Senjata Trisula Weda

 

Artikel ini adalah sambungan dari Satrio Piningit menurut Filosofi Hindu

Senjata Trisula Weda

Guru Agung Al Bughury menafsirkan “Trisula Wedha” dalam konteks laku dan peran Satrio Piningit (Dewa Kalki) sebagai Imam Mahdi, Yesus Kristus dan Nabi Isa. Al Bughury menegaskan bahwa sesungguhnya yang ditunggu-tunggu oleh ummat islam dan ummat kristen pada hakekatnya adalah satu yaitu Satrio Piningit.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya Satrio Pinigit senantiasa berpedoman pada TRISULA. Trisula diartikan sebagai prinsip-prinsip yang tidak akan dilanggar oleh Satrio Piningit yaitu: tidak akan merugikan orang lain, tidak akan mencuri, dan tidak akan berbuat kejahatan (dalam arti yang luas). Satrio Piningit diramalkan akan membantu masyarakat Jawa (ummat manusia) untuk berpedoman pada “trisula nan suci” yaitu mengaplikasikan perilaku “benar, lurus, jujur” dalam kehidupannya sehari-hari.

Cakra Ningrat sependapat dan MEMBENARKAN penafsiran Guru Agung Al Bughury terhadap ramalan Jayabaya. Dari penafsirannya itu, tergambar dengan sangat jelas akan kecerdasan beliau. Namun begitu Cakra Ningrat akan menyampaikan pendapat dalam konteks filosofi agama hindu agar kita semua dapat menarik benang merah bahwa sesungguhnya kita semua ini adalah satu dan yang kita tunggu-tunggu pada hakekatnya adalah sama.

FILOSOFI HINDU

Dalam kitab suci Reg Weda (Weda yang pertama) disebutkan adanya tiga puluh tiga Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan dalam teologi hindu disebut BRAHMAN.

Sebagai seorang muslim, Cakra Ningrat berpendapat: 33 nama-nama Dewa berikut kekuasaan dan tugas-tugasnya dapat dikatakan sama dengan nama/ sifat-sifat Allah dalam asmaul husna. Pendapat ini akan didukung oleh fakta-fakta hukum yang akan saya sampaikan di akhir tulisan. Jika fakta hukum yang saya kemukakan mengandung kebenaran universal maka tidak ada alasan bagi kita baik sebagai seorang muslim maupun sebagai seorang nasrani atau budhis untuk menolak kebenaran agama hindu.

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, hipotesa saya tentang kebenaran agama hindu saya lanjutkan.

Dari tiga puluh tiga Dewa ada tiga di antaranya yang diklasifikasikan sebagai DEWA UTAMA yaitu: Dewa Brahma, Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Ketiganya adalah satu di dalam kesatuannya dan disebut TRIMURTI.

1. Dewa Brahma

Menurut ajaran hindu, Dewa Brahmana dipandang sebagai manifestasi Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam mitologi hindu disebutkan Dewa Brahma lahir dari air. Di atas air Brahman (Tuhan YME) menaburkan benih yang menjadi telur emas. Dari telur emas itu lahirlah Dewa Brahma dengan sendirinya (tanpa ibu). Material telur emas lainnya menjadi Brahmanda atau telur alam semesta.

Menurut teosofi islam; nabi Hidir alaihissalam tercipta dengan sendirinya (tanpa ayah dan ibu) bersamaan dengan terciptanya air. Karena itu ummat islam mengenal nabi Hidir dengan sebutan sebagai nabinya air. Setelah nabi Hidir ada barulah Tuhan menciptakan alam semesta. Nabi Hidir adalah representasi Tuhan semesta alam. Nabi Hidir identik dengan Dewa Brahma. Nabi Hidir adalah saksi yang menyaksikan seluruh penciptaan Tuhan karena itu nabi Hidir (Dewa Brahma) disebut juga sebagai Dewa pencipta.

