disebutkan dalam kitab suci.
Ramai website membicarakan klaim penemuan ini, namun tak urung banyak peneliti lainnya yang telah menghabiskan beberapa dekade untuk mempelajari daerah tersebut, membantah kebenaran penemuan tersebut. Peter Ian Kuniholm yang fokus dengan Turki selama beberapa dekade bahkan mengatakannya secara lebih langsung laporan penemuan ini adalah tipuan. Zimansky menekankan berdasarkan Kitab Suci, Gunung Urartu (atau Ararat) sebagai tempat mendarat dari kapal tersebut, namun tidak disebutkan secara spesifik. Selama beberapa tahun, Gunung Ararat dengan tinggi 16.946 kaki serta memiliki formasi bebatuan Durupinar yang berbentuk mirip kapal telah menjadi tempat favorit bagi para pencari kapal Nuh ini. Bahkan, laporan penemuan bahtera Nuh ini setidaknya hadir setiap kurun waktu 2 tahun, dan tak pernah berada di lokasi yang sama. Pihak lain mencari bukti kapal itu di wilayah kejadian banjir yaitu Laut Hitam, Turki, atau Iran.
Berbicara mengenai berbagai klaim penemuan bahtera Nuh, sebagian besar lokasinya berkisar di pegunungan Ararat Namun sebagai lokasi favorit penelitian, terdapat beberapa syarat yang nampaknya tidak terpenuhi oleh Ararat ini. Bukan berarti keterangan bible keliru, namun penamaan-penamaan lokasi di kitab suci itu bersifat statis, sehingga apa yang disebut sebagai ararat di bible, bisa jadi bukanlah Ararat yg kita kenal sekarang berada di Turki. Nama Ararat sendiri berasal dari Urartu ( rär`t ), nama sebuah kerajaan Armenia kuno. Demikian pula keterangan quran tentang Gunung Judi, hingga kini masih menjadi pertanyaan, karena Al-Judi bukanlah bahasa arab asli, melainkan bahasa serapan.
Untuk me-reset kembali pemikiran kita tentang permasalahan tersebut, mari kita tengok kembali beberapa petunjuk atau tanda-tanda dari ragam sumber termasuk Bible dan Quran.
Petunjuk 1 : Zaitun
Menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi” (Kitab Kejadian 8:11).
Petunjuknya jelas : negeri yang ditumbuhi pohon zaitun. Dari antara kawasan mediterania tempat tumbuhnya zaitun, tak bisa dipungkiri Yunani mempunyai tradisi budaya paling kental dan paling kuno tentang zaitun.
Mitologi Yunani sejak ribuan tahun lalu menggambarkan Dewi Athena menumbuhkan pohon zaitun yang kaya manfaat. (sumber :http://www.texasoliveoil.com/history.htm).
Fakta ini diperkuat dengan tumbuhnya pohon zaitun tertua di dunia di desa Ano Vouves, Yunani, yang berdasarkan penelitian disebut berusia lebih dari 4000 tahun dan sampai kini masih produktif. Ini adalah sebagai sebuah tanda yang dipelihara Tuhan. (sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Olive_tree_of_Vouves).
Jadi, menurut petunjuk Bible, Yunani-lah negeri tempat bahtera Nuh berlabuh.
Olive tree of Vouves (4,000 years old)
Petunjuk 2 : Yunani adalah Pusat Peradaban Eropa Kuno dan Modern
Mengapa hal ini penting sebagai petunjuk? Saat terjadi banjir besar, maka kelompok manusia yang berhasil selamat-lah yang akan mengembangkan kebudayaan di tempat baru, yang akan dikenal sebagai pusat peradaban. Turki tak pernah dikenal sebagai pusat peradaban eropa atau dunia. Telah diakui bahwa peradaban Eropa bersumber pada peradaban Yunani sekaligus menjadi tiang utama perkembangan peradaban Eropa modern.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Culture_of_Europe danhttp://www.anneahira.com/peradaban-kuno-eropa.htm
Petunjuk 3 : Yunani Melahirkan Banyak Filsuf
Pemahaman filsafat dan spiritual 80 orang beriman umat Nuh, akan diwariskan pada keturunannya, demikian ilmu dan kebijaksanaan warisan ini berlangsung turun-temurun ribuan tahun. Oleh karena itu, banyaknya filsuf-filsuf besar yang lahir di Yunani menjadi salah satu tanda yang sangat jelas. Lalu di gunung manakah tempat bahtera Nuh berlabuh?
Petunjuk 4 : Syair Epos Homerus – Odyssey Book VI
Untuk mengetahui dimanakah lokasi berlabuh bahtera Nuh, ada satu hal menarik dan bisa menjadi petunjuk, yaitu apa yang dilukiskan oleh Homerus (http://en.wikipedia.org/wiki/Homer), seorang penulis syair epos terbesar yang dimiliki Yunani, tentang gunung Olympus, dalam bukunya Odyssey Book VI :
Then to the palaces of heaven she sails
(Lalu menuju istana surga dia berlayar)
Incumbent on the wings of wafting gales
(pemilik layar penepis badai)
The seat of gods; the regions mild of peace
(tempat kedudukan dewa-dewa, kawasan lembut kedamaian)
Full of joy, and calm eternity of ease
(penuh keceriaan, dan keabadian tenang atas kemudahan)
There no rude winds presume to shake the skies
(tak ada angin rebut mengguncang langit)
No rains descend, nor did snow fall upon it
(tak ada hujan membasahi, tak ada salju turun di atasnya)
But on immortal thrones the blest repose
(melainkan di atas singgasana abadi yang diberkahi, berlabuh).
Homerus – Writer of Odyssey Book VI
Petunjuk 5 : Epic of Gilgamesh
Salah sebuah cerita yang termasuk dalam epos ini berkaitan dengan air bah. Beberapa aspek dari mitos air bah Gilgamesh ini tampaknya berkaitan dengan cerita bahtera Nuh di dalamAlkitab. Kisah Air Bah yang dikirim oleh dewa untuk menghancurkan peradaban sebagai suatu tindakan pembalasan ilahi adalah sebuah tema yang tersebar luas dalam mitologi Yunani. Menurut sarjana Yunani Ioannis Kordatos, ada sejumlah besar bait maupun tema atau episode yang paralel yang menunjukkan pengaruh yang cukup besar dari Epos Gilgamesh terhadap karya Homerus – Odyssey. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa syair epos karya Homerus di atas adalah memang benar menggambarkan banjir besar Nuh.
Epic of gilgamesh tablets
Petunjuk 6 : Mount Olympus adalah World’s Biosphere Reserve
Misi Nuh bukan hanya menyelamatkan keberlangsungan keturunan manusia di muka bumi, tapi sekaligus upaya reservasi flora dan fauna di lokasi yang baru. Kenyataan bahwa Mount Olympus dikenal sangat kaya akan keanekaragaman hayati dan ekosistem, semakin memperkuat dugaan bahwa di gunung inilah bahtera Nuh berlabuh. Mount Olympus tak hanya menjadi taman nasional tapi juga ditetapkan sebagai World’s Biosphere Reserve . Ini adalah sebuah tanda-tanda yang dipelihara oleh Tuhan sebagai petunjuk bagi kita yang hidup ribuan tahun setelahnya. (sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Olympus)
Petunjuk 7 : Dion, Kota Kuno di Kaki Gunung Olympus
Sebuah pemikiran logis biasa, kelompok Nuh ini akan membangun tempat permukiman, tempat ibadah dan segala fasilitas yang diperlukan bagi terciptanya pusat aktivitas, dan tidak akan jauh dari lokasi berlabuh. Dengan demikian, tentulah harus ditemukan sisa-sisa peradaban kuno di kaki gunungnya.
Dapatlah dipastikan, bahwa bila tidak ditemukan bukti arkeologis kota kuno di sebuah kaki gunung, maka mustahil gunung tersebut adalah tempat berlabuh bahtera Nuh. Dion, adalah kota kuno di kaki gunung Olympus yang hingga kini menjadi obyek wisata arkeologi Yunani terkenal. Nama kota Dion ini adalah juga termasuk dalam salah satu kota yang disebutkan di bible. Bekas-bekas peninggalan masyarakat Nuh dari generasi ke generasi di kota Dion ini dapat dilihat dihttp://www.bibleplaces.com/dion.htm.
Disebutkan pula bahwa sebuah mitos yunani tentang pembangunan altar pemujaan Zeus oleh Deucalion di sebuah wilayah yang dinamakan DION, lengkapnya sebagai berikut:
The northern side of Mt. Olympus gently slopes towards the Macedonian plain; according to tradition Deucalion built an altar to Zeus on a site which is named Dion. In the Greek myth Deucalion played the same role as Nuh in the Bible; he built an ark where he went with his wife to escape a flood which Zeus let loose on the earth to wipe out the whole race of man. (sumber: http://romeartlover.tripod.com/Olimpo1.html).
Ancient city of Dion
Tentang Deucalion sendiri lengkapnya dapat dibaca di http://en.wikipedia.org/wiki/Deucalion.
Ditinjau dari etimology, DION berasal dari kata DIONYSUS, disebutkan dalam wikipedia:
The dio- element has been associated since antiquity with Zeus (genitive Dios). The earliest attested form of the name is Mycenaean Greek di-wo-nu-so (sumber :http://en.wikipedia.org/wiki/Dionysus).
Apakah di-wo-nu-so ini Jiwo Nuso atau Dwi Nuso?
Sumber lainnya dari Wikipedia menyebutkan bahwa Nuh meninggalkan Bahtera pada tanggal 10 Muharram, dan ia bersama keluarganya dan teman-temannya membangun sebuah kota di kaki Gunung Judi. Sem. Yaqut al-Hamawi (1179-1229) menyebutkan tentang sebuah masjid yang dibangun oleh Nuh di kaki gunung ini. Disebutkan bahwa : “Zeus was honored at the ancient city of Dion located at the foot of Mount Olympus” (sumber :http://en.wikipedia.org/wiki/Dion,_Pieria). Inilah yang disebut sebagai masjid oleh Sem.Yaqut al-Hamawi.
Petunjuk 8 : Gunung Judi Berasal dari Bahasa Yunani Gordyae
QS 11.44. Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim”.
George Salein, seorang orientalis berkebangsaan Inggris menyebutkan dalam terjemahan Quran yang terbit tahun 1734, menyampaikan bahwa kemungkinan istilah Judi berasal dari bahasa Yunani Gordyae, yaitu nama sebutan untuk penghuni wilayah tersebut.
“This mountain [al-Judi] is one of those that divide Armenia on the south, fromMesopotamia, and that part of Assyria which is inhabited by the Curds, from whom the mountains took the name Cardu, or Gardu, by the Greeks turned into Gordyae, and other names. … Mount Al-Judi, which seems to be a corruption, though it be constantly so written by the Arabs, for Jordi, or Giordi. (sumber :http://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Judi).
Bahasa arab aslinya memang tidak mengenal beberapa vocal dan konsonan sebagaimana yang kita kenal dalam huruf latin, misalnya huruf G dan vocal E, sehingga opini George Salein ini cukup logis dan bisa dipertanggungjawabkan, karena Al-Judi adalah kata serapan, bukan asli bahasa arab. Menurut pendapat penulis, kata Gordyae ini justru berasal dari kata Gede. Karena sudah tidak ada lagi manusia pribumi yang hidup di lokasi berlabuh untuk ditanyai nama lokasi ini, Nuh lalu menamai daerah baru yang tak dikenalnya sama sekali ini dengan nama yang persis sama dengan nama gunung tempat bertolak, yaitu Gunung Geude (sunda), yang diserap ke dalam bahasa Yunani menjadi Gordyae, lalu diserap lagi menjadi Judi di Quran, karena Quran merubah bunyi “Geu” menjadi “Ju” dan “de” menjadi “diy”.
Betapa akuratnya Quran memberi petunjuk lokasi sesuai ayat QS 11.44 : AL-JUDI
GEDE (jawa) >>>> GORDYAE (greek) >>>> JUDI (arab)
Petunjuk 9 : Burung Gagak Nuh adalah Elang Jawa
Sebuah Tulisan Abdullah bin ‘Umar al-Baidawi abad ke-13 menyebutkan bahwa Nuh berada di bahtera selama lima atau enam bulan, dan pada akhirnya ia mengeluarkan seekor burung gagak. Namun gagak itu berhenti untuk berpesta memakan daging-daging bangkai, dan karena itu Nuh mengutuknya dan mengeluarkan burung merpati, yang sejak dahulu kala telah dikenal sebagai sahabat manusia. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahtera_Nuh).
Burung Gagak yang dimaksud disini adalah Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang dibawa Nuh dari Gunung Gede, tempat bahtera berasal. (Baca tulisan sebelumnya :http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/08/alun-alun-suryakencana-lokasi-galangan-kapal-nuh-515121.html).
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
Petunjuk 10 : Fenomena Bumi Kembar
Tuhan menciptakan segala sesuatu di bumi ini sepasang-sepasang, mengutip teori bumi kembar Fahmi Basya, dapat ditemukenali beberapa kesamaan antara lokasi asal bahtera bertolak (Gunung Gede, Indonesia) dan tempat bahtera berlabuh (Mount Olympus, Yunani), sebagai berikut :
- Tinggi Gunung Gede (2,958 m) sama dengan tinggi Mount Olympus (2,917 m), lebih kurang beda 40m saja.
- Yunani dan Indonesia adalah sama-sama negara kepulauan (archipelago). Yunani memiliki 6.000 pulau, dan Indonesia 17.000 pulau,
- Kehidupan mitos tumbuh demikian subur di setiap ceruk daerah di Indonesia dan Yunani.
- Persamaan revolusi. Kita tahu, kedua negara ini lahir dari proses panjang dan berdarah-darah untuk keluar dari belenggu kolonialisme. Sekian lama Yunani disekap oleh Kekaisaran Ottoman di Turki. Dengan bantuan Inggris, Prancis, dan Rusia, mereka bisa meneriakkan pekik kemerdekaan pada Februari 1830. Kita pun demikian. Silih berganti negara-negara Atas Angin datang untuk memeras kekayaan dan merayah martabat manusia Nusantara. Setelah Portugis, datang Spanyol, lalu Belanda, dan puncaknya Jepang. Barulah setelah itu kita bisa merdeka pada Agustus 1945. Kelelahan kedua negara itu berhadapan dengan kolonialisme menjadi titik temu yang mengesankan. Pengalaman itu memberi tekanan memori yang kuat tentang rasa percaya diri dan pencarian identitas nasionalisme kedua negara yang tentu saja jauh dari persoalan kedekatan geografis. (sumber :http://akubuku.blogspot.com/2012/06/cultural-olympiad-yunani-dan-indonesia.html)
Petunjuk 11 : Rumpun Bahasa
Bahasa Yunani termasuk dalam Rumpun bahasa Indo-Eropa atau Rumpun bahasa India-Eropa, adalah kelompok bahasa-bahasa berkerabat dengan banyak penutur terbesar di seluruh dunia. Sejumlah bahasa Indo-Eropa telah menyumbang banyak kosa kata ke dalam bahasa Indonesia, seperti bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Portugis, bahasa Belanda, dan bahasa Inggris. (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunani-Armenia)
Petunjuk 12 : Karaghiozis
Yunani adalah satu-satunya negara di kawasan Eropa yang mempunyai kesenian wayang kulit (shadow puppet), yang disebut karaghiozis.yang begitu populer di masyarakatnya, dan dengan cara-cara yang sama persis dengan pertunjukan wayang kulit di Indonesia. Disebutkan kesenian ini berasal dari Indonesia (http://en.wikipedia.org/wiki/Karagiozis), sebagai berikut:
Karaghiozis (Modern Greek: Καραγκιόζης, Turkish; Karagöz) is a shadow puppet andfictional character of Greek and Turkish folklore. He is the main character of the tales narrated in the Turkish and Greek shadow-puppet theatre. Shadow theatre, with a single puppeteer creating voices for a dialogue, narrating a story, and possibly even singing while manipulating puppets, appears to come ultimately from the Indonesian wayang kulit or Chinese pi ying xi Shadow play.
Wayang Kulit Yunani – Karaghiozis
Karaghiozis, Shadow Puppet of Greece
Pertunjukan Karaghiozis dapat kita lihat di youtube.http://www.youtube.com/watch?feature=endscreen&v=aKNNpHb7mVE&NR=1 Mengenai asal-usul wayang kulit dari Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi, UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai shadow puppet show asli dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang Dengan demikian, sekaligus dapat disimpulkan pula bahwa kesenian wayang kulit ini sudah dikenal sejak masa Nabi Nuh. (4000-5000 tahun yang lalu).
Penutup
Dari mana peradaban berasal, disitulah peradaban akan berakhir. Dari Indonesia, negeri yang diberkahi, Nuh membawa peradaban ke Yunani yang kemudian berkembang menjadi pusat peradaban Eropa dan Dunia, menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia. Semoga titik puncak peradaban akan kembali lagi ke negeri tercinta ini.
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali Imran: 96).
10 TOPIK MENARIK LAINNYA
sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin