Revie dan Update Hasil Penelitian Gunung Padang

 

Revie dan Update Hasil Penelitian Gunung Padang

Penelitian Situs Gunung Padang bukan kasus cagar budaya dan riset biasa. Akumulasi hasil riset TTRM yang dilakukan dalam 2 tahun terakhir ini berhasil membuktikan bahwa situs inibukan hanya luarbiasa bahkan boleh dibilang “beyond imagination”. Sangat luarbiasa karena data penelitian TTRM berhasil memperlihatkan:

Situs megalitik G. Padang berupa struktur teras-teras yang tersusun dari batu-batu kolom basaltik andesiit yang terlihat dipermukaan bukan hanya menutup bagian atas bukit seluas 50x150m2 saja tapi menutup seluruh bukit seluas minimal 15 ha. Hal ini sudah terbukti tanpa keraguan lagi setelah dilakukan pengupasan alang-alang dan pohon-pohon kecil di sebagian lerengtimur oleh Tim Arkeologi pada bulan Juli 2013.

Batu batu kolom penyusun ini berat satuannya ratusan kilogram, berukurandiameter puluhan sentimeter dan panjang sampai lebih dari satu meter. Dapatdibayangkan mobilisasi dan pekerjaan menyusun kolom-kolom batu ini sama sekali bukan hal yang mudah. Kemudian tim melakukan lagi uji radiokarbon dating darisampel tanah di dekat permukaan. Hasilnya menguatkan umur radiokarbon sebelumnya bahwa umur dari situsyang terlihat di permukaan ini adalah dalam kisaran 500 sampai 1000 tahunsebelum Masehi (2500 s/d 3000 tahun BP).

Jadi Gunung Padang adalah monumen megah seperti Machu Pichudi Peru tapi umurnya jauh lebih tua di masa pra-sejarah Indonesia. Temuan ini saja sudah luarbiasa karena selain monumen megalitik yang besarnya sampai 10x Candi Borobudur juga umurnya membuktikan sudah ada peradaban tinggi di Indonesia pada masa pra-sejarah yang selama ini dianggap zaman berbudaya masih sederhana. Dengan kata lain hal ini akan merubah sejarahIndonesia dan Asia tenggara.

Situs megalitik Gunung Padang ternyata tidak hanya satu lapisan budaya yang terlihat di permukaan saja, seperti disimpulkan oleh penelitian Balai Arkelogi dan ARKENAS sebelumnya, tapi ada struktur bangunan yang lebih tua lagi, berlapis-lapis sampai puluhan meter ke bawah. Hal inisudah dibuktikan dengan baik oleh survey geologi dan geofisika bawah permukaan yang sudah dilakukan sangat komprehensif, yaitu dengan metoda georadar,geolistrik, geomagnet dan pengambilan sampel bor.

BACA:  Asal Bahasa Indonesia Dari Serapan Kosa Kata Bahasa Arab

Struktur lebih tua ini bukannya lebih sederhana tapi malah struktur bangunan besar dari budaya lebih tinggi karena mengindikasikan bentukan geometri dinding dan ruang-ruang yang luar biasa, juga ditata dari susunan batu-batu kolom yang serupa. Iniadalah hasil karya sipil-arsitektur yang luarbiasa hebat.

Hasil penelitian dan eskavasi arkeologi yang dilakukan pada bulanAgustus 2012, Maret 2013, dan terakhir Juni-Juli 2013 berhasil membuktikan secara visual keberadaan lapisan budaya kedua yang hanya tertimbun satu sampai beberapa meter di bawah permukaan. Bahkan sebenarnya lapisan kedua ini sudah tersingkap ketika penggalian arkeologi yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Bandung tahun 2005, hanya waktu itu disalahtafsirkan sebagaibatuan dasar alamiah (sebagai “quarry”) karena belum ditunjang oleh penelitian geologi yang komprehensif dan tidak ditunjang oleh survey geofisika bawahpermulaan.

Lapisan kedua ini juga disusun oleh batu-batu kolom andesit yang sama dengan yang di atasnya namun susunannya terlihat lebih rapih dan sudah menggunakan semacam material semen atau perekat diantaranya sebagai penguat. Semen purba ini mempunyai komposisi 45% mineral besi, 40% mineral silikadan sisanya mineral lempung dan sedikit karbon. Komposisi ini jelas tidak bisa ditafsirkan sebagai tanah hasil pelapukan batuan atau hanya merupakan infiltrasi material yang dibawa air ke dalamtanah.

Hasil analisa umur dengan radiokarbon dating dari beberapa sampel bor menunjukkan bahwa umur lapisan budaya di bawah permukaan ini adalah sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua. Jadi lebih tua 2000 tahun dari Piramid Giza di mesir yang konon berumur sekitar 2700 tahun SM.  Sampai disini sudah cukup alasan untukSitus Gunung Padang menjadi prioritas nasional dan benar-benar ditangani secara sangat serius untuk menjadi proyek pemugaran situs kebanggaan nasional. Terlebih lagi temuan ini adalah hasil kerja bangsa sendiri tanpa bantuan pihak asing. Penemuan lapisan budaya kedua ini sudah akan merubah sejarah tidak hanya Indonesia dan Asia Tenggara tapi sejarah peradaban dunia.

BACA:  Sejarah dan Legenda Candi Ceto

Struktur lebih tua yang tertutup oleh lapisan budaya kedua lebih fantastis lagi. Keberadaan rongga-rongga besar adalah kata kuncinya. Hal ini diinterpretasikan darihasil survey geolistrik berupa kenampakan tubuh dengan resistivity yang sangattinggi (puluhan ribu sampai lebih dari 100 ribu ohm.m) dan juga citra georadaryang memperlihatkan pola refleksi dan refraksi dari dugaan strukturatap-dinding dan ruang.

Pada BulanRamadhan lalu Tim juga sudah melakukan survey tomografi seismik pendahuluan.  Hasilnya mengkonfirmasi bahwa memang benar ada rongga besar di bawah situs, ditunjukkan oleh “lowseismic velocity zone” dan pola geometri refleksi-refraksi dari penjalarangelombang seismik/akustik, salah satunya memperlihatkan “shadow zone”di bawah rongga tersebut. Shadow zone juga diperlihatkan dalam profil geolistrik berupa ‘zona terblokir – tanpa data’di bawah rongga.

Lebih lanjut lagi, ketika melakukan pemboran lubang ke-dua padabulan Februari 2013 di lokasi yang berdekatan dengan dugaan tubuh ronggaterjadi “partial water loss” yang cukup besar pada kedalaman 8 sampai10 meter, diduga karena bor menembus ‘tunnel’ yang berisi pasir. Pemboran selanjutnya, pada Bulan Ramadhan lalu, lebih mengejutkan lagi karena mengalami “total water lost” yang sangatbanyak sampai 32.000 liter air ketika menembus kedalaman yang sama (8-10m), kemungkinan besar air mengalir mengisi rongga yang besarnya minimal 32 m3atau 4x4x2 m. Analisa radiokarbon dating dari tanah yang menimbun lapisan bangunan berongga ini menunjukkan umur 6700 tahun SM.

BACA:  Lima Hal Aneh dan Unik di Indonesia yang Jarang Anda Ketahui

Jadi umur dari bangunan berongga ini harus lebih tua dari penimbunnya. Umur karbon dalam pasir yang mengisi rongga yang ditembus bor-2 sekitar 9600 tahun SM; umur radiokarbon dating dari beberapa sampel tanah/semen diantara batu-batu kolom pada kedalaman dari 8 sampai 12 meter bahkan menunjukkankisaran umur dari 11.000 sampai 20.000 tahun SM.   Walaupun demikian, umur-umur ini sebaiknya diuji lebih lanjut dengan analisa radiokarbon dating atau metoda pengujian umur absolut lainnya yang lebih komprehensif karena angka-angka ini memang “beyondimagination” alias seperti tidak masuk akal karena tidak sesuai dengan pengetahuan sejarah dan perkembangan peradaban manusia yang dipercaya umum saat ini, sehingga pembuktian “beyond reasonabledoubts” diperlukan.

KESIMPULAN

Gunung Padang sudah terbukti benar-benar mahakarya arsitektur dari peradaban tinggi kuno yang hilang atau belum dikenal saatini. Dengan kata lain, temuan bangunandi bawah Gunung padang adalah “breakthrough” untuk dunia ilmupengetahuan dan sekaligus akan menjadi kebanggaan nasional yang tidak ternilai. Keberadaan ruang-ruang memberi harapan untuk menemukan dokumen atau apapun yang dapat menguak misteri sejarah ini.

Bahkan boleh jadi mengandung pengetahuan dan teknologi peradaban masa laluyang bermanfaat serta peninggalan-peninggalan berharga lainnya. Temuan ini juga pasti bukan satu-satunya tapiakan menjadi tonggak pemicu untuk penemuan-penemuan berikutnya yang siapa tahuada yang lebih hebat lagi baik di kawasan sekitar ataupun di seluruh wilayah Indonesia, karena Gunung Padang mustahil sendirian. (Ditulis oleh Pak Danny Hilman Natakusumah atas nama TTRM)

 

10 TOPIK MENARIK LAINNYA

sajak sunda sedih, kesaktian eyang surya kencana, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin

JANGAN LEWATKAN