Legenda lain menyebutkan Dewa Brahma lahir dengan sendirinya (tanpa ibu) dari bunga teratai yang tumbuh pada saat penciptaan alam semesta. Menurut cerita kuno, pada saat penciptaan alam semesta Brahma menciptakan sepuluh prajapati yang konon menurut Manusmarti sepuluh prajapati tersebut adalah: Marichi, Atri, Anggirasa, Pulastya, Pulaha, Kratu, Wasistha, Praceta atau Daksa, Briegu, dan Narada. Dewa Brahma memiliki istri yang bernama Dewi Saraswati.

BACA:  Penjelasan Bait ke-167 Dalam Ramalan Jayabaya

Hipotesa Cakra Ningrat dari sudut pandang teologi islam dan kristen bahwa Dewa Brahma sebagaimana legenda tersebut di atas dapat ditafsirkan sebagai Adam sedangkan istrinya Saraswati adalah Hawa. Adapun sepuluh orang prajapati dapat diartikan sebagai anak cucu keturunan Adam yang selamat di atas bahtera Nuh, setelah terjadinya banjir semesta.

Dalam artikel lain, Satrio Piningit menyebut dirinya sebagai titisan nabi Hidir. Hipotesa saya jika Satrio Piningit titisan nabi Hidir berarti SP dapat juga dikatakan sebagai titisan Dewa Brahma. Ramalan Jayabaya menyebutkan SP adalah Dewa berbadan manusia. Subhanallah….

Dewa Brahma memiliki ciri-ciri sesuai karakter yang dimilikinya. Ciri-ciri umum yang dimiliki oleh Dewa Brahma adalah:

a. Bermuka empat yang memandang keempat penjuru mata angin (catur muka) yang mana di masing masing wajah mengumandangkan salah satu dari empat weda.
b. Bertangan empat, masing-masing membawa:
    – Tongkat teratai, kadangkala sendok
    – Weda/ kitab suci
    – Busur
    – Genitri Aksamala
c. Menunggangi hamsa (angsa) atau duduk di atas teratai.

Brahma hidup selama seratus tahun kalpa. Satu tahun kalpa sama dengan 3.110.400.000.000 tahun masehi. Setelah seratus tahun kalpa, maka Dewa Siwa sebagai Dewa pelebur mengambil perannya untuk melebur alam semesta beserta isinya untuk dikembalikan ke asalnya. Setelah itu, Brahma sebagai pencipta tutup usia dan alam semesta bisa diciptakan kembali oleh kehendak Tuhan.

Dalam teosufi islam disebutkan Nabi Hidir tetap hidup sampai pada hari kiamat. Kata “kiamat” tidak dikenal dalam agama hindu. Makna yang sama dengan kiamat adalah melebur alam semesta beserta isinya untuk dikembalikan ke asalnya. Konsep ahirat dalam islam atau hidup abadi dalam kerajaan Tuhan sebagaimana yang dikenal dalam kristen tidak dikenal dalam ajaran hindu. Makna yang sama dengan ahirat adalah alam semesta diciptakan kembali oleh kehendak Tuhan. Tidak ada yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat. Agama hindu menyebut seratus tahun kalpa dimana satu tahun kalpa sama dengan 3.110.400.000.000 (tiga trilyun seratus sepuluh milyard empat ratus juta) tahun masehi. Subhanallah…..

2. Dewa Siwa

Menurut ajaran hindu; Dewa Siwa adalah Dewa Pelebur. Tugas Dewa Siwa adalah melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya.

Ummat hindu meyakini bahwa Dewa Siwa memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan karakternya yaitu:

a. Berlengan empat, masing-masing membawa trisula, cemara, tasbih/genitri, kendi
b. Bermata tiga (tri netra)
c. Pada hiasan kepalanya terdapat ardha chandra (bulan sabit)
d. Ikat pinggang dari kulit harimau
e. Hiasan di leher dari ular cobra
f.  Kendaraannya lembu Nandini.

Hipotesa tentang Karakter Dewa Siwa

a. Dalam artikel Sebelumnya disebutkan Satrio Piningit muncul dengan membawa senjata Trisula Wedha. Beliau menyebut Trisula Wedha adalah peran beliau sebagai Imam Mahdi, Yesus Kristus dan Nabi Isa Almasih. Dalam ramalan Jayabaya juga selalu menyebutkan kata “bersenjatakan Trisula Wedha” sementara Guru Agung Al Bughury dalam artikel Trisula Wedha menafsirkannya sebagai peran satrio piningit sebagai Imam Mahdi, Yesus Kristus, dan nabi Isa.

Trisula adalah senjata Dewa Wisnu untuk melebur segala sesuatu yang dianggap usang untuk dikembalikan kepada penciptanya yaitu Brahman (Tuhan YME) untuk diciptakan Tatanan Dunia Baru. Tatanan Dunia Baru adalah. Dunia baru. Dunia tanpa agama. Trisula nan sakti akan melebur semua agama-agama yang kita kenal saat ini. Itulah makna trisula pada lengan pertama.

BACA:  Senjata Trisula Weda dalam Ramalan Jayabaya

Lengan kedua adalah cemara. Cemara merupakan simbol agama kristen. Ummat kristen menggunakan cemara sebagai pohon terang di setiap perayaan hari natal/ menjelang tutup tahun.
Lengan ketiga adalah Tasbih/ gemitri merupakan simbol agama islam dan agama budha. Sedangkan pada lengan keempat memegang kendi. Kendi adalah simbol agama hindu. Kendi berkaitan dengan air suci di sungai gangga atau mata air suci lainnya yang disakralkan ummat hindu.

Subhanallah…. Ternyata Satrio Piningit benar-benar telah muncul. Dia bersenjatakan “TRISULA WEDHA”. Dia akan melebur semua agama-agama yang ada di muka bumi. Ternyata dia juga adalah titisan Dewa Siwa. Dia ada di dalam kitab suci WEDA. Karena itu Jayabaya menyebutnya sebagai “dewa berbadan manusia, berparas seperti batara kresna, berwatak seperti Baladewa, bersenjatakan Trisula Weda. Subhanallah…. Maha Benar Engkau, ya Allah….

b. Bermata tiga (trinetra)
Apabila seluruh agama telah dilebur maka tidak ada lagi agama yang dijadikan pedoman hidup, baik dalam laku perbuatan sehari-hari maupun yang berkaitan dengan peribadatan dan pelaksanaan acara-acara ritual keagamaan. Satu-satunya pedoman hidup adalah trisula wedha yaitu benar-lurus dan jujur. Manusia tidak boleh melanggar apa yang menjadi pantangan dari trisula wedha. Ketiga pantangan trisula wedha adalah; tidak boleh merugikan orang lain, tidak boleh mencuri dan tidak boleh berbuat kejahatan

Dewa Wisnu yang bermata tiga (trinetra) akan mengawasi manusia secara ketat untuk melaksanakan pedoman hidup trisula wedha dan menjauhi apa yang menjadi pantangan trisula wedha. Setiap pelanggaran akan mendapat hukuman seketika. Nyawa melayang atau dipermalukan.

Menarik untuk kita cermati bersama terhadap apa yang saat ini sedang dan akan dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan kebijakan Operasi Tangkap Tangan (OTT). Dari sekian banyak pejabat negara yang ditangkap, kita fokuskan perhatian kita kepada Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar dan Gubernur Banten Ratu Atut Chosyiah. Yakinlah ada pesan tersirat dibalik kejadian dipermalukannya kedua orang ini. Yang pasti mereka telah melanggar ketiga pantangan trisula wedha yaitu: merugikan orang lain, mencuri, dan berbuat kejahatan.

Jaman ini adalah jaman yang susah bagi orang jahat sebaliknya jaman ini adalah jaman yang menyenangkan bagi orang yang baik. Orang baik adalah orang yang menjalani hidupnya dengan berpedoman pada trisula wedha nan suci yaitu: benar, lurus, dan jujur.

c. Ardha Chandra (bulan sabit)
Agama islam, hindu, budha, kong hu chu menjadikan bulan sabit sebagai dasar perhitungan untuk melaksanakan ritual keagamaan. Oleh karena agama sudah tidak ada lagi (dilebur) maka hitungan bulan sabit sudah dihapuskan.

d. Ikat pinggang dari kulit harimau
Di bawah pinggang terletak alat kelamin manusia. Disitulah nafsu manusia berpusat. Ikat pinggang dari kulit harimau adalah simbol berakhirnya kekuasaan nafsu yang selama ini menguasai dan mengendalikan manusia.

e. Hiasan di leher dari ular kobra
Simbol untuk menjaga manusia agar tidak memakan apa yang bukan menjadi haknya.

f. Kendaraannya lembu Mandini.
Lembu Mandini adalah simbol yang berkaitan dengan penghormatan dan pemujaan manusia kepada Satrio Piningit.

Dari uraian di atas maka Cakra Ningrat berpendapat bahwa Satrio Piningit adalah titisan Dewa Brahma (nabi Hidir alaihissalam) mewarisi seluruh ilmu dan kesaktian Dewa Brahma, selalu bersama-sama Dewa Siwa (Dewa Pelebur) atau bisa saja Dewa Siwa menjadi satu kesatuan dengan dirinya. Untuk hal ini tentu beliau sendiri yang lebih tau.

BACA:  Asal Bahasa Indonesia Dari Serapan Kosa Kata Bahasa Arab

3. Dewa Wisnu

Dalam agama hindu, Dewa Wisnu disebut juga Sri Wisnu atau Narayana adalah Dewa yang bergelar sebagai Shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan YME). Dewa Wisnu dipandang sebagai Roh Suci sekaligus dewa yang tertinggi. Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu menifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.

Dalam teologi kristen, Dewa Wisnu dapat diartikan sebagai Roh Kusdus.

Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu memiliki enam sifat ketuhanan:

1. Jnana = mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta
2. Aishvarya = maha kuasa, tak ada yang dapat mengaturnya
3. Shakti = memiliki kekuatan untuk membuat yang tak mungkin menjadi mungkin.
4. Bala = maha kuat, mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah
5. Virya = kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua mahkluk
6. Tejas = memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk

Untuk memudahkan penghayatan terhadapnya maka simbol-simbol dan atribut tertentu dipilih sesuai dengan karakternya dan diwujudkan dalam bentuk lukisan, pahatan dan arca.
Dewa Wisnu digambarkan sbb:
a. Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
b. Kulitnya berwarna biru gelap atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
c. Di dalamnya terdapat simbol kaki Resi Brigu
d. Juga terdapat simbol srivatsa di dalamnya, simbol Dewi Laksmi pasangannya.
e. Pada lehernya terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga
f. Memakai mahkota melambangkan kuasa sang pemimpin
g. Memakai sepasang giwang melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam penciptaan seperti ada siang dan ada malam, ada kesedihan ada kebahagiaan, dsb.
h. Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.

Dalam teologi Kristen Ananta sesa (ular suci) dapat diartikan sebagai ular yang membujuk Hawa sehingga Hawa memakan buah dari pohon kehidupan yang menyebabkan Adam dan Hawa terusir dari surga.
Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu melekat dengannya yaitu:

1. Terompet kulit kerang dipegang oleh tangan kiri atas sebagai simbol kreatifitas
2. Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam bernama “Sudharsana” dipegang oleh tangan kanan atas melambangkan pikiran (logika). Sudharsa berarti pandangan yang baik
3. Gada yang bernama Komodaki dipegang oleh tangan kiri bawah melambangkan keberadaan individual
4. Bunga lotus atau padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan kekuatan yang memunculkan alam semesta.

Dalam purana, Dewa Wisnu menjelma sebagai Awatara yang turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan dan kehancuran. Awatara yang umum dikenal oleh ummat hindu berjumlah sepuluh yang disebut Dasa Awatara atau Maha Avatar. Diantara sepuluh Awatara tersebut, sembilan di antaranya diyakini ummat hindu sudah pernah turun ke dunia sedangkan awatara terahir yaitu KALKI diyakini menjelma di penghujung zaman Kali Yuga. Dalam ramalannya, Jayabaya menyebut Kalki sebagai Satrio Piningit.

Bersambung

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